Jose Wilkson menyebutkan bahwa kultur sepak bola Indonesia mirip dengan yang ada di Brasil. Namun, tentu itu hanya sekilas pandangan seorang pemain asing yang datang ke Indonesia.
Sang pemain asal Brasil tersebut pada kenyataannya belum pernah merasakan atmosfer kompetisi yang dilakukan di Indonesia. Persebaya Surabaya menjadi klub pertama di Indonesia yang dibela olehnya.
Ia memiliki pandangan tersebut usai melihat betapa besar antusiasme supporter dalam mendukung klub bola yang ia duduki saat ini.
“Sepak bola Indonesia satu di antara yang terbaik di dunia. Saya punya beberapa teman yang bermain disini, mereka bilang Indonesia sangat besar, punya banyak supporter. Ini bagus buat karier saya.” Ungkap Wilkson.
Ia memiliki harapan besar untuk bisa memberikan catatan yang bagus bagi Persebaya karena ia menilai bahwa klub ini memiliki kesamaan dengan klubnya di Brasil. Kultur sepak bola Indonesia dengan Brasil hampir sama.
Setidaknya hal itulah yang menjadi pandangan pemain dengan usia 29 tahun tersebut. bahkan Persebaya sendiri hampir selalu memiliki pemain yang berasal dari negri samba tersebut.
Hal itu menjadi peluang bagi Persebaya untuk menguatkan timnya apabila ada kesempatan untuk mengambil pemain asing. Nama para pemain asal Brasil yang ada di Persebaya antara lain : Jacksen Tiago, David da Silva.
Dua striker tajam tersebut terus menjadi pemain yang diharapkan bisa membawa klub Persebaya selalu menempati posisi atas nominasi tiap pertandingan. Bahkan, klub ini juga sudah menjadi salah satu klub mahal Indonesia.
Bukan hanya kultur sepak bola Indonesia saja ternyata tang dimaksud sama dengan Brasil namun juga dari segi kuliner dan juga kondisi geografis yang dimiliki oleh Indonesia.
Alasan itulah yang dianggap sebagai penguat bagi para pemain Brasil yang betah untuk tinggal lama dan menjalani kompetisi di Indonesia hingga saat ini. bukan hanya ada di Persebaya namun juga beberapa klub lainnya.
Ada Apa Dengan Kultur Sepak Bola Indonesia?
Ada tantangan yang tidak mudah bagi Jose Wilkson dalam menghadapi klub barunya ini. ia menjadi harapan baru bagi Persebaya yang sangat haus akan kemenangan.
Bahkan yang menjadi tantangan lain Persebaya sempat memiliki striker asal Brasil dengan kehebatan yang mampu memikat hati banyak klub di Indonesia. tak menutup kemungkinan ia akan dibandingkan dengan nama tersebut.
“saya tahu ini tantangan yang besar. Saya harus bekerja keras disini. Saya harus mencetak banyak gol. Saya tahu ada David da Silva dulu. Saya menonton videonya. Ketika saya datang ke Persebaya, saya harus melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan David da Silva.” Ucapnya.
Sayangnya ada yang kurang menarik dari Wilkson dimana selama ini ia dikenal kurang memiliki prestasi yang bagus ketika menjadi seorang striker. Dari data yang didapatkan ia hanya mampu mencetak 9 gol dari 43 penampilan di Liga Malta.
Catatan tersebut diharapkan bisa berubah ketika ke Indonesia meskipun ia mengatakan sendiri bahwa kultur sepak bola Indonesia hampir sama dengan Brasil.
Perlu diakui memang di Indonesia sendiri, para pemain sepak bola layaknya seorang selebritis. Dimana mereka akan sangat dipantau oleh media dan dianggap sebagai panutan.
Para pemain asing yang terkadang kaget dengan budaya ini hanya bisa melihat sambil takjub. Karena di beberapa negara banyak pemain sepak bola yang tak begitu terkenal.
Terlebih untuk jumlah supporter sepak bola yang tak pernah sepi dengan penonton di setiap pertandingan. Dengan adanya kultur sepak bola Indonesia yang baik ini maka sangat wajar jika para pemain asing betah.
Namun, permasalahan Indonesia saat ini yang sedang dihadapi dalam bidang olahraga khususnya sepak bola adalah pertandingan Liga 1 yang tak kunjung ada kepastian kapan akan digelar.
Berbagai upaya bahkan sudah dilakukan oleh para pemain dan pihak lainnya. baru-baru ini APPI menyurati Presiden dengan pernyataan supaya pertandingan ini akan segera digelar dalam waktu dekat.
Ada banyak hal yang menjadi pertimbangan kompetisi digelar bagi Pemerintah khususnya terkait dengan wabah yang tak kunjung mereda.
Melihat kultur sepak bola Indonesia yang sangat meriah wajar jika Pemerintah harus mempertimbangkan dengan matang untuk penggelarannya. Ditakutkan, kompetisi tak bisa menyesuaikan dengan protokol kesehatan yang berlaku.