Thursday, July 3, 2025
No menu items!
asia9QQ  width=
HomeLiga InggrisManchester United Boros Tapi Sulit Jual Pemain, Masalah Klasik yang Terus Terulang

Manchester United Boros Tapi Sulit Jual Pemain, Masalah Klasik yang Terus Terulang

Manchester United boros tapi sulit jual pemain adalah ironi yang terus membayangi klub sejak era Sir Alex Ferguson berakhir. Meski dikenal sebagai salah satu klub terkaya dan paling populer di dunia, United justru kerap gagal mengelola sumber daya pemain secara efektif. Mereka belanja besar, namun kesulitan meraih untung dari penjualan, yang membuat neraca keuangan kian timpang dari tahun ke tahun.

Sejak 2013, The Red Devils telah menggelontorkan lebih dari €1 miliar untuk mendatangkan pemain bintang. Sayangnya, banyak dari pemain-pemain itu gagal memenuhi ekspektasi dan akhirnya harus dilepas dengan harga murah atau sekadar dipinjamkan. Beban gaji yang tinggi juga membuat klub kesulitan menemukan pembeli yang bersedia menanggung kontrak mahal pemain-pemain tersebut.

- Advertisement -
asia9QQ

Kini, di bawah manajemen baru yang dipimpin oleh Sir Jim Ratcliffe dan grup INEOS, Manchester United berambisi untuk membenahi model bisnis mereka. Salah satu fokus utama adalah memperbaiki strategi transfer—bukan hanya dalam membeli, tetapi juga menjual pemain. Namun, perubahan ini tidak mudah mengingat sejarah panjang kegagalan dalam melepas pemain secara efisien dan menguntungkan.


Penjualan Pemain Masih Jadi Kelemahan Utama MU

Setelah resmi diambil alih sebagian oleh INEOS pada awal 2024, fokus utama manajemen baru Manchester United adalah efisiensi transfer. Namun hingga pertengahan 2025, catatan penjualan klub masih memprihatinkan.

Data menunjukkan bahwa dalam satu dekade terakhir, Manchester United hanya meraih €545 juta dari penjualan pemain. Jumlah ini membuat mereka berada di posisi kesembilan dalam daftar klub Premier League dengan pendapatan transfer tertinggi.

Sebagai perbandingan, rival sekota mereka Manchester City mencetak keuntungan lebih dari €800 juta dalam periode yang sama, banyak di antaranya berasal dari akademi. Liverpool dan Chelsea juga jauh lebih unggul dalam hal melepas pemain dengan harga menguntungkan.

Manchester United, sebaliknya, sering terpaksa melepas pemain dengan harga diskon atau meminjamkan tanpa opsi beli, karena gaji tinggi dan performa inkonsisten membuat nilai mereka jatuh. Masalah ini telah menjadi beban struktural yang membuat klub sulit melakukan regenerasi skuad secara berkelanjutan.


Minimnya Penjualan Besar Jadi Pekerjaan Rumah

Di level Eropa, Manchester United berada di peringkat ke-32 dalam pendapatan transfer pemain, sebuah posisi yang sangat jauh dari klub-klub top yang bersaing di panggung Liga Champions. Ironisnya, rekor penjualan tertinggi MU masih dipegang oleh Cristiano Ronaldo sejak 2009, yakni €94 juta saat dijual ke Real Madrid.

Selama sepuluh tahun terakhir, hanya enam pemain yang mampu dijual dengan harga di atas €30 juta. Beberapa di antaranya adalah Angel Di Maria, Romelu Lukaku, dan Daniel James. Fakta bahwa nama-nama besar seperti Paul Pogba, Alexis Sanchez, hingga Donny van de Beek dilepas dengan nilai yang minim atau bahkan tanpa pemasukan memperkuat narasi bahwa United buruk dalam urusan menjual pemain.

Jika klub ingin menjaga kestabilan finansial di tengah regulasi Financial Fair Play yang semakin ketat, maka kemampuan melepas pemain dengan nilai maksimal harus menjadi prioritas. Tanpa pemasukan dari penjualan, belanja besar akan terus jadi bom waktu bagi neraca klub.


Tantangan Besar di Bursa Transfer 2025

Musim panas 2025 menjadi momen penting bagi Manchester United. Klub telah mengeluarkan banyak uang, termasuk €74 juta untuk merekrut Matheus Cunha, dan sedang berupaya menuntaskan transfer Bryan Mbeumo dari Brentford dengan nilai hampir €70 juta.

Namun untuk melanjutkan aktivitas transfer, klub harus lebih dulu menjual pemain yang tak lagi dibutuhkan. Nama-nama seperti Jadon Sancho, Antony, dan Marcus Rashford disebut-sebut masuk daftar jual. Penjualan Scott McTominay dan Mason Greenwood pada musim sebelumnya menjadi contoh langkah sukses yang harus diulang.

Selain itu, penjualan pemain akademi sangat berpotensi memberikan keuntungan bersih penuh karena biaya pengembangannya sudah ditutup oleh waktu. MU harus memaksimalkan ini agar tidak bergantung sepenuhnya pada pemilik baru dalam membiayai belanja pemain.


Harapan Baru di Bawah Ruben Amorim

Dengan Ruben Amorim kini duduk di kursi manajer, Manchester United berusaha menata ulang arah permainan dan struktur skuad. Filosofi pelatih asal Portugal ini menekankan pada kolektivitas dan efisiensi, sesuatu yang sangat dibutuhkan klub dalam situasi saat ini.

Namun keberhasilan proyek Amorim akan sangat tergantung pada kemampuan klub dalam menyusun skuad secara cerdas. Menjual pemain yang tidak cocok dengan sistem menjadi langkah penting untuk memberi ruang bagi perekrutan yang lebih relevan dengan gaya bermain pelatih.

Manajemen baru MU harus menyadari bahwa belanja besar tanpa keseimbangan dalam penjualan hanya akan membawa klub ke situasi yang sama seperti sebelumnya—boros tapi tak berprestasi.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -
asia9sports

Most Popular

Recent Comments