Monday, October 6, 2025
No menu items!
asia9QQ  width=
HomeHot NewsKetika Bintang Golden Boy Meredup: Joao Felix hingga Anthony Martial

Ketika Bintang Golden Boy Meredup: Joao Felix hingga Anthony Martial

Ketika bintang Golden Boy meredup, kisah Joao Felix hingga Anthony Martial menjadi contoh nyata betapa gelar prestisius itu bukan jaminan sukses. Golden Boy dikenal sebagai penghargaan untuk pemain muda terbaik di Eropa dengan usia di bawah 21 tahun. Nama besar seperti Lionel Messi, Wayne Rooney, hingga Kylian Mbappé pernah memenangkannya dan kemudian benar-benar mencapai level elite sepak bola dunia.

Namun, tidak semua pemain yang menerima trofi ini mampu melanjutkan karier gemilang. Tekanan mental, cedera panjang, atau pilihan klub yang salah sering kali menghambat perkembangan mereka. Padahal, ekspektasi publik sangat tinggi ketika seorang pemain muda diganjar penghargaan tersebut.

- Advertisement -
asia9QQ

Joao Felix, misalnya, awalnya disebut sebagai penerus Cristiano Ronaldo. Akan tetapi, kariernya justru penuh tanda tanya. Begitu pula dengan Anthony Martial yang sempat dielu-elukan di Manchester United namun kini merumput di liga yang jauh dari sorotan utama. Mario Balotelli dan Renato Sanches juga menjadi contoh bahwa bakat besar saja tidak cukup tanpa konsistensi serta dukungan lingkungan yang tepat.

Berikut empat pemenang Golden Boy yang gagal memenuhi ekspektasi publik meski pernah digadang-gadang menjadi calon megabintang sepak bola dunia.

Joao Felix: Perjalanan yang Membingungkan

Joao Felix memenangi Golden Boy 2019 setelah tampil gemilang bersama Benfica. Kepindahannya ke Atlético Madrid dengan biaya transfer fantastis sempat membuat publik percaya ia akan jadi bintang baru La Liga.

Sayangnya, performa Felix tidak konsisten. Ia kesulitan beradaptasi dengan filosofi Diego Simeone yang menuntut disiplin taktis ketat. Setelah itu, ia sempat dipinjamkan ke Chelsea dan Barcelona, namun gagal menunjukkan performa stabil. Kini, kepindahannya ke Al-Nassr di usia 25 tahun dianggap sebagai langkah mundur.

Alih-alih bersaing di Eropa, Felix memilih liga yang masih dipandang inferior. Banyak pihak menilai keputusan tersebut bisa mematikan potensi emas yang dulu membuatnya digadang-gadang sebagai penerus Ronaldo.

Renato Sanches: Dari Euforia ke Kehilangan Arah

Renato Sanches menjadi sensasi saat membantu Portugal juara Euro 2016. Gelar Golden Boy yang ia menangkan pada tahun itu dianggap pantas. Bayern Munchen kemudian merekrutnya dengan harapan bisa mengembangkan bakat besarnya.

Namun, perjalanan Sanches justru berliku. Ia gagal bersinar di Jerman, sempat dipinjamkan ke Swansea, lalu pindah ke Lille. Bersama Lille, ia sempat bangkit dan bahkan meraih gelar Ligue 1. PSG kemudian merekrutnya, tetapi lagi-lagi performanya mengecewakan.

Hingga kini, Sanches jarang mendapat menit bermain reguler. Dalam dua musim terakhir, ia hanya menjadi starter dua kali. Kariernya seperti kehilangan arah, meski usianya baru menginjak 27 tahun.

Mario Balotelli: Talenta Besar yang Terbuang

Mario Balotelli memenangkan Golden Boy 2010 ketika masih berseragam Inter Milan. Saat itu, ia dikenal sebagai striker muda penuh potensi dengan teknik dan fisik mumpuni. Pindah ke Manchester City, ia sempat memukau publik, terutama dengan performa di Premier League dan kontribusi di Euro 2012.

Sayangnya, sikap temperamental dan kurangnya disiplin membuat karier Balotelli berantakan. Ia sering terlibat kontroversi di dalam maupun luar lapangan. Meski sempat kembali ke AC Milan, performanya tidak pernah stabil.

Kini, di usia 34 tahun, Balotelli justru sering berpindah klub di level bawah Eropa. Terakhir ia membela Genoa, namun gagal mencetak gol dalam enam pertandingan. Namanya kini lebih dikenal karena kontroversi dibanding prestasi di lapangan.

Anthony Martial: Janji yang Tak Pernah Tercapai

Anthony Martial memenangkan Golden Boy 2015 ketika baru bergabung dengan Manchester United. Debutnya di Premier League begitu mengesankan, terutama gol indah ke gawang Liverpool yang langsung membuatnya dipuja suporter.

Namun, setelah itu kariernya berjalan naik turun. Cedera, inkonsistensi, dan persaingan ketat di lini depan membuat Martial gagal mencapai level yang diharapkan. Dalam sembilan musim di Old Trafford, ia memang mencetak 90 gol, tetapi kontribusinya sering dianggap tidak cukup untuk ukuran striker utama.

Kini, sebelum menginjak usia 30 tahun, Martial sudah meninggalkan Inggris. Ia memilih berkarier di Yunani bersama AEK Athens. Meski mencetak sembilan gol dalam 23 laga musim perdananya, sorotan dan gengsi jelas berbeda dibandingkan ketika ia masih di Premier League.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -
asia9sports

Most Popular

Recent Comments