Leicester City kembali menjadi sorotan setelah menelan kekalahan telak 0-3 dari Newcastle United pada pekan ke-31 Premier League 2024/2025. Kekalahan ini terjadi di kandang mereka sendiri, King Power Stadium, Selasa (8/4/2025) dini hari WIB. Tidak hanya gagal meraih poin, Leicester juga mencatat rekor buruk sebagai tim pertama dalam sejarah Premier League yang menelan delapan kekalahan kandang secara beruntun tanpa mencetak satu gol pun.
Hasil ini menambah penderitaan The Foxes yang kini berada dalam posisi genting di klasemen. Tekanan terhadap pelatih anyar Ruud van Nistelrooy semakin besar. Jika tidak segera menemukan solusi, Leicester berpotensi terdegradasi sebelum musim mencapai pekan terakhir.
Newcastle Unggul Cepat, Leicester Tak Berkutik
Laga baru berlangsung 11 menit, namun Leicester sudah tertinggal dua gol dari Newcastle. Jacob Murphy menjadi mimpi buruk bagi pertahanan tuan rumah dengan mencetak dua gol cepat yang mengejutkan publik King Power. Kedua gol tersebut tercipta dari serangan yang terorganisir, memanfaatkan kelemahan lini belakang Leicester yang terlihat tidak siap.
Gol ketiga Newcastle lahir pada menit ke-34 melalui Harvey Barnes. Pemain yang pernah membela Leicester itu mencetak gol dengan penyelesaian klinis, memanfaatkan bola rebound dari tendangan Joelinton. Dominasi Newcastle tidak terbantahkan sepanjang babak pertama.
Hingga peluit babak pertama berbunyi, Leicester nyaris tidak memberikan ancaman serius. Bahkan upaya Jamie Vardy di awal pertandingan yang nyaris membuahkan gol menjadi satu-satunya sorotan positif tim tuan rumah dalam laga ini.
Atmosfer King Power Stadium yang Suram
Atmosfer di Stadion King Power malam itu terasa sangat berbeda dari biasanya. Banyak kursi kosong terlihat, terutama di akhir pertandingan. Suporter Leicester terlihat muram dan frustrasi dengan performa tim. Beberapa bahkan terdengar melontarkan nyanyian sarkastik yang mencerminkan rasa kecewa yang mendalam.
Satu momen mencolok adalah ketika Fabian Schar dari Newcastle hampir mencetak gol dari tengah lapangan. Bola menghantam mistar gawang, lalu disambar kembali oleh Murphy untuk mencetak gol kedua. Seluruh lini belakang Leicester hanya terdiam menyaksikan tanpa reaksi berarti. Momen ini menjadi simbol lemahnya mental dan fokus pemain-pemain Leicester saat ini.
Reaksi Suporter yang Makin Memanas
Kekecewaan suporter Leicester mencapai puncaknya ketika Harvey Barnes mencetak gol ketiga. Ironisnya, beberapa fans justru memberikan tepuk tangan, namun bukan sebagai bentuk apresiasi—melainkan sindiran. Gestur ini memperlihatkan betapa retaknya hubungan antara tim dan pendukung setianya.
Di babak kedua, meski Newcastle menurunkan intensitas permainan, mereka tetap memegang kendali. Leicester hanya sesekali mencoba menyerang. Ruud van Nistelrooy bahkan mengambil langkah ekstrem dengan menurunkan Jeremy Monga, pemain muda berusia 15 tahun. Namun, langkah ini pun tidak membuahkan hasil.
Wout Faes sempat mendapat peluang lewat sundulan tajam di area penalti, namun bola melambung tinggi. Ketidakefektifan di depan gawang menjadi catatan buruk lain bagi Leicester yang belum juga mencetak gol dalam delapan laga kandang terakhir.
Krisis Identitas di Bawah Kepemimpinan Van Nistelrooy
Sejak kepergian sejumlah pemain kunci dan pergantian pelatih, Leicester belum mampu menemukan jati diri. Ruud van Nistelrooy yang datang dengan ekspektasi tinggi justru belum memberikan dampak nyata. Strategi permainan belum terlihat solid, dan komunikasi antar pemain tampak lemah di lapangan.
Beberapa pertandingan terakhir menunjukkan bahwa tim ini bermain tanpa arah yang jelas. Kekalahan demi kekalahan tidak hanya memengaruhi posisi mereka di klasemen, tetapi juga menghancurkan kepercayaan diri para pemain.
Musim ini bisa menjadi salah satu masa tergelap dalam sejarah Leicester City. Jika tidak segera melakukan perbaikan secara menyeluruh—baik taktik maupun mentalitas—bukan tidak mungkin mereka akan terdegradasi ke divisi Championship.
Newcastle dalam Tren Positif, Semakin Dekat Zona Liga Champions
Di sisi lain, kemenangan ini membawa Newcastle ke posisi kelima klasemen sementara. Mereka menyamai poin Chelsea dan hanya tertinggal selisih gol, dengan satu pertandingan tunda yang belum dimainkan. Kemenangan ini juga menjadi kelanjutan dari tren positif usai meraih gelar Carabao Cup musim ini.
Penampilan anak asuh Eddie Howe menunjukkan stabilitas dan kematangan strategi. Pemain seperti Jacob Murphy dan Harvey Barnes tampil luar biasa, memberikan harapan besar bagi The Magpies untuk kembali tampil di Liga Champions musim depan.
Newcastle kini tidak hanya memburu posisi empat besar, tapi juga mulai menunjukkan kedewasaan dalam menghadapi tekanan kompetisi. Ini menjadi sinyal positif bagi masa depan klub yang kini stabil secara finansial dan taktik.