Xabi Alonso resmi diumumkan sebagai pelatih baru Real Madrid mulai 1 Juni 2025 mendatang. Penunjukan ini menandai babak baru dalam karier Alonso, yang sebelumnya berhasil mencuri perhatian sebagai pelatih Bayer Leverkusen. Namun, di balik kesuksesannya, terdapat berbagai fakta menarik yang membuat perjalanan Xabi Alonso semakin istimewa, termasuk latar belakang keluarganya yang erat dengan sepak bola.
1. Lahir dari Keluarga yang Melekat Erat dengan Dunia Sepak Bola
Xabi Alonso dilahirkan di Tolosa, sebuah kota kecil di wilayah Basque, Spanyol. Ia berasal dari keluarga yang memiliki akar kuat di dunia sepak bola. Ayahnya, Periko Alonso, adalah seorang mantan pesepak bola profesional yang pernah bermain untuk beberapa klub ternama seperti Real Sociedad dan Barcelona.
Tidak hanya itu, Periko Alonso juga pernah membela tim nasional Spanyol dan menjadi bagian dari Timnas Basque dalam laga tidak resmi. Warisan kecintaan terhadap sepak bola ini tidak berhenti pada Periko. Adik Xabi, Mikel Alonso, juga menekuni profesi yang sama dan sempat memperkuat Real Sociedad. Meskipun tidak setenar sang kakak, Mikel tetap dikenal sebagai gelandang yang berteknik baik di era 2000-an.
Lingkungan keluarga yang kompetitif dan penuh semangat olahraga tersebut menjadi fondasi yang membentuk karakter kuat Xabi Alonso sejak usia dini. Didikan dari ayahnya, ditambah atmosfer sepak bola yang kental, telah menyiapkan dirinya untuk menghadapi tantangan besar di lapangan maupun di pinggir lapangan sebagai pelatih.
2. Persahabatan Sejak Kecil dengan Mikel Arteta
Satu lagi sisi menarik dari kehidupan pribadi Xabi Alonso adalah hubungan persahabatannya dengan Mikel Arteta. Keduanya tumbuh di kota San Sebastian dan kerap menghabiskan waktu bersama bermain bola di pinggir pantai. Kedekatan mereka bukan sekadar hubungan biasa, melainkan persahabatan sejati yang telah terjalin sejak kecil.
Keduanya sempat bermimpi untuk bermain bersama di klub masa kecil mereka, Real Sociedad. Sayangnya, takdir berkata lain. Xabi Alonso lebih dulu menembus tim utama Sociedad dan kemudian hijrah ke Liverpool. Sementara itu, Mikel Arteta baru datang ke Sociedad setelah Alonso pergi. Meski mereka tidak sempat bermain bersama secara resmi, ikatan persahabatan itu tetap kuat bahkan hingga kini saat keduanya telah menjadi pelatih top di Eropa.
Persahabatan mereka juga mencerminkan nilai-nilai kesetiaan dan dedikasi terhadap olahraga yang mereka cintai. Kini, keduanya sama-sama menjadi panutan di bangku pelatih, mewakili generasi baru pelatih muda berbakat dari Spanyol.
3. Cetak Gol Krusial di Final Liga Champions 2005
Salah satu momen paling dikenang dalam karier bermain Xabi Alonso adalah saat ia mencetak gol penting di final Liga Champions 2005. Dalam laga dramatis antara Liverpool melawan AC Milan, Alonso mencetak gol penyeimbang menjadi 3-3 setelah tendangan penaltinya ditepis kiper Dida dan bola muntah berhasil ia konversi menjadi gol.
Gol tersebut menjadi titik balik bagi Liverpool dalam pertandingan yang sempat tertinggal 0-3 di babak pertama. Pada akhirnya, Liverpool keluar sebagai juara setelah menang lewat adu penalti. Momen tersebut tak hanya mengukuhkan nama Alonso di panggung Eropa, tetapi juga menunjukkan mental baja yang ia miliki sebagai pemain.
Bersama Liverpool dan kemudian Real Madrid, Alonso meraih dua gelar Liga Champions, membuktikan dirinya sebagai gelandang yang tak hanya elegan, tetapi juga menentukan di laga besar.
4. Kapten Real Sociedad di Usia 20 Tahun
Xabi Alonso menunjukkan kepemimpinan luar biasa sejak usia muda. Pada usia 20 tahun, ia telah dipercaya menjadi kapten Real Sociedad. Sebelumnya, Alonso sempat dipinjamkan ke klub Segunda Division, Eibar, oleh pelatih Javier Clemente agar mendapat jam terbang lebih banyak.
Namun, perubahan terjadi cepat. Setelah Clemente dipecat, pelatih baru John Toshack memanggil kembali Alonso ke tim utama. Toshack tidak hanya menurunkan Alonso secara reguler, tapi langsung menunjuknya sebagai kapten. Keputusan tersebut mengejutkan banyak pihak, namun terbukti tepat. Alonso menunjukkan kepemimpinan dan kedewasaan luar biasa untuk pemain seusianya.
Musim tersebut berakhir dengan Sociedad berhasil selamat dari degradasi, dan nama Alonso mulai dikenal luas di kancah sepak bola Spanyol. Kepemimpinannya di usia muda menjadi fondasi penting dalam kariernya di masa depan.
5. Sukses Raih Treble Domestik di Jerman sebagai Pemain dan Pelatih
Kesuksesan Xabi Alonso tak terbatas hanya di Spanyol dan Inggris. Di Jerman, Alonso juga mengukir prestasi besar bersama Bayern Munchen. Pada musim 2015-2016, ia menjadi bagian dari tim yang meraih treble domestik: Bundesliga, DFB Pokal, dan DFL-Supercup.
Prestasi ini menunjukkan kemampuannya beradaptasi di berbagai liga top Eropa. Bukan hanya itu, sebagai pelatih Bayer Leverkusen, Alonso juga berhasil menorehkan prestasi serupa. Ia membawa Leverkusen meraih treble domestik pada musim 2023/2024, membuktikan kematangan taktik dan kapasitasnya sebagai pelatih papan atas.
Langkah Alonso menjadi pelatih Real Madrid adalah kelanjutan dari prestasi yang telah ia raih baik sebagai pemain maupun pelatih. Dengan fondasi kuat dan perjalanan karier yang luar biasa, masa depan Real Madrid di tangan Alonso patut dinantikan.