Arsenal harus puas berbagi poin setelah ditahan Sunderland dengan skor 2-2 dalam lanjutan Premier League 2025/2026, Sabtu malam. Hasil ini terasa pahit bagi The Gunners karena mereka sempat unggul menjelang akhir laga, namun kehilangan fokus di menit-menit krusial. Tambahan satu poin memang menjaga keunggulan tujuh poin Arsenal atas Manchester City, tetapi banyak pendukung menilai hasil itu sebagai dua poin yang hilang ketimbang satu poin yang diraih.
Lebih dari sekadar hasil, pertandingan di Stadium of Light menjadi pengingat bahwa dominasi permainan tidak selalu berbuah kemenangan. Pelatih Mikel Arteta pun mengakui satu masalah besar yang masih menghantui timnya — kurangnya ketajaman dan konsentrasi penuh hingga peluit akhir.
Arsenal Sempat Unggul, Tapi Kehilangan Fokus di Akhir Laga
Sejak awal pertandingan, Arsenal tampil percaya diri dengan gaya khas penguasaan bola mereka. Umpan-umpan cepat dan pergerakan agresif dari lini depan sempat membuat pertahanan Sunderland kewalahan. Bukayo Saka dan Gabriel Martinelli beberapa kali menciptakan peluang emas, namun penyelesaian akhir belum maksimal.
Sunderland, di sisi lain, tampil disiplin dan menunggu momen untuk melakukan serangan balik. Kesabaran mereka akhirnya terbayar lewat gol Ballard di babak pertama yang memanfaatkan kelengahan lini belakang Arsenal. Gol tersebut bukan hanya memecah kebuntuan, tapi juga memutus rekor Arsenal yang hampir mencatat sembilan laga tanpa kebobolan.
Setelah tertinggal, Arsenal berusaha membalikkan keadaan. Mereka berhasil mencetak dua gol cepat melalui kombinasi apik antara Martin Ødegaard dan Eddie Nketiah yang membawa The Gunners unggul 2-1. Namun, menjelang laga berakhir, Arsenal gagal menjaga ritme permainan. Kesalahan kecil dalam mengantisipasi bola panjang membuat Sunderland menyamakan kedudukan menjadi 2-2.
Arteta Soroti Masalah Konsentrasi dan Ketajaman
Usai pertandingan, Mikel Arteta tidak menutupi rasa kecewanya. Dalam wawancara dengan BeIN Sports, ia menilai timnya belum cukup tajam dalam mengantisipasi gaya bermain lawan. “Kami kebobolan dua gol yang sangat mirip, dan itu tidak cukup baik dari kami,” ujarnya. “Sunderland hebat dalam menciptakan kekacauan, memainkan bola panjang, serta duel udara. Tapi saya tetap bangga dengan keberanian tim ini yang mampu bangkit.”
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa Arteta memahami akar permasalahan yang dihadapi timnya. Menurutnya, Arsenal kerap kehilangan konsentrasi di momen penting. Meskipun mereka unggul dalam penguasaan bola, fokus di lini belakang masih menjadi titik lemah yang harus segera diperbaiki.
Selain itu, pelatih asal Spanyol ini menyoroti kurangnya efisiensi dalam penyelesaian akhir. Beberapa peluang emas gagal dikonversi menjadi gol, padahal bisa saja menjadi pembeda di laga ketat seperti ini. Karena itu, ia menegaskan bahwa dominasi permainan tidak akan berarti tanpa kemampuan memaksimalkan peluang.
Sunderland Tampilkan Strategi Efektif
Sunderland layak mendapat pujian atas performa mereka. Tim asuhan Tony Mowbray itu berhasil memanfaatkan setiap peluang dengan cerdas. Mereka tidak hanya menahan gempuran Arsenal, tetapi juga menemukan celah untuk mencetak gol balasan melalui serangan cepat.
Selain itu, Sunderland juga menerapkan strategi unik untuk menekan permainan Arsenal. Menurut laporan dari media Inggris, papan iklan di tepi lapangan sengaja dimajukan guna menghambat lemparan jauh khas Arsenal dari Ben White. Taktik ini dinilai “curang tapi cerdas” karena berhasil mengganggu ritme serangan tim tamu.
Meski demikian, keberhasilan Sunderland tidak semata karena taktik itu saja. Disiplin dan semangat juang tinggi para pemain mereka menjadi faktor utama yang membuat Arsenal kesulitan mengembangkan permainan hingga menit terakhir.
Arsenal Masih di Jalur Gelar, Tapi Harus Lebih Fokus
Walaupun hasil imbang ini mengecewakan, Mikel Arteta tetap menegaskan bahwa Arsenal masih berada di jalur yang benar dalam perburuan gelar. Sebelum laga ini, The Gunners mencatat sepuluh kemenangan beruntun, termasuk empat kemenangan di Liga Champions tanpa kebobolan.
“Ini liga yang sangat sulit,” kata Arteta. “Kami harus terus berkembang dan memperbaiki hal-hal kecil yang bisa membuat perbedaan.” Ucapan itu menggambarkan mentalitas Arteta yang berfokus pada pembenahan, bukan sekadar hasil jangka pendek.
Musim ini, Arsenal menargetkan gelar Premier League pertama sejak 2004, sekaligus trofi pertama setelah Piala FA 2020. Karena itu, hasil imbang melawan Sunderland diharapkan menjadi pelajaran penting agar tim tetap waspada di setiap laga. Dengan perbaikan di lini belakang dan peningkatan efisiensi di depan gawang, Arsenal masih memiliki peluang besar untuk menuntaskan misi juara musim ini.






