Manchester City saat ini menghadapi kesulitan besar sebagai juara bertahan Premier League. Penurunan performa yang drastis membuat banyak orang mulai meragukan konsistensi tim ini. Setelah mengalahkan lawan-lawan tangguh pada musim sebelumnya, tim asuhan Pep Guardiola sekarang terperosok ke peringkat ketujuh di klasemen sementara. Performanya sangat mengejutkan, terutama mengingat dominasi mereka di musim sebelumnya. Meski masih ada waktu untuk memperbaiki keadaan, peluang untuk meraih gelar kelima berturut-turut tampak hampir mustahil. Jika tren buruk ini terus berlanjut, mereka diprediksi hanya akan mengumpulkan sekitar 60 poin, yang akan menjadi salah satu penurunan poin terbesar oleh juara bertahan dalam sejarah Premier League.
Namun, Manchester City bukanlah tim pertama yang mengalami penurunan signifikan setelah merebut gelar Premier League. Berikut adalah lima juara bertahan terburuk dalam sejarah Premier League yang mengalami penurunan poin paling drastis setelah musim juara mereka.
5. Manchester United – 2013/2014
Jumlah Poin 2012/2013: 89
Jumlah Poin 2013/2014: 64
Setelah Sir Alex Ferguson pensiun pada akhir musim 2012/2013 dengan gelar Premier League, harapan tinggi mengiringi kedatangan David Moyes sebagai penggantinya. Namun, Moyes gagal mempertahankan standar tinggi yang ditinggalkan Ferguson. Di bawah kepemimpinan Moyes, Manchester United mengalami musim terburuk dalam sejarah Premier League mereka, finis di peringkat ketujuh—posisi terburuk dalam era Premier League pada saat itu. Selain itu, Moyes hanya bertahan hingga bulan April sebelum akhirnya dipecat. Musim berikutnya, Manchester United mengalami krisis identitas, meskipun mereka mencatatkan hasil yang lebih buruk di musim 2021/2022 (58 poin) dan 2023/2024 (peringkat kedelapan).
4. Blackburn Rovers – 1995/1996
Jumlah Poin 1994/1995: 89
Jumlah Poin 1995/1996: 61
Setelah Kenny Dalglish membawa Blackburn Rovers meraih gelar Premier League pada musim 1994/1995, pengunduran dirinya pada awal musim berikutnya menjadi titik balik bagi tim tersebut. Dengan Dalglish pergi dan digantikan oleh Ray Harford, Blackburn gagal mempertahankan performa juara mereka. Musim dimulai dengan kekalahan di Charity Shield dan semakin buruk dengan serangkaian hasil negatif dalam enam laga pertama liga. Alan Shearer tetap tampil gemilang dengan mencetak 31 gol, tetapi secara keseluruhan, Blackburn terperosok dan finis di peringkat ketujuh. Penurunan tersebut menjadi salah satu yang paling dramatis dalam sejarah Premier League.
3. Leeds United – 1992/1993
Jumlah Poin 1991/1992: 82
Jumlah Poin 1992/1993: 51
Leeds United mengakhiri musim 1991/1992 sebagai juara liga di bawah manajer Howard Wilkinson, yang menjadi manajer Inggris terakhir yang membawa klub meraih gelar liga sebelum era Premier League dimulai. Namun, musim berikutnya, performa Leeds mengalami penurunan yang sangat tajam. Leeds kesulitan beradaptasi dengan aturan backpass baru dan tidak mampu mempertahankan level permainan yang sama. Mereka gagal meraih kemenangan tandang sepanjang musim dan berakhir di posisi ke-17, hanya dua poin di atas zona degradasi. Kejatuhan Leeds hampir membuat mereka tercatat dalam sejarah sebagai juara bertahan yang terdegradasi.
2. Chelsea – 2015/2016
Jumlah Poin 2014/2015: 87
Jumlah Poin 2015/2016: 50
Setelah meraih gelar Premier League pada musim 2014/2015, Chelsea memulai musim berikutnya dengan penuh harapan. Namun, situasi berubah dengan cepat. Tim yang sebelumnya solid, di bawah manajer José Mourinho, mengalami penurunan performa yang dramatis. Chelsea kalah lima kali dalam delapan pertandingan pertama mereka dan berada di peringkat ke-16 pada Desember 2015, hanya satu poin di atas zona degradasi. Mourinho dipecat, dan meskipun Guus Hiddink datang sebagai manajer sementara dan berhasil membawa Chelsea finis di peringkat ke-10, penurunan poin yang mereka alami tetap menjadi yang terburuk dalam sejarah juara bertahan Premier League.
1. Leicester City – 2016/2017
Jumlah Poin 2015/2016: 81
Jumlah Poin 2016/2017: 44
Keajaiban Leicester City yang meraih gelar Premier League pada musim 2015/2016 menjadi salah satu cerita paling menakjubkan dalam sejarah sepak bola Inggris. Namun, musim berikutnya membawa kenyataan yang pahit bagi tim asuhan Claudio Ranieri. Leicester City tidak dapat mempertahankan performa luar biasa mereka, terutama setelah kepergian N’Golo Kante yang bergabung dengan Chelsea. Kualitas permainan Leicester menurun tajam, dan setelah perjalanan buruk, Ranieri dipecat. Meskipun Craig Shakespeare datang dan membawa Leicester finis di posisi ke-12, penurunan poin yang mereka alami sangat signifikan, dengan selisih 37 poin dari musim juara mereka. Dengan hanya mengumpulkan 44 poin, Leicester mencatatkan penurunan poin terbesar oleh juara bertahan dalam sejarah Premier League.
Man City kini menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan gelar mereka. Apakah mereka akan mengikuti jejak tim-tim ini dan mengalami penurunan lebih lanjut? Waktu yang akan menentukan.