Menanti kebangkitan raksasa La Liga di tahun yang baru, mungkin itu kata yang tepat bagi masyarakat bola. Barcelona memang tampil sangat tidak konsisten sejak musim lalu. Tahun 2020 memang merupakan ujian terbesar sang raksasa Spanyol.
Pertanyaan besarnya, akankah sang raksasa terpuruk terus hingga benar-benar jatuh? Atau di tahun 2021, Barcelona benar-benar bangkit?
Apalagi di tanggal 24 Januari nanti, manajemen Barca akan mengadakan pemilihan presiden baru. Spekulasi siapa yang akan terpilih sudah beredar sejak Bartomeu mengundurkan diri.
Nasib Lionel Messi kerap dijadikan jaminan bagi setiap yang berkampanye. Ada yang akan berusaha mempertahankan sang bintang. Ada pula yang mengajak seluruh pihak realistis. Barca sudah tidak sanggup memberi gaji layak saat ini.
Messi per tanggal 1 Januri 2021 sudah bebas transfer. Klub mana saja bebas mengontraknya, meski masih akan bertanding sampai akhir musim untuk klubnya. Sampai saat ini, La Pulga sepertinya akan tetap fokus kepada Barcelona tanpa memikirkan klub selanjutnya.
Menanti Kebangkitan Raksasa La liga di Tahun yang Baru
Raksasa La Liga ada dua, Barcelona dan Real Madrid. Keduanya mendapat sebutan tersebut karena dua puluh tahun terakhir tim tersebut secara bergantian menjuarai La Liga. Hanya sesekali klub lain berhasil menggeser keduanya. Misalnya Atletico Madrid di musim 2013-2014.
Barcelona sudah lama menjadi klub besar Spanyol. Apalagi sejak kehadiran Lionel Messi di tahun 2004. Pemain ini dibesarkan dan membesarkan klub yang bermarkas di Camp Nou.
Demikian pula dengan Real Madrid. Beberapa tahun setelah kehadiran Messi di Tim Catana, Los Blancos kehadiran Christian Ronaldo.
Dua bintang dari dua tim yang berbeda La Liga terus bersaing sampai sekitar tahun 2017. Media sering menyebutkan persaingan panas antara keduanya.
Yang pasti, ketika Christian Ronaldo memutuskan pindah ke Liverpool, skuat Los Galacticos. Sampai saat ini mereka belum berhasil menyeimbangkan diri. Meski demikian, tahun lalu Real Madrid masih bisa menjuarai La Liga.
Di musim ini, Real Madrid sempat inkonsisten. Laga-laga awal skuat yang kini diasuh oleh Zinedine Zidane menuai kritikan dari fans. Di Liga Champions posisinya sempat tidak aman untuk masuk 16 besar.
Namun, di awal Desember 2020 semuanya berubah. Real Madrid seperti bangkit. Mereka memenangkan 5 laga berturut-turut. Laga tersebut, yaitu kontra Sevilla 1-0, Atletico Madrid 2-0, Athletic Bilbao 3-1, Eibar 3-1, dan terakhir Granada 2-0.
Pada laga terakhir Liga Champions fase grup, Real Madrid juga memastikan diri lolos 16 besar dengan mengalahkan Borussia Monchengladbach 2-0.
Kemenangan tersebut pupus di penutup tahun. Los Blancos ditahan imbang 1-1 oleh Elche. Padahal di atas kertas mereka seharusnya menang.
Banyak pihak menyalahkan Zidane atas hasil yang dicapai. Banyak media menarik garis, keberadaan Marelo di lapangan menyebabkan kekalahan.
Pemain tersebut baru diturunkan 7 kali oleh Zidane, di La Liga dan Liga Champions. Namuan dari ketujuh laga yang diikuti, hanya dua yang mengalami kemenangan: laga melawan Real Valladolid dan Huesca.
Menanti kebangkitan raksasa La Liga di tahun yang baru, menjadi PR bagi Zidane.
Dia disalahkan untuk sebagian besar kekalahan yang dialami skuat. Opsi dipecat kembali mencuat.
Pada laga terakhir, mereka ditahan imbang oleh Elche, pelatih dianggap menampilkan skuat usah. Paling tidak ada 3 lini yang diprediksi demikian.
Bek yang diturunkan, misalnya. Mereka menurunkan skuat yang belu diubah sejak kemunculannya di tahun 2014, yitu Marcelo, Sergio Ramos, Raphael Varane, dan Dani Caruajel. Bel ini pertama kali dibentuk oleh pelatih Carlo Ancelotti.
Kedua, pemain di lini tengah. Zidane menurunkan susunan pemain lawas bentukan Rafael Benitez: Casemiro, Toni Kroos, dan Luka Modric. Mereka pertama kali tampil bersama di bulan Oktober 2015.
Ketiga, peain lini serang yang mengandalkan Karim Benzema, Lucaz Vazquez, dan Marco Asensio. Ketiga pemain tersebut diturunkan ketika Cristiano Ronaldo dan Gareth Bale absen.
Real Madrid kini berada di posisi kedua dengan 33 poin. Setelah laga terakhir, kini poinnya terpaut dua dari rival sekota, Atletico Madrid.
Fans lain yang menanti kebangkitan raksasa La Liga di tahun yang baru adalah Barcelona.
Tim ini bisa disebut bernasib lebih buruk dibandingkan dengan rivalnya, Real Madrid.
La Blaugrana yang sedang mengalami banyak masalah, bahkan pernah menduduki peringkat kedua belas. Saat ini, skuat masih berada di peringkat keenam dengan 25 poin. Tertinggal 10 poin dari Atletico Madrid yang berada di posisi pertama dengan 35 poin.
Dengan kekalahan di laga akhir tahun 2020, kedudukan Ronald Koeman sebagai pelatih dipertanyakan. Mungkinkan menanti kebangkitan raksasa La Liga di tahun yang baru akan kembali mengorbankan sang pelatih?