Shin Tae-yong telah membawa perubahan besar pada Timnas Indonesia sejak ditunjuk sebagai pelatih pada awal 2020. Di bawah bimbingannya, prestasi Skuad Garuda meningkat pesat meskipun belum meraih trofi. Namun, di balik prestasi tersebut, ada pelatih-pelatih yang harus kehilangan pekerjaan setelah menghadapi Timnas Indonesia racikan Shin Tae-yong. Beberapa dari mereka terpaksa mundur atau dipecat setelah mengalami kekalahan pahit.
Dalam artikel ini, kita akan melihat lebih dekat beberapa pelatih yang menjadi korban dari keberhasilan Shin Tae-yong bersama Timnas Indonesia.
Philippe Troussier
Philippe Troussier, pelatih yang pernah membawa nama besar Vietnam, menjadi salah satu korban paling nyata dari Shin Tae-yong. Kekalahan dari Indonesia di Piala Asia 2023 menjadi titik akhir karir Troussier sebagai pelatih Vietnam. Tak hanya sekali, Vietnam mengalami tiga kekalahan beruntun dari Indonesia, termasuk kekalahan telak 0-3 di Stadion My Dinh yang menjadi pertandingan terakhir Troussier.
Kekalahan ini menjadi mimpi buruk bagi Troussier. Menariknya, bukan kali pertama Troussier harus kehilangan pekerjaannya akibat Indonesia. Pada tahun 2004, saat melatih Qatar, Troussier juga dipecat setelah kalah 1-2 dari Indonesia di Piala Asia. Dengan demikian, Indonesia tampaknya telah menjadi “musuh bebuyutan” bagi pelatih berpengalaman ini.
Tan Cheng Hoe
Pelatih berikutnya yang terkena dampak adalah Tan Cheng Hoe dari Malaysia. Pada akhir 2021, Tan Cheng Hoe memilih untuk mundur dari posisinya setelah Malaysia gagal lolos dari fase grup di Piala AFF 2020. Kekalahan 1-4 dari Indonesia dalam pertandingan terakhir fase grup membuat Harimau Malaya terhenti di babak awal dan gagal melaju ke semifinal.
Kekalahan ini sangat menyakitkan bagi Tan Cheng Hoe, yang sebelumnya diharapkan dapat membawa kejayaan bagi Malaysia. Setelah mundur dari posisi pelatih Timnas Malaysia, Tan Cheng Hoe sempat melanjutkan karirnya dengan melatih klub Selangor FC dan Police Tero FC. Namun, kegagalan di Piala AFF 2020 tetap menjadi salah satu momen yang sulit dilupakan dalam karirnya.
Tatsuma Yoshida
Tatsuma Yoshida, pelatih asal Jepang yang memimpin Timnas Singapura, juga harus menerima nasib yang sama setelah kalah dari Indonesia di semifinal Piala AFF 2020. Pertandingan semifinal berlangsung dalam dua leg, di mana leg pertama berakhir imbang 1-1. Namun, di leg kedua, Indonesia berhasil menang dramatis dengan skor 4-2 melalui perpanjangan waktu.
Kekalahan tersebut menjadi akhir dari karir Yoshida di Singapura. Setelah mundur, Tatsuma melanjutkan karirnya sebagai pelatih di klub Jepang, Ventforet Kofu, dan kini menjadi asisten pelatih di Daejeon Hana. Meski begitu, kekalahan dari Indonesia tetap menjadi momen yang sulit dalam perjalanan karirnya sebagai pelatih.
Vitezslav Lavicka
Vitezslav Lavicka, pelatih Timnas Kuwait, menjadi korban lainnya dari Shin Tae-yong setelah timnya kalah 1-2 dari Indonesia pada matchday pertama Kualifikasi Piala Asia 2023. Kekalahan ini menjadi pukulan telak bagi Kuwait, yang akhirnya gagal lolos ke putaran final Piala Asia 2027. Lavicka dipecat dari posisinya sebagai pelatih Kuwait setelah timnya hanya berhasil finis di posisi ketiga klasemen Grup A.
Kemenangan Indonesia atas Kuwait, yang didorong oleh gol Marc Klok dan Rachmat Iriano, merupakan salah satu momen penting bagi Shin Tae-yong dan Timnas Indonesia. Namun, bagi Lavicka, kekalahan ini menjadi akhir dari petualangannya bersama Kuwait di level internasional.
Graham Arnold
Pelatih terakhir yang tercatat sebagai korban Shin Tae-yong adalah Graham Arnold dari Australia. Setelah hasil imbang 0-0 melawan Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026, Arnold memilih untuk mundur dari posisinya sebagai pelatih Australia. Bagi publik Australia, hasil ini dianggap sangat mengecewakan, terutama setelah kekalahan sebelumnya 0-1 dari Bahrain.
Arnold meninggalkan timnas Australia dengan rekor 35 kemenangan dari 55 pertandingan. Namun, hasil imbang melawan Indonesia di Stadion Gelora Bung Karno menjadi momen yang membuatnya memutuskan untuk mundur. Bagi Arnold, hasil tersebut menjadi tanda akhir dari perjalanan panjangnya bersama Timnas Australia.
Kesimpulan
Di bawah kepemimpinan Shin Tae-yong, Timnas Indonesia telah mencatatkan sejumlah prestasi penting, meski belum berhasil meraih trofi. Namun, di balik kesuksesan tersebut, terdapat beberapa pelatih yang harus kehilangan pekerjaan setelah kalah dari Indonesia. Philippe Troussier, Tan Cheng Hoe, Tatsuma Yoshida, Vitezslav Lavicka, dan Graham Arnold adalah contoh nyata dari bagaimana Timnas Indonesia di era Shin Tae-yong mampu memberi tekanan besar pada lawan-lawan mereka.
Perjalanan Shin Tae-yong bersama Timnas Indonesia masih panjang, dan dengan kontrak hingga 2027, masih banyak potensi prestasi yang bisa diraih. Namun, kisah para pelatih yang menjadi korban dari keberhasilan Indonesia ini menunjukkan betapa ketatnya persaingan di dunia sepak bola internasional.