Kemenangan Real Madrid atas Sevilla di Santiago Bernabeu, hasil yang sekaligus menandai genap enam bulan Xabi Alonso memimpin proyek baru klub raksasa Spanyol itu. Oleh karena itu, periode ini mulai menjadi bahan evaluasi publik dan pengamat sepak bola Spanyol.
Musim 2025/2026 memang terasa sebagai fase transisi besar bagi Real Madrid. Kepergian Carlo Ancelotti ke tim nasional Brasil meninggalkan warisan ekspektasi tinggi. Presiden klub Florentino Perez kemudian mempercayakan tongkat estafet kepada Alonso, pelatih muda yang sukses membangun reputasi bersama Bayer Leverkusen.
Namun, enam bulan pertama Alonso jauh dari kata mulus. Performa tim naik turun, sementara gaya bermain belum sepenuhnya terbentuk. Gambaran ini dianalisis oleh jurnalis dan pakar sepak bola Spanyol, Manuel Jabois, yang menyoroti satu persoalan mendasar dalam proyek Real Madrid saat ini.
Musim yang Terasa Lebih Buruk dari Realitas
Menurut Jabois, enam bulan awal Alonso memang terasa bergolak. Akan tetapi, ia menegaskan bahwa tidak pernah ada yang mengatakan melatih Real Madrid adalah tugas mudah. Terlebih lagi, Alonso datang setelah era stabil dan penuh gelar di bawah Ancelotti.
Ia menjelaskan bahwa ada pelatih yang langsung menyatu dengan klub barunya. Namun, hal tersebut belum terjadi pada Alonso. Meski demikian, kondisi ini tidak serta-merta menandakan kegagalan proyek. Sebaliknya, tekanan besar dari lingkungan sekitar justru membuat situasi tampak lebih buruk dari kenyataan.
Secara objektif, Real Madrid masih relatif aman di berbagai kompetisi. Posisi liga belum tertinggal jauh, sementara peluang di ajang Eropa tetap terbuka. Karena alasan itu, Jabois menilai persepsi publik lebih dipengaruhi oleh ekspektasi tinggi ketimbang hasil murni di lapangan.
Selain itu, pergantian generasi pemain juga ikut memengaruhi stabilitas. Adaptasi taktik, rotasi, dan manajemen ego menjadi tantangan yang tidak bisa diselesaikan dalam waktu singkat.
Masalah Utama: Identitas Permainan yang Belum Terbentuk
Meski hasil belum mengkhawatirkan, Jabois menyoroti satu kekurangan krusial, yaitu absennya identitas permainan yang jelas. Ia membedakan antara tim yang belum berjalan karena minim otomatisme dengan tim yang sama sekali belum memiliki ide bermain yang mudah dikenali.
Dalam pandangannya, Real Madrid Alonso masih berada di kategori kedua. Ia mengaku belum bisa menjelaskan seperti apa ciri khas permainan Los Blancos saat ini. Kilasan permainan sempat terlihat, terutama di Piala Dunia Antarklub, tetapi tidak berlanjut secara konsisten.
Menurut Jabois, sebagian besar kemenangan Madrid masih bergantung pada perebutan bola cepat dan momen individual, terutama gol-gol spektakuler dari Kylian Mbappe. Sementara itu, aspek permainan kolektif, penguasaan laga, dan kontrol tempo belum terlihat kuat.
Kondisi ini membuat publik sulit mengidentifikasi “Real Madrid versi Xabi Alonso”. Oleh karena itu, kritik lebih banyak diarahkan pada sisi taktik ketimbang hasil akhir pertandingan.
Lini Tengah dan Kebutuhan Otak Permainan
Lebih lanjut, Jabois menilai masalah identitas ini berakar dari komposisi lini tengah. Ia menyebut Alonso membutuhkan satu pemain kunci yang mampu menjadi otak permainan, bukan sekadar gelandang dengan kekuatan fisik dan mobilitas tinggi.
Ketiadaan sosok pengatur tempo membuat Madrid kesulitan mengontrol pertandingan. Aliran bola sering terputus, sehingga tim lebih mengandalkan transisi cepat ketimbang membangun serangan terstruktur. Karena itu, keseimbangan antara agresivitas dan kontrol belum tercapai.
Dalam konteks ini, kebijakan transfer juga ikut disorot. Alonso dinilai belum mendapatkan profil pemain yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan filosofinya. Hal tersebut tentu memengaruhi implementasi ide bermain di lapangan.
Kepercayaan Diri dan Warisan Real Madrid
Dari berbagai persoalan tersebut, Jabois menyimpulkan bahwa hal paling kurang dari Real Madrid saat ini adalah rasa percaya diri kolektif. Namun demikian, kepercayaan itu belum sepenuhnya hilang. Identitas historis klub masih menjadi fondasi psikologis yang kuat.
Real Madrid dikenal sebagai tim yang mampu bangkit dari situasi sulit. Bahkan, menurut Jabois, klub ini bisa saja tampil biasa di liga, tetapi tetap berbahaya di Liga Champions. Warisan mental juara membuat lawan selalu waspada, karena Madrid sering muncul dari arah yang tak terduga.
Oleh karena itu, proyek Xabi Alonso belum bisa dinilai gagal atau sukses. Enam bulan pertama hanyalah fase pengenalan dan adaptasi. Jika identitas permainan mulai terbentuk dan kebutuhan skuad terpenuhi, arah proyek ini masih bisa berubah signifikan.
Fase Penentuan Menanti
Ke depan, tantangan Alonso justru semakin besar. Publik menunggu Real Madrid dengan ciri khas jelas, bukan sekadar tim yang menang karena kualitas individu. Oleh karena itu, paruh kedua musim akan menjadi fase penentuan bagi Alonso untuk membuktikan bahwa visinya mampu diterjemahkan secara konsisten.
Jika kepercayaan diri tim pulih dan lini tengah menemukan keseimbangan, Real Madrid berpotensi kembali menjadi kekuatan dominan. Namun, tanpa identitas yang jelas, tekanan akan terus mengiringi setiap langkah Alonso di Santiago Bernabeu.






