Hasil imbang Fulham vs Manchester United menjadi sorotan besar pada pekan kedua Premier League musim 2025/2026. Setan Merah yang dipimpin Ruben Amorim kembali gagal meraih kemenangan perdana setelah sebelumnya tumbang dari Arsenal. Bertandang ke Craven Cottage, harapan besar diletakkan pada Bruno Fernandes dan rekan-rekan untuk bangkit. Sayangnya, laga hanya berakhir 1-1 dan meninggalkan banyak pekerjaan rumah bagi pelatih maupun pemain.
Kegagalan Manchester United meraih tiga poin tentu menjadi pukulan telak. Apalagi, lawan yang mereka hadapi bukan tim papan atas melainkan Fulham, tim yang dikenal kerap membuat kejutan namun masih dipandang sebagai kuda hitam. Fans berharap penampilan lebih baik dari pekan sebelumnya, tetapi realita di lapangan justru menunjukkan kelemahan lama Setan Merah kembali muncul.
Dalam pertandingan ini, terlihat jelas masalah yang sama masih menghantui United. Mulai dari kesulitan menghadapi tim fisik, blunder individu, kegagalan memaksimalkan striker, hingga pergantian pemain yang membingungkan. Tak hanya itu, penalti yang gagal dieksekusi Bruno Fernandes juga menjadi titik balik yang mengubah jalannya laga. Dari duel sengit di London tersebut, ada lima pelajaran penting yang bisa dipetik tim asuhan Ruben Amorim.
1. Penyakit Lama Masih Terulang
Salah satu catatan terbesar adalah kebiasaan Manchester United kesulitan menghadapi tim papan tengah dan papan bawah. Ketika melawan Arsenal di pekan pertama, mereka tampil dominan meski akhirnya kalah. Namun saat berhadapan dengan Fulham, permainan United tampak buntu.
Fulham mengandalkan permainan fisik yang membuat pasukan Amorim tidak nyaman. Pola ini sudah sering terjadi sejak musim lalu. Jika masalah ini tidak segera diatasi, perjalanan panjang di Premier League akan semakin berat. Amorim perlu mencari solusi agar tim bisa tampil konsisten melawan semua jenis lawan, bukan hanya tim besar.
2. Blunder yang Menghukum Diri Sendiri
MU sempat unggul lebih dahulu, namun kesalahan individu membuat keunggulan itu sirna. Diogo Dalot menjadi sorotan karena melakukan kesalahan fatal yang berujung pada gol penyama kedudukan Emile Smith Rowe.
Blunder semacam ini bukan kali pertama terjadi. Musim lalu, kesalahan serupa juga beberapa kali membuat MU kehilangan poin berharga. Situasi ini menunjukkan lemahnya konsentrasi pemain saat menghadapi tekanan lawan. Jika kebiasaan ini terus terulang, sulit membayangkan Setan Merah bisa bersaing di papan atas.
3. Skema False Nine Lebih Efektif
Menariknya, Manchester United justru terlihat lebih hidup saat menggunakan skema false nine. Mason Mount ditempatkan sebagai ujung tombak tanpa striker murni, dan hal ini membuat serangan mereka lebih variatif. Kombinasi Mount, Matheus Cunha, serta Bryan Mbeumo mampu menciptakan dinamika berbeda di lini depan.
Namun, perubahan terjadi di babak kedua ketika Benjamin Sesko masuk. Striker asal Slovenia itu jarang mendapatkan suplai bola dan terlihat tidak menyatu dengan permainan. Intensitas serangan menurun drastis setelah masuknya Sesko. Situasi ini menimbulkan pertanyaan besar: untuk apa membeli striker mahal jika tidak bisa dimaksimalkan?
4. Penalti Bruno Fernandes Jadi Titik Balik
MU sempat mendapatkan peluang emas lewat hadiah penalti setelah Mason Mount dilanggar di kotak terlarang. Bruno Fernandes yang dikenal sebagai eksekutor andal maju mengambil kesempatan itu. Namun tendangannya justru melambung tinggi di atas gawang Fulham.
Kegagalan tersebut jelas memengaruhi mental tim. Setelah momen itu, permainan United menurun. Fulham memanfaatkan situasi dengan meningkatkan tekanan dan akhirnya berhasil menyamakan kedudukan. Dalam sepak bola, detail kecil seperti penalti bisa mengubah arah pertandingan, dan MU kembali belajar dari hal tersebut.
5. Pergantian Pemain Amorim Membingungkan
Ruben Amorim juga tak luput dari kritik. Pergantian yang ia lakukan dianggap tidak tepat sasaran. Salah satunya adalah menarik Casemiro dan menggantinya dengan Manuel Ugarte, yang terlihat kesulitan mengontrol tempo permainan.
Lebih mengejutkan lagi, setelah kebobolan, Amorim justru memasukkan Harry Maguire dan Ayden Heaven ketimbang pemain ofensif seperti Joshua Zirkzee atau Kobbie Mainoo. Keputusan itu membuat para fans bertanya-tanya mengenai strategi sang pelatih. Jika pergantian tak membawa dampak positif, wajar bila kritik semakin deras menghampiri Amorim.
Dengan skuat yang diisi banyak pemain berkualitas, publik tentu berharap lebih dari Manchester United. Amorim punya pekerjaan rumah besar agar timnya tidak hanya bergantung pada nama besar, tetapi juga tampil sebagai kesatuan yang solid. Jika tidak segera dibenahi, sulit bagi Setan Merah bersaing di papan atas Premier League musim ini.