Perjalanan Ole Romeny di Timnas Indonesia menjadi kisah yang penuh perjuangan dan emosi. Setelah berbulan-bulan berjuang melawan cedera, menjalani diet ketat tanpa gula, dan menanti kesempatan tampil di kualifikasi Piala Dunia 2026, impian sang penyerang berakhir dengan rasa pahit. Indonesia dipastikan gagal melangkah ke putaran final setelah kalah dalam dua laga penting melawan Arab Saudi dan Irak.
Pada pertandingan terakhir melawan Irak, Minggu (12/10) dini hari WIB, Garuda kalah tipis 0-1 di Stadion King Abdullah Sport City. Gol tunggal dari Zidane Iqbal memupus asa seluruh pendukung Indonesia. Kekalahan itu membuat Indonesia menutup fase grup di dasar klasemen setelah sebelumnya juga takluk 2-3 dari Arab Saudi. Dua tim teratas, Irak dan Arab Saudi, kini bersaing untuk merebut tiket menuju Amerika Serikat, Meksiko, dan Kanada tahun 2026.
Kegagalan ini tidak hanya menyakitkan bagi tim dan suporter, tetapi juga bagi para pemain yang telah berjuang keras, termasuk Ole Romeny. Penyerang berusia 25 tahun itu menjadi sosok yang paling emosional setelah peluit akhir dibunyikan.
Ungkapan Emosional Ole Romeny Usai Kegagalan Timnas Indonesia
Lewat unggahan di media sosial, Ole Romeny menulis pesan menyentuh yang menggambarkan betapa beratnya menerima kenyataan gagal membawa Indonesia ke Piala Dunia. Ia mengaku sulit mengungkapkan dengan kata-kata rasa sakit yang ia rasakan.
“Sulit menggambarkan rasa sakit yang saya rasakan saat ini. Harapan besar yang kita miliki untuk mewujudkan mimpi bersama telah pupus,” tulis Romeny.
Dalam unggahan itu, ia juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh pendukung Indonesia. “Untuk semua fans yang datang ke stadion, yang menonton dari rumah, dan anak-anak di jalanan yang bermimpi seperti kami — terima kasih atas cinta dan dukungannya,” lanjutnya.
Ungkapan Romeny itu mencerminkan rasa tanggung jawab dan dedikasinya terhadap tim. Ia tak hanya tampil sebagai pemain, tetapi juga sebagai sosok inspiratif yang mengajarkan arti semangat dan pengorbanan dalam sepak bola.
Perjalanan Panjang dari Cedera hingga Kembali ke Lapangan
Kisah perjuangan Ole Romeny bersama Timnas Indonesia tidak dimulai dengan mudah. Ia sempat absen cukup lama karena cedera yang dialaminya saat membela klub. Demi mempercepat proses pemulihan, Romeny menjalani program latihan intensif dan pola makan ketat — bahkan menghindari konsumsi gula sepenuhnya.
Langkah itu diambil untuk menjaga kondisi fisiknya tetap optimal. “Saya tahu tidak ada jalan pintas dalam pemulihan. Saya harus disiplin dalam latihan, menjaga nutrisi, dan menekan ego untuk segera bermain,” ucap Romeny dalam salah satu wawancara beberapa waktu lalu.
Ketika akhirnya dinyatakan pulih, ia tidak langsung mendapat menit bermain penuh. Saat menghadapi Arab Saudi, ia tampil sebagai pemain pengganti dan berusaha keras membantu serangan Garuda. Meski tak mencetak gol, kontribusinya di lapangan tetap mendapat apresiasi tinggi dari pelatih dan rekan setim.
Pengorbanan Besar demi Membela Garuda
Tak banyak yang tahu betapa besar pengorbanan Romeny untuk bisa kembali berseragam merah putih. Selain menahan rasa sakit fisik, ia juga menghadapi tekanan mental akibat ekspektasi tinggi publik. Namun, semangatnya untuk membela Indonesia tidak pernah padam.
Romeny bahkan menolak tawaran istirahat tambahan dari klubnya demi bisa bergabung dengan skuad asuhan Patrick Kluivert. “Saya ingin membantu tim ini sampai akhir. Kami sudah memulai perjalanan ini bersama, dan saya ingin menyelesaikannya di lapangan,” katanya dalam salah satu sesi latihan di Jeddah.
Meski Indonesia gagal melangkah lebih jauh, Romeny tetap menjadi simbol semangat juang dan profesionalisme. Ia tampil dengan hati, memperlihatkan dedikasi yang luar biasa di setiap kesempatan.
Kekecewaan yang Menguatkan Semangat untuk Bangkit
Setelah laga melawan Irak, suasana di ruang ganti Timnas Indonesia terasa hening. Para pemain tampak menunduk, sebagian berurai air mata. Kapten tim, Jay Idzes, menyebut bahwa semua pemain telah memberikan segalanya di lapangan. “Kami bangga dengan perjuangan tim ini, meski hasilnya belum sesuai harapan,” ujarnya.
Pelatih Patrick Kluivert pun menyampaikan rasa kecewa, namun tetap memberikan apresiasi atas kerja keras para pemain. Ia menilai pengalaman ini akan menjadi pelajaran berharga menuju laga-laga berikutnya, terutama pada FIFA Matchday November 2025 mendatang.
Bagi Romeny, kekalahan ini bukan akhir segalanya. “Kami sudah melakukan yang terbaik untuk mewakili Indonesia di panggung terbesar. Saya bangga menjadi bagian dari tim ini. Kami akan tetap menegakkan kepala dan pasti akan kembali,” tulisnya menutup pesannya di Instagram.