Friday, November 22, 2024
No menu items!
asia9QQ  width=
HomeLiga Indonesia5 Hal Ini Jadi Alasan Buruk Arema FC Di BRI Liga 1...

5 Hal Ini Jadi Alasan Buruk Arema FC Di BRI Liga 1 Musim 2023/2024

Arema FC menemui kendala serius dalam kampanye BRI Liga 1 2023/2024, terus terjerumus ke dalam zona degradasi setelah mengalami kekalahan telak di pekan ke-24. Pertandingan yang berlangsung di Stadion Kapten I Wayan Dipta Gianyar, Bali, pada Senin (05/02), berakhir dengan skor 1-4, di mana PSIS Semarang menunjukkan dominasi yang tak terbendung.

Riyan Ardiansyah dan Alfeandra Dewangga menjadi pahlawan bagi PSIS Semarang dengan masing-masing mencetak dua gol ke gawang yang dijaga oleh Julian Schwarzer. Meskipun Charles Lokolingoy memberikan Arema FC satu gol balasan, namun kekalahan ini semakin menggiring mereka ke jurang degradasi. Saat ini, Arema FC terdampar di posisi 16 klasemen sementara dengan hanya mengoleksi 21 angka dari 24 pertandingan.

- Advertisement -
asia9QQ

Kekalahan ini menandai keadaan sulit yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi Arema FC dalam sejarah Liga 1. Performa mereka musim ini telah mencatatkan catatan buruk dengan hanya meraih lima kemenangan dan enam hasil imbang. Sementara itu, dalam 13 pertandingan sisanya, mereka harus menelan kekalahan, dan empat di antaranya terjadi dalam lima laga terakhir.

Faktor-faktor apa yang menjadi biang kerok dalam performa buruk Arema FC di musim ini? Beberapa aspek dapat diidentifikasi sebagai penyebab utama:

1. Bongkar Kerangka Tim

Pada awal musim, Arema FC melakukan perombakan besar-besaran dalam susunan tim mereka. Sejumlah pemain kunci dilepas, termasuk nama-nama seperti Rizky Dwi, yang sebelumnya menjadi tulang punggung tim. Di sisi lain, pelatih I Putu Gede membawa sejumlah pemain baru ke dalam skuad.

Namun, keputusan ini tidak berjalan sesuai harapan. Para pemain baru kesulitan memenuhi ekspektasi, kecuali Gustavo Almeida, pencetak gol andalan selama putaran pertama. Ironisnya, Gustavo dilepas ke Persija Jakarta pada bursa transfer tengah musim, meninggalkan Arema FC dengan tantangan baru.

2. Tak Ada Stabilitas

Arema FC merasakan ketidakstabilan musim ini, terutama dalam hal kepemimpinan tim. Dengan setidaknya empat nama yang menakhodai tim, termasuk Joko Susilo, Kuncoro, dan Fernando Valente, pergantian pelatih menjadi tantangan besar.

Meskipun perubahan pelatih dapat membawa hal positif, namun pergantian yang terlalu sering bisa merusak stabilitas dan filosofi bermain tim. Pelatih Valente mengakui bahwa para pemain sedang belajar beradaptasi dengan gaya barunya, namun, kesempatan untuk adaptasi ini semakin sempit dengan hanya sepuluh pertandingan tersisa.

3. Pertahanan Rapuh

Satu aspek krusial yang memperburuk performa Arema FC adalah lini pertahanan yang rapuh. Dalam 23 laga, gawang mereka telah kebobolan 44 kali, menjadikan mereka salah satu tim dengan pertahanan paling mudah ditembus, sejajar dengan Persikabo 1973.

Meskipun penjaga gawang Julian Schwarzer mencatatkan 87 penyelamatan yang mengesankan, upaya individu ini tidak cukup. Pelatih Valente telah berusaha menambal kelemahan ini dengan mengubah komposisi pemain belakang, bahkan mencoba duet asing, Charles Almeida dan Julian Guevara. Namun, keberhasilan tampaknya masih menjadi tanda tanya.

4. Kurang Garang Manfaatkan Peluang

Tidak hanya mengalami kelemahan dalam pertahanan, Arema FC juga menghadapi kendala dalam aspek menyerang. Secara statistik, catatan Arema FC dalam mengancam gawang lawan terbilang kurang memuaskan.

Pelatih Arema FC, Fernando Valente, mungkin dapat membenarkan klaim bahwa timnya menguasai pertandingan secara umum. Penguasaan bola mereka memang dominan berdasarkan statistik. Namun, perlu ditekankan bahwa, meskipun memiliki penguasaan bola yang baik, Arema FC sejauh ini termasuk tim yang paling sedikit mengancam gawang lawan, meskipun secara efektivitas cukup baik di paruh musim sebelumnya.

Namun, belakangan ini, efektivitas penyelesaian serangan Arema FC mengalami penurunan signifikan. Dalam pertandingan melawan PSIS Semarang sebagai contoh, meskipun meluncurkan 18 tembakan, hanya tujuh yang mengarah ke sasaran, dan dari tujuh itu, hanya satu yang berujung gol.

5. Tak Main di Kandang Sendiri

Faktor lain yang turut berkontribusi terhadap performa buruk Arema FC adalah ketidakmampuan untuk bermain di kandang sendiri. Pasca-Tragedi Kanjuruhan, Arema FC terpaksa menggunakan Stadion Kapten I Wayan Dipta, kandang Bali United, sebagai tempat bermain mereka.

Meskipun sempat berencana kembali ke Stadion Gajayana Kota Malang, stadion ini tidak memenuhi standar kelayakan, dan rencana renovasinya masih menggantung. Tidak dapat bermain di kandang sendiri memberikan dampak signifikan terhadap dukungan moral dari Aremania, yang biasanya sangat kuat di Stadion Kanjuruhan.

Selain dari aspek psikologis, status sebagai tim “musafir” juga berdampak pada segi bisnis klub. Kesulitan bermain di kandang sendiri bisa membuat Arema FC menghadapi tantangan dalam merekrut pemain berkualitas tinggi. Dengan dukungan yang kurang, baik moral maupun finansial, tim ini dihadapkan pada kesulitan yang lebih besar untuk memperkuat skuad dan mencapai hasil positif di sisa musim.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -
asia9sports

Most Popular

Recent Comments