Timnas Indonesia harus menelan kekalahan saat menghadapi Timnas China dalam laga keempat Grup C Kualifikasi Piala Dunia 2026, Selasa (15/10) malam WIB. Skuad Garuda kalah dengan skor tipis 1-2, yang menjadi pukulan berat bagi pelatih Shin Tae-yong dan timnya.
Gol China dicetak oleh Bakram Abduweli dan Yuning Zhang di babak pertama, sedangkan gol balasan dari Indonesia baru tercipta di menit-menit akhir pertandingan lewat Thom Haye. Meski sudah melakukan beberapa pergantian pemain, Timnas Indonesia tetap kesulitan mengejar ketertinggalan.
Kekalahan ini menimbulkan sejumlah pertanyaan, terutama terkait keputusan taktik yang diambil oleh Shin Tae-yong. Berikut adalah lima alasan utama yang mungkin menjadi penyebab kekalahan Indonesia dari China.
1. Rotasi Pemain yang Kurang Tepat
Salah satu keputusan besar yang diambil oleh Shin Tae-yong adalah melakukan empat perubahan di starting XI dibandingkan dengan saat melawan Bahrain. Rotasi pemain ini didasari oleh pertimbangan taktis pelatih, namun sayangnya tidak memberikan hasil yang diharapkan.
Performa beberapa pemain yang diturunkan sejak awal pertandingan tidak optimal. Shayne Pattynama, yang bermain di posisi bek kiri, terlihat kewalahan menghadapi serangan-serangan China. Selain itu, absennya Thom Haye di lini tengah membuat Indonesia kehilangan kendali atas ritme permainan.
Pergantian yang dilakukan Shin Tae-yong di babak kedua sedikit memperbaiki situasi. Masuknya Thom Haye dan Nathan Tjoe-A-On memberi dampak positif, terutama ketika Thom Haye berhasil mencetak gol balasan. Namun, perubahan tersebut datang terlambat untuk membalikkan keadaan.
2. Kesalahan Berulang dari Laga Sebelumnya
Timnas Indonesia seharusnya belajar dari kesalahan yang terjadi saat melawan Bahrain, namun beberapa kesalahan yang sama kembali terulang saat menghadapi China. Gol pertama China yang dicetak oleh Bakram Abduweli seharusnya bisa dihindari jika lini belakang Indonesia lebih fokus dan cepat dalam mengambil keputusan.
Shayne Pattynama, yang terlibat dalam kesalahan gol ini, terlalu lama memegang bola di area berbahaya dan gagal mengantisipasi pergerakan lawan. Hal ini mirip dengan gol kedua Bahrain saat melawan Indonesia, di mana pemain Indonesia lengah dalam situasi bola mati dan membiarkan lawan bebas melakukan tembakan.
Situasi ini menunjukkan bahwa Indonesia masih memiliki masalah dalam menghadapi situasi bola kedua, terutama ketika terjadi kemelut di kotak penalti.
3. Lini Belakang yang Rapuh
Meskipun serangan China tidak terlalu banyak, mereka mampu memanfaatkan peluang yang ada dengan sangat efektif. Dari lima tembakan yang dilepaskan China, tiga di antaranya tepat sasaran dan dua berhasil menjadi gol. Ini menunjukkan bahwa pertahanan Indonesia masih belum solid, terutama dalam hal koordinasi antara pemain belakang.
Gol kedua China seharusnya bisa dihindari jika komunikasi antara pemain bertahan lebih baik. Pada momen itu, Gao Zhunyi, pemberi assist, dibiarkan bebas di dalam kotak penalti meskipun ada beberapa pemain Indonesia di sekitarnya. Kekurangan ini sangat kontras dengan performa defensif Indonesia di pertandingan sebelumnya, di mana mereka tampil lebih rapat dan terorganisir.
4. Gaya Bermain China yang Mengganggu Ritme Indonesia
China tampil sangat agresif sejak awal pertandingan, terutama di babak pertama. Mereka sering memaksa Indonesia untuk bertarung dalam duel fisik, yang menyebabkan pemain Indonesia kesulitan mengembangkan permainan.
Namun, ada hal menarik yang terjadi di babak kedua. Ketika China lebih sering bertahan, mereka kerap terjatuh dengan mudah saat berduel, meskipun kontak fisik yang terjadi sangat minim. Taktik ini cukup efektif dalam mengganggu ritme permainan Indonesia yang sedang berusaha membangun serangan.
Situasi tersebut membuat permainan Indonesia menjadi terpotong-potong, dan banyak waktu terbuang karena insiden yang tidak perlu. China berhasil memanfaatkan strategi ini untuk mempertahankan keunggulan mereka hingga akhir pertandingan.
5. Tidak Ada Target Man yang Kuat
Salah satu kelemahan Timnas Indonesia di pertandingan ini adalah tidak adanya target man yang bisa diandalkan untuk menyambut umpan-umpan crossing. Pada menit-menit akhir pertandingan, Pratama Arhan dan Malik Risaldi diinstruksikan untuk sering mengirimkan umpan silang ke dalam kotak penalti. Sayangnya, meskipun Arhan mampu mengirim beberapa umpan crossing yang baik, Indonesia tidak memiliki penyerang dengan karakter target man yang kuat.
Penyerang seperti Ragnar Oratmangoen dan Rafael Struick memang memiliki kualitas, namun keduanya bukan tipe pemain yang mampu bersaing di udara atau memaksimalkan umpan crossing dengan baik. Hal ini menjadi masalah yang terus berulang bagi Indonesia, dan perlu segera dicari solusinya jika ingin tampil lebih kompetitif di level internasional.