Thursday, April 10, 2025
No menu items!
asia9QQ  width=
HomeLiga IndonesiaBRI Liga 1: PSIS Semarang Terus Dapati Masalah Saat Performa Menurun

BRI Liga 1: PSIS Semarang Terus Dapati Masalah Saat Performa Menurun

PSIS Semarang, yang dikenal dengan julukan Mahesa Jenar, mengalami penurunan performa yang cukup dramatis di BRI Liga 1 2024/2025. Klub yang sebelumnya menjadi salah satu tim yang diperhitungkan di Liga 1, kini harus menghadapi berbagai masalah yang mengguncang kekuatan mereka. Dari kekalahan yang terus berlanjut hingga konflik internal yang semakin memanas. Perjalanan PSIS di musim ini dipenuhi dengan kesulitan yang sepertinya tak kunjung berakhir.

Penurunan Performa yang Mengkhawatirkan

PSIS Semarang kembali mencatatkan kekalahan beruntun yang mengkhawatirkan, masing-masing melawan PSS Sleman dengan skor 1-2 dan Malut United dengan skor 1-3. Kedua hasil buruk ini terjadi di akhir putaran pertama BRI Liga 1 2024/2025 dan membuat mereka terjebak di peringkat ke-13 klasemen dengan hanya mengumpulkan 17 poin dari 16 pertandingan. Angka ini jauh dari harapan suporter dan manajemen, mengingat ambisi mereka untuk bersaing di papan atas.

- Advertisement -
asia9QQ

Performa buruk ini memperlihatkan adanya masalah mendalam dalam tim, dan apabila tidak segera ditangani, PSIS bisa kesulitan untuk bangkit pada putaran kedua. Salah satu persoalan utama yang menghambat tim adalah ketidakmampuan mereka untuk tampil konsisten, baik dalam hal permainan maupun hasil akhir pertandingan.

Produktivitas Gol yang Terendah di Liga

Salah satu penyebab utama mengapa PSIS Semarang kesulitan bersaing di BRI Liga 1 adalah produktivitas gol mereka yang sangat rendah. Hingga pekan ke-16, PSIS hanya berhasil mencetak 11 gol, jumlah yang sangat minim jika dibandingkan dengan tim-tim lainnya. Bahkan, mereka memiliki catatan yang sama dengan tim-tim yang berada di zona degradasi, seperti Persis Solo dan Semen Padang.

Produksi gol yang rendah ini bukanlah masalah baru. Sejak musim lalu, tanda-tanda kesulitan dalam mencetak gol sudah terlihat. Namun tak ada solusi efektif yang berhasil ditemukan hingga saat ini. Salah satu aspek yang semakin memperburuk situasi adalah kegagalan PSIS untuk menemukan sosok penyerang tajam yang bisa diandalkan untuk mencetak gol.

Masalah Pemain Asing yang Tak Memberikan Dampak Positif

PSIS Semarang juga menghadapi masalah besar dalam hal kontribusi pemain asing. Sejak awal musim, mereka kesulitan mencari pemain asing yang bisa memberikan dampak signifikan. Meskipun mereka sempat merekrut striker Timnas Burundi, Sudi Abdallah, cedera parah yang menimpanya setelah hanya satu pertandingan membuatnya harus absen sepanjang musim.

Sebagai upaya penggantian, PSIS merekrut Evandro Brandao, namun nasibnya pun tak jauh berbeda. Setelah menunjukkan performa positif dengan dua gol dan satu assist dalam lima pertandingan, Evandro kembali mengalami cedera. Dua pemain asing lainnya, Fernandinho dan Taufee Skandari, juga tak banyak memberi kontribusi yang berarti. Akhirnya, mereka berdua dilepas menjelang berakhirnya putaran pertama, sebuah keputusan yang mencerminkan betapa buruknya dampak dari perekrutan pemain asing musim ini.

Konflik dengan Suporter dan Manajemen yang Memanas

Selain masalah di atas, hubungan antara manajemen PSIS Semarang dan kelompok suporter juga semakin meruncing. Sejak sempat terpaksa bermain tanpa kehadiran suporter di stadion, kini PSIS bisa kembali bermain di Stadion Jatidiri. Namun, kembalinya tim ke rumah mereka ternyata tidak berbanding lurus dengan jumlah pendukung yang datang untuk menyaksikan pertandingan.

Krisis ini sebagian besar disebabkan oleh hubungan yang semakin buruk antara manajemen PSIS, yang diwakili oleh CEO Yoyok Sukawi, dan dua kelompok suporter terbesar mereka, Panser Biru dan Snex. Ketegangan ini semakin memanas setelah pihak suporter melakukan boikot terhadap laga kandang PSIS sebagai bentuk protes terhadap kepemilikan saham Yoyok Sukawi. Mereka meminta agar Yoyok melepaskan sahamnya dan memberikan ruang bagi pihak lain untuk mengambil alih kepemilikan klub.

Ketegangan ini tentu berdampak pada atmosfer pertandingan PSIS. Dukungan suporter yang minim dapat memengaruhi mentalitas pemain di lapangan, sementara konflik internal yang terus berkembang hanya memperburuk situasi. Suporter yang merasa kecewa dan tidak puas dengan manajemen bisa menjadi faktor penting yang menghambat performa tim di lapangan.

Harapan dan Tantangan ke Depan

Dengan segala masalah yang dihadapi, PSIS Semarang harus segera menemukan solusi untuk bisa kembali ke jalur kemenangan. Kemenangan atas lawan-lawan yang lebih tangguh di putaran kedua sangat diperlukan agar mereka bisa memperbaiki posisi mereka di klasemen. Namun, hal ini tentu bukan tugas mudah, mengingat permasalahan besar yang mereka hadapi, mulai dari ketidakmampuan mencetak gol hingga ketegangan dengan suporter dan manajemen.

Jika PSIS ingin kembali bersaing di Liga 1 dan menghindari risiko degradasi, mereka harus segera memperbaiki produktivitas gol. Serta, memperkuat skuat dengan pemain yang lebih konsisten, dan menyelesaikan masalah internal yang ada. Pemain asing yang sebelumnya diharapkan menjadi solusi justru menjadi masalah baru. Sementara ketegangan dengan suporter bisa menjadi hambatan mental yang sulit diatasi.

Penting bagi PSIS untuk fokus pada perbaikan tim, memperbaiki hubungan dengan suporter. Serta, bekerja sama untuk meraih hasil yang lebih baik pada putaran kedua. Jika tidak, musim ini bisa berakhir dengan lebih banyak kekecewaan bagi Mahesa Jenar dan seluruh pendukung setianya.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -
asia9sports

Most Popular

Recent Comments