AC Milan kembali gagal memetik kemenangan penuh pada pekan ke-11 Serie A 2025/2026. Bermain di Stadion Ennio Tardini, Senin (9/11/2025) malam WIB, Rossoneri hanya mampu bermain imbang 2-2 melawan Parma. Hasil ini terasa pahit karena Milan sebenarnya sempat unggul dua gol terlebih dahulu lewat Alexis Saelemaekers dan Rafael Leao.
Namun, karena kelengahan dan menurunnya fokus, keunggulan tersebut sirna. Parma bangkit cepat melalui sepakan Adrian Bernabe menjelang babak pertama usai dan sundulan Enrico Del Prato di menit ke-62. Dua gol itu cukup untuk menggagalkan ambisi Milan naik ke puncak klasemen.
Selain hasil yang mengecewakan, laga ini juga memberi banyak pelajaran penting bagi tim asuhan Massimiliano Allegri. Berikut lima hal utama yang bisa dipetik dari duel tersebut.
1. Keputusan Allegri yang Kembali Dipertanyakan
Salah satu sorotan terbesar adalah keputusan taktik Allegri. Ia memilih menurunkan Pervis Estupinan di posisi bek kiri, padahal Davide Bartesaghi tampil konsisten dalam beberapa pekan terakhir. Keputusan itu terbukti berisiko karena Estupinan bermain di bawah performa dan gagal menjaga sisi pertahanan dengan baik.
Selain itu, Allegri tetap mempertahankan Youssouf Fofana meskipun sang gelandang tengah sedang tidak stabil. Karena itu, banyak pengamat menilai sang pelatih perlu lebih berani dalam melakukan rotasi.
Meski tidak sepenuhnya bisa disalahkan, keputusan strategis ini memperlihatkan bahwa Allegri masih mencari kombinasi terbaik untuk timnya. Oleh karena itu, Bartesaghi tampaknya layak kembali ke skuad utama pada laga berikutnya.
2. Blunder yang Berujung Hilangnya Dua Poin
Selain keputusan pelatih, kesalahan individu juga menjadi faktor utama kegagalan Milan. Estupinan gagal mengantisipasi duel penting pada gol pertama Parma. Ia kalah dalam perebutan bola dan membiarkan lawan menciptakan peluang yang berbuah gol.
Selain itu, Fofana juga berperan dalam gol kedua. Ia kehilangan fokus dan tidak mengawal pergerakan Enrico Del Prato yang akhirnya menyundul bola dengan bebas ke gawang Mike Maignan. Karena dua kesalahan tersebut, keunggulan Milan lenyap begitu saja.
Kendati Estupinan baru pulih dari cedera, kesalahan mendasar semacam itu tidak bisa dibiarkan. Di level Serie A, detail kecil sering kali menentukan hasil akhir. Karena itu, Milan harus lebih disiplin menjaga konsentrasi hingga menit terakhir.
3. Modric dan Maignan Menjadi Penyelamat
Di tengah kekacauan, dua sosok berpengalaman justru tampil gemilang: Luka Modric dan Mike Maignan. Modric, meski sudah berusia 40 tahun, tetap menjadi motor permainan di lini tengah. Ia menjaga ritme serangan, menenangkan tim, dan memberi arah ketika Milan kehilangan kendali.
Sementara itu, Maignan menunjukkan kelasnya sebagai salah satu kiper terbaik di Italia. Ia melakukan beberapa penyelamatan krusial, terutama di menit-menit akhir. Karena performa keduanya, Milan setidaknya masih membawa pulang satu poin.
Kehadiran Modric dan Maignan menjadi pengingat bahwa pengalaman dan kepemimpinan tetap penting dalam skuad yang penuh pemain muda. Tanpa kontribusi mereka, hasil imbang mungkin berubah menjadi kekalahan menyakitkan.
4. Leao dan Saelemaekers Masih Kurang Konsisten
Kedua winger Milan ini sempat menjadi pembeda di awal laga, tetapi gagal menjaga performa hingga akhir. Alexis Saelemaekers membuka keunggulan dengan gol cantik, lalu memenangkan penalti yang dieksekusi Rafael Leao menjadi gol kedua.
Sayangnya, setelah babak pertama, keduanya menghilang. Saelemaekers bahkan membuang peluang emas, sementara Leao terlalu lama menggiring bola dan kehilangan momentum serangan. Karena itu, Milan kehilangan kendali permainan di babak kedua.
Performa seperti ini menunjukkan bahwa Milan masih kesulitan menjaga intensitas permainan. Mereka membutuhkan versi terbaik dari Leao dan Saelemaekers jika ingin bersaing dalam perebutan Scudetto. Konsistensi tetap menjadi masalah utama yang belum terpecahkan.
5. Koni De Winter Belum Tampil Meyakinkan
Absennya Fikayo Tomori memberi kesempatan pada Koni De Winter untuk tampil sejak awal. Namun, penampilannya belum cukup meyakinkan. Bek muda asal Belgia itu terlihat ragu mengambil keputusan, terutama saat menghadapi tekanan dari para penyerang Parma.
Meski begitu, ada beberapa hal positif yang bisa dicatat. Ia mampu membaca arah bola dengan baik dan melakukan beberapa intersep penting. Namun, rasa percaya diri jelas masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi De Winter.
Oleh sebab itu, Milan mungkin perlu menambah bek tengah berpengalaman di bursa transfer Januari nanti. Langkah ini penting untuk menjaga stabilitas pertahanan, terutama jika Tomori atau Thiaw kembali absen.
Milan Belum Stabil untuk Juara
Hasil imbang melawan Parma menjadi pengingat bahwa Milan masih belum sepenuhnya siap menjadi tim juara. Mereka perlu memperbaiki banyak hal — mulai dari konsistensi pemain, kedalaman skuad, hingga keputusan taktik pelatih.
Karena Serie A musim ini berjalan sangat ketat, setiap kesalahan kecil bisa berakibat besar. Oleh karena itu, Allegri dan para pemain harus segera belajar dari laga ini agar tidak mengulang kesalahan serupa di pertandingan berikutnya.
Jika Milan mampu memperbaiki kelemahan tersebut, peluang mereka untuk kembali bersaing di papan atas tetap terbuka lebar. Namun, tanpa perubahan nyata, hasil seperti ini mungkin akan terulang lagi.






