Proyek Ruben Amorim di Manchester United mulai menunjukkan arah yang jelas. Kemenangan tipis atas Newcastle United di Old Trafford menjadi salah satu sinyal positif. Namun, di balik hasil tersebut, Manchester United masih menghadapi persoalan kontrol permainan yang belum tuntas.
Sejak Amorim menangani Manchester United, perubahan struktur permainan mulai terlihat. Tim perlahan membangun identitas baru yang lebih terorganisir. Oleh karena itu, hasil positif mulai datang meski performa belum sepenuhnya stabil.
Evolusi Ruben Amorim Bukan Sekadar Formasi
Ruben Amorim datang ke Old Trafford pada November 2024 dengan pendekatan yang terukur. Ia menegaskan perubahan tidak bisa instan. Setiap penyesuaian harus melewati proses yang matang.
Dalam beberapa kesempatan, Amorim menekankan pentingnya evolusi bertahap. Menurutnya, perubahan sistem harus mempertimbangkan dampak pada seluruh tim. Karena itu, ia tidak terpaku pada satu skema baku.
Meski dikenal dengan sistem tiga bek, Amorim menunjukkan fleksibilitas tinggi. Struktur permainan bisa berubah sesuai fase laga. Saat build-up, pressing tinggi, hingga bertahan, bentuk tim kerap menyesuaikan kebutuhan.
Pendekatan ini membuat Manchester United lebih adaptif. Namun, fleksibilitas tersebut juga menuntut pemahaman taktik yang kuat dari para pemain. Di sinilah tantangan utama mulai muncul.
Variasi Bentuk Permainan Manchester United
Di atas kertas, Manchester United sering terlihat memakai tiga bek. Akan tetapi, dalam praktiknya, bentuk tim kerap bergeser. Pada beberapa laga awal, United bahkan menekan lawan dengan struktur menyerupai 4-4-2.
Contohnya terlihat saat menghadapi Bournemouth. Amad bermain lebih tinggi dibanding Diogo Dalot, membentuk struktur asimetris. Selain itu, sisi sayap menjadi area eksploitasi utama.
Ketika menghadapi Newcastle United, perubahan kembali terlihat. Saat menguasai bola, United tampil dengan bentuk menyerupai 4-2-3-1. Matheus Cunha bergerak bebas dari sisi kiri untuk membuka ruang.
Perubahan paling signifikan muncul saat bertahan. Dalam beberapa laga terakhir, United meninggalkan pola lima bek. Mereka bertahan dengan 4-4-2, 4-3-3, atau 4-2-3-1, tergantung situasi pertandingan.
Disiplin Bertahan yang Efektif di Babak Pertama
Keputusan Amorim memakai struktur 4-2-3-1 saat bertahan melawan Newcastle bukan tanpa alasan. Tiga gelandang lawan dikenal agresif dan dinamis. Oleh karena itu, United memilih pendekatan penjagaan ketat.
Di babak pertama, Mason Mount, Manuel Ugarte, dan Casemiro bekerja disiplin. Mereka menempel pergerakan Bruno Guimaraes dan Sandro Tonali. Tekanan ini membuat Newcastle kesulitan mengembangkan permainan.
Lisandro Martinez dan Ayden Heaven juga berperan aktif. Mereka berani naik menekan penyerang lawan yang turun ke tengah. Alhasil, ruang antar lini Newcastle hampir tidak tersedia.
Pendekatan ini terbukti efektif. Ancaman Newcastle mampu diredam dengan baik. Bahkan saat terjadi overload di sisi sayap, Casemiro dan Ugarte sigap menutup celah. Dari sisi defensif, babak pertama menjadi salah satu penampilan terbaik era Amorim.
Babak Kedua dan Hilangnya Kontrol Permainan
Masalah mulai muncul setelah jeda. Intensitas bertahan tinggi menguras stamina pemain. Konsentrasi perlahan menurun seiring tekanan yang terus datang.
Amorim melakukan pergantian pemain untuk merespons situasi. Joshua Zirkzee dan Leny Yoro masuk ke lapangan. Selain itu, profil pemain sayap diubah demi perlindungan ekstra.
Dalot didorong lebih tinggi di kanan, sementara Patrick Dorgu berpindah ke kiri. Tujuannya untuk meredam ancaman lebar Newcastle. Namun, seiring waktu, kontrol permainan mulai lepas.
Gelandang Newcastle tidak lagi dijaga seketat babak pertama. Pergerakan tanpa bola menciptakan ruang berbahaya. Sepuluh menit terakhir menjadi fase paling sulit bagi United.
Amorim mengakui timnya harus banyak menderita. Meski puas dengan pengorbanan pemain, ia menyoroti satu masalah utama. Penguasaan bola yang minim memaksa United terus bertahan dalam.
Tantangan Kontrol dalam Proyek Amorim
Dalam pandangan Amorim, kunci persoalan ada pada kontrol. Ketika tim gagal menguasai bola, tekanan akan terus datang. Kondisi ini cepat menguras tenaga dan fokus pemain.
Fondasi permainan memang mulai terbentuk. Namun, evolusi Manchester United belum selesai. Oleh karena itu, fase berikutnya adalah meningkatkan kontrol saat unggul.
Proyek Amorim masih berjalan. Kemenangan tetap penting, tetapi kemampuan mengendalikan laga akan menentukan konsistensi jangka panjang. Manchester United kini berada di persimpangan antara hasil dan proses.
Penutup
Kemenangan atas Newcastle menegaskan kemajuan awal proyek Ruben Amorim. Namun, masalah kontrol permainan masih menjadi pekerjaan rumah besar. Jika aspek ini teratasi, Manchester United berpeluang tampil lebih stabil sepanjang musim.






