Reinier resmi pulang ke Brasil setelah lima tahun tanpa debut di Real Madrid, klub yang dulu memboyongnya dengan ekspektasi besar. Kisah sang gelandang serang berusia 23 tahun ini menjadi salah satu contoh pahit dalam dunia sepak bola Eropa, khususnya ketika harapan tidak selalu sejalan dengan kenyataan. Didatangkan dengan harga fantastis dari Flamengo pada 2020, Reinier sempat digadang-gadang sebagai “penerus Kaka” karena gaya bermainnya yang elegan dan visioner di lini tengah. Namun, alih-alih bersinar di Santiago Bernabeu seperti Vinicius Junior atau Rodrygo, Reinier justru tidak pernah sekalipun mencatatkan menit bermain untuk tim utama Real Madrid.
Kini, tanpa kontribusi berarti dan setelah masa peminjaman yang tak memberi dampak signifikan, Reinier akhirnya kembali ke kampung halaman. Klub raksasa Brasil, Atletico Mineiro, menjadi pelabuhan barunya dalam upaya menyelamatkan karier yang sempat menjanjikan. Real Madrid pun melepasnya secara cuma-cuma, menandai akhir dari proyek ambisius yang gagal total.
Harapan Tinggi yang Tak Terwujud
Ketika Real Madrid merekrut Reinier dari Flamengo pada awal 2020, ia masih berusia 18 tahun. Los Blancos menggelontorkan dana sebesar €30 juta (sekitar Rp510 miliar) untuk memboyongnya, sebuah angka besar untuk pemain yang baru mencicipi level senior. Bersama Vinicius dan Rodrygo, Reinier diharapkan menjadi bintang muda Brasil berikutnya yang mampu mencuri perhatian di LaLiga.
Namun, Real Madrid memiliki kebijakan ketat soal pemain non-Uni Eropa yang bisa masuk skuad utama. Karena itu, Reinier langsung dipinjamkan ke Borussia Dortmund. Sayangnya, di klub Bundesliga tersebut, Reinier lebih banyak menghangatkan bangku cadangan. Ia hanya mencatat 39 penampilan selama dua musim, mayoritas sebagai pemain pengganti.
Rentetan Peminjaman yang Gagal
Setelah gagal di Jerman, Reinier kembali dipinjamkan—kali ini ke klub LaLiga, Girona. Di sana pun, situasinya tidak membaik. Waktu bermain yang terbatas, cedera, dan inkonsistensi performa membuatnya kesulitan mencuri perhatian pelatih.
Peminjaman berikutnya ke Frosinone (Italia) dan Granada (Spanyol) pun tidak membawa hasil lebih baik. Reinier tidak pernah benar-benar menemukan ritme permainan yang stabil. Alih-alih berkembang, performanya justru tampak stagnan. Dalam kurun waktu lima tahun sejak bergabung, Reinier bahkan belum pernah mengenakan seragam tim utama Real Madrid dalam laga resmi.
Real Madrid Melepas Secara Gratis
Melihat perkembangan yang stagnan dan kontrak yang mulai membebani, manajemen Real Madrid akhirnya mengambil keputusan tegas: melepas Reinier tanpa biaya transfer. Menurut laporan dari Diario SPORT, Atletico Mineiro menyambut kedatangan sang pemain dengan tangan terbuka. Bagi Reinier, ini merupakan peluang untuk menghidupkan kembali kariernya.
Sempat beredar kabar bahwa Norwich City, klub Inggris yang bermain di Championship, tertarik mengamankan jasanya. Namun, negosiasi tidak menemui kesepakatan, dan Reinier lebih memilih kembali ke tanah kelahirannya. Pilihan ini bisa menjadi langkah yang tepat mengingat tekanan di Brasil tidak seberat di Eropa.
Kesempatan Kedua Bersama Atletico Mineiro
Di Atletico Mineiro, Reinier tidak akan sendirian. Ia akan bermain bersama nama-nama besar seperti Hulk dan di bawah arahan pelatih kawakan Cuca. Sosok Cuca dikenal jeli dalam membina dan mengembalikan performa pemain muda yang kehilangan arah.
Meski sorotan media kini tak seintens dulu, Reinier masih memiliki kesempatan kedua untuk membuktikan kemampuannya. Kemampuannya dalam mengatur tempo, mengoper akurat, serta visi bermain yang sempat mengingatkan banyak orang pada Kaka masih ada di dalam dirinya. Kini, tinggal bagaimana ia mengasah kembali talenta tersebut dalam lingkungan yang lebih nyaman.
Refleksi dari Proyek Gagal Real Madrid
Kisah Reinier menjadi pelajaran penting bagi klub-klub besar Eropa. Tak semua bakat muda bisa langsung bersinar hanya karena nilai transfer tinggi dan label “wonderkid”. Perkembangan pemain sangat tergantung pada adaptasi, kesempatan bermain, dan konsistensi dalam pembinaan.
Real Madrid sendiri sebenarnya cukup berhasil dalam mendatangkan talenta muda Brasil dalam beberapa tahun terakhir, seperti Vinicius Junior dan Rodrygo yang sukses menembus tim utama. Namun, Reinier menjadi pengecualian yang menunjukkan bahwa investasi besar tidak selalu menjamin hasil gemilang.