Timnas Indonesia saat ini mendapat tambahan kekuatan dari para pemain diaspora, yang sebagian besar berkarier di klub-klub Eropa. Kehadiran mereka diharapkan mampu memberikan dampak positif bagi performa tim nasional di berbagai ajang internasional. Beberapa pemain bahkan berhasil menembus tim utama klub masing-masing dan tampil secara reguler di kompetisi yang ketat di Eropa.
Salah satu nama yang paling mencuri perhatian adalah Jay Idzes, yang kini bermain untuk Venezia di Italia. Kehadirannya di Serie B membuatnya kerap menjadi andalan bagi klub tersebut. Selain itu, Calvin Verdonk juga menunjukkan konsistensi bermain bersama NEC Nijmegen di Eredivisie, liga tertinggi Belanda. Sementara itu, Sandy Walsh, bek tangguh Timnas Indonesia, memperkuat KV Mechelen di Belgia. Ketiganya sering mendapatkan menit bermain secara rutin, membuktikan bahwa mereka mampu bersaing di liga-liga yang kompetitif.
Keberhasilan mereka di Eropa tentu menjadi kebanggaan tersendiri bagi Indonesia, sekaligus bukti bahwa pemain-pemain diaspora memiliki potensi besar untuk berkembang di panggung sepak bola internasional. Namun, di balik kesuksesan mereka, tidak semua pemain Indonesia di luar negeri mengalami nasib serupa.
Meski beberapa pemain diaspora Timnas Indonesia berhasil menunjukkan performa gemilang di Eropa, ada juga yang menghadapi tantangan berat dalam mendapatkan menit bermain. Siapa saja mereka? Berikut ulasannya.
Marselino Ferdinan
Marselino Ferdinan memutuskan untuk meninggalkan Indonesia pada 2023 dan bergabung dengan KMSK Deinze, klub Belgia yang berlaga di divisi kedua. Namun, perjalanan kariernya tidak berjalan mulus. Selama musim 2023-2024, Marselino hanya bermain dalam tujuh pertandingan dengan total menit bermain yang sangat minim, hanya 134 menit. Hal ini menunjukkan bahwa Marselino belum mendapatkan kepercayaan penuh dari pelatihnya di Belgia.
Pada pertengahan 2024, Marselino memutuskan untuk pindah ke Oxford United, sebuah klub di divisi Championship Inggris. Namun, hingga saat ini, dia belum pernah mendapatkan kesempatan untuk tampil. Marselino kini dihadapkan dengan tantangan besar dalam menembus skuad utama di salah satu liga paling kompetitif di dunia. Butuh kesabaran dan kerja keras agar ia dapat membuktikan kemampuannya di Eropa.
Ragnar Oratmangoen
Ragnar Oratmangoen, pemain keturunan Indonesia-Belanda, pernah menjadi andalan di beberapa klub Belanda seperti TOP Oss, SC Cambuur, dan Go Ahead Eagles. Namun, meski sempat tampil dalam 31 pertandingan bersama Go Ahead Eagles, kebanyakan penampilannya berasal dari bangku cadangan, menandakan menurunnya kepercayaan pelatih terhadapnya.
Pada awal musim 2024, Ragnar memutuskan untuk bergabung dengan FCV Dender di Belgia, klub yang dimiliki oleh pengusaha Indonesia, Sihar Sitorus. Meski pindah ke liga yang berbeda, Ragnar masih berjuang untuk mendapatkan tempat di tim utama. Seperti Marselino, Ragnar juga menghadapi tantangan besar untuk bersaing di level internasional.
Shayne Pattynama
Shayne Pattynama sempat menjadi pilihan utama di Timnas Indonesia untuk posisi bek kiri. Namun, kedatangan Calvin Verdonk membuat posisinya terancam. Hal ini juga tercermin di klubnya, di mana Shayne Pattynama harus berpisah dengan Viking FK dan bergabung dengan KAS Eupen di Belgia.
Pattynama baru bermain tiga kali untuk KAS Eupen. Salah satu penyebab minimnya menit bermainnya adalah cedera yang sempat menghampirinya. Di usianya yang sudah mencapai 26 tahun, Shayne menghadapi tantangan besar untuk pulih sepenuhnya dan kembali bersaing di tim utama.
Nathan Tjoe-A-On
Nathan Tjoe-A-On dikenal sebagai pemain serbabisa. Ia mampu bermain di berbagai posisi, mulai dari bek tengah hingga gelandang. Sayangnya, di musim lalu bersama SC Heerenveen, Nathan hanya tampil dalam empat pertandingan. Hal ini memicu keputusannya untuk kembali ke Swansea City pada awal musim 2024/2025.
Nathan sempat mendapatkan kesempatan tampil di Piala Liga Inggris, ketika Swansea berhadapan dengan Gillingham FC dan Wycombe. Namun, hingga kini, di kompetisi Championship, Nathan belum mencatatkan satu penampilan pun. Persaingan di Swansea City cukup ketat, dan Nathan masih harus berusaha keras untuk membuktikan dirinya layak masuk ke dalam skuad utama.
Para pemain diaspora Indonesia yang berkarier di Eropa menghadapi tantangan besar dalam mendapatkan menit bermain. Baik itu karena persaingan yang ketat, cedera, maupun adaptasi terhadap permainan di Eropa, mereka harus berjuang lebih keras untuk membuktikan kemampuan mereka. Namun, perjalanan mereka belum berakhir.