Manchester City kembali menelan hasil pahit usai kalah telak 0-4 dari Tottenham Hotspur pada laga pekan ke-12 Premier League 2024/2025, Minggu (24/11) dini hari WIB. Bermain di kandang sendiri, Stadion Etihad, tim asuhan Pep Guardiola justru tampil jauh dari ekspektasi. Gol-gol dari James Maddison (dua gol), Pedro Porro, dan Brennan Johnson menjadi pukulan berat bagi The Citizens.
Hasil ini memperpanjang catatan buruk Manchester City yang kini mengalami lima kekalahan beruntun di semua kompetisi. Meski masih bertahan di posisi kedua klasemen sementara Premier League, tekanan mulai meningkat di sekitar tim. Kekalahan ini mengundang pertanyaan besar: apa yang salah dengan Manchester City?
Kekalahan Telak: Apakah Taktik Guardiola Mulai Usang?
Pep Guardiola dikenal sebagai salah satu pelatih paling inovatif dalam dunia sepak bola. Filosofinya tentang penguasaan bola dan pressing tinggi telah menjadi identitas permainan timnya selama bertahun-tahun. Namun, dalam kekalahan dari Tottenham, pertanyaan mulai muncul: apakah taktik Guardiola masih relevan?
Menurut Guardiola, masalah utama dalam kekalahan ini bukanlah taktik, melainkan kemampuan timnya dalam merespons tekanan di lapangan.
“Saya tidak melihat ini sebagai masalah taktik. Ketika Anda kalah dalam laga seperti ini, penyebabnya lebih pada bagaimana tim bereaksi di momen-momen penting. Situasi semakin rumit saat Anda kalah tiga kali berturut-turut di liga,” ujar Guardiola, seperti dilansir BBC Sport.
Guardiola juga menyebut bahwa badai cedera yang menimpa pemain-pemain kunci menjadi salah satu penyebab utama penurunan performa tim. Rodri, Ruben Dias, Mateo Kovacic, dan Jack Grealish absen, sementara Kevin De Bruyne dan John Stones belum sepenuhnya pulih dari cedera. Dengan absennya para pemain ini, Guardiola kehilangan opsi penting untuk menjaga keseimbangan tim.
Masalah di Lini Pertahanan: Rapuh dan Kehilangan Kepercayaan Diri
Lini pertahanan Manchester City menjadi sorotan utama dalam kekalahan ini. Dari lima kekalahan beruntun yang dialami City, dua di antaranya berakhir dengan kebobolan empat gol, termasuk kekalahan 1-4 dari Sporting CP di Liga Champions.
Masalah di lini belakang terlihat jelas saat menghadapi Tottenham. Gol pertama James Maddison tercipta dari kombinasi cepat yang gagal diantisipasi oleh bek City. Gol-gol selanjutnya menunjukkan lemahnya koordinasi antara bek tengah dan penjaga gawang.
“Kami terlalu lemah dalam bertahan. Awalnya kami bermain cukup baik, tetapi tidak mampu mencetak gol. Setelah kebobolan, segalanya menjadi sulit, terutama secara emosional,” kata Guardiola.
Ia juga mengakui bahwa dalam delapan tahun terakhir, Manchester City belum pernah menghadapi periode seburuk ini. Guardiola berharap timnya segera memperbaiki kelemahan di lini pertahanan untuk mencegah rentetan hasil buruk ini terus berlanjut.
Pengaruh Badai Cedera pada Performa Tim
Badai cedera menjadi salah satu faktor terbesar yang memengaruhi performa Manchester City. Absennya Rodri di lini tengah membuat City kehilangan kontrol permainan. Pemain seperti Ruben Dias dan John Stones, yang biasanya menjadi andalan di lini belakang, juga tidak tersedia.
Selain itu, Kevin De Bruyne, maestro serangan City, masih berusaha pulih sepenuhnya dari cedera yang dialaminya di awal musim. Tanpa De Bruyne, kreativitas serangan City sangat terbatas, sehingga lebih mudah ditebak oleh lawan.
Dengan jadwal yang padat, Guardiola harus memutar otak untuk mencari solusi sementara hingga para pemain kunci bisa kembali bermain.
Posisi Manchester City di Klasemen Premier League
Kekalahan dari Tottenham tidak langsung menggusur Manchester City dari posisi kedua klasemen sementara Premier League. Dengan 23 poin dari 12 pertandingan, City masih terpaut lima poin dari Liverpool yang berada di puncak klasemen.
Namun, jarak dengan tim-tim lain seperti Chelsea, Arsenal, dan Brighton semakin tipis. Bahkan, Tottenham yang berada di posisi keenam kini hanya terpaut empat poin dari City. Situasi ini membuat City berada dalam ancaman serius jika gagal segera bangkit.
Klasemen Premier League 2024/2025 (Posisi 1-6):
- Liverpool – 28 poin (11 laga): Performa solid di lini depan dan belakang membuat mereka nyaman di puncak.
- Manchester City – 23 poin (12 laga): Tersendat oleh lima kekalahan beruntun di semua kompetisi.
- Chelsea – 22 poin (12 laga): Konsisten meraih poin, meskipun beberapa hasil imbang menghambat mereka.
- Arsenal – 22 poin (12 laga): Mengandalkan serangan cepat tetapi masih inkonsisten di beberapa pertandingan.
- Brighton – 22 poin (12 laga): Menjadi kejutan musim ini dengan gaya permainan menyerang yang atraktif.
- Tottenham – 19 poin (12 laga): Kemenangan atas City meningkatkan kepercayaan diri tim asuhan Ange Postecoglou.
Laga Berikutnya
Manchester City memiliki peluang untuk bangkit ketika menghadapi Feyenoord di ajang Liga Champions pada Rabu (27/11) dini hari WIB. Laga ini menjadi sangat penting, tidak hanya untuk menjaga peluang lolos ke babak berikutnya, tetapi juga untuk memulihkan moral tim.