Langkah ketat yang diambil oleh PSSI dalam melakukan seleksi wasit untuk BRI Liga 1 2023/2024 belum sepenuhnya memberikan hasil yang diharapkan. Meskipun telah berkolaborasi dengan Federasi Sepak Bola Jepang (JFA) untuk menghasilkan 18 wasit terbaik, keputusan-keputusan kontroversial dari beberapa wasit masih mendapatkan sorotan tajam dari publik.
Proses seleksi wasit melibatkan tiga tahap tes yang cukup ketat, yaitu Fitness Test FIFA Kategori 2, Video Test, dan Law of The Game (LOTG) Test. Meskipun para wasit yang lolos telah melewati tahapan ini, kontroversi tetap muncul dalam beberapa keputusan mereka saat memimpin pertandingan.
Kerja sama dengan JFA seharusnya memberikan peningkatan kualitas, namun, realitas lapangan menunjukkan bahwa masih ada kekurangan yang perlu diperbaiki. Beberapa perangkat pertandingan, yang seharusnya menjadi panutan dalam menjalankan tugasnya, justru menjadi pusat sorotan karena keputusan-keputusan kontroversial yang diambil.
Meskipun sejumlah wasit telah mendapatkan pembinaan tanpa penugasan dari Komite Wasit (Komwas) PSSI, tampaknya hal ini belum menghasilkan perubahan yang signifikan ketika mereka bertugas di BRI Liga 1 musim ini. Keputusan yang kontroversial ini tidak hanya menjadi sorotan publik, tetapi juga menunjukkan bahwa perlu adanya evaluasi lebih lanjut terkait proses seleksi dan pembinaan wasit di Indonesia.
Heru Cahyono
Heru Cahyono, seorang wasit asal Jakarta, menjadi sorotan dalam perhelatan BRI Liga 1 2023/2024. Dikenal sebagai salah satu wasit yang paling sering mendapatkan penugasan dari Komite Wasit PSSI, Heru telah memimpin 14 pertandingan sepanjang musim ini, tetapi karyanya tidak terlepas dari kontroversi.
Salah satu momen kontroversial terbaru melibatkan keputusan Heru terkait gol Persebaya yang dianggap kontroversial. Tandukan Pedro Henrique dinilai banyak pihak tidak masuk gawang, dan keputusan wasit untuk mengesahkan gol itu memicu protes dari berbagai pihak.
Sebelum insiden ini, Heru Cahyono juga pernah menjadi sasaran kritik tajam dari pelatih Madura United, Mauricio Souza. Pelatih tersebut mengkritik kepemimpinan Heru yang dianggap tidak adil, dengan menyoroti beberapa pelanggaran yang seharusnya menghasilkan penalti bagi Madura United, namun wasit tidak memberikan keputusan tersebut.
Respons terhadap kritik dan keputusan kontroversial Heru Cahyono tidak berlangsung tanpa konsekuensi. Sebagai tindakan pembinaan, Komite Wasit PSSI telah mengistirahatkannya selama dua pertandingan sebagai tanggapan terhadap kinerja yang dinilai buruk.
Agus Fauzan Arifin
Agus Fauzan Arifin, seorang wasit yang memiliki latar belakang sebagai anggota TNI AL, menjadi figur yang seringkali menuai kontroversi dalam gelaran BRI Liga 1 2023/2024. Keputusan-keputusannya yang kontroversial membuatnya sering menjadi sasaran kritik, baik dari pelatih maupun pengamat sepak bola.
Salah satu kejadian mencolok terjadi saat pelatih PSM Makassar, Bernardo Tavares, mengetahui bahwa Agus Fauzan Arifin akan memimpin laga melawan PSIS Semarang pada pekan ke-14. Sebelum pertandingan dimulai, ketidaknyamanan sudah terasa, dan hasilnya menciptakan kekecewaan bagi tim tersebut. Pada pertandingan lain melawan Persija Jakarta, Agus juga dinilai merugikan tim dengan keputusannya.
Bukan hanya Bernardo Tavares yang mengungkapkan ketidakpuasan terhadap Agus Fauzan Arifin. Bos Borneo FC, Nabil Husein, juga menyuarakan ketidakpuasannya terhadap wasit ini. Kritik terhadap kinerja Agus mencuat saat pertandingan melawan Persikabo 1973, yang dipenuhi dengan kontroversi. Dalam laga itu, Agus memberikan tiga kartu merah, menciptakan atmosfer kontroversial yang memicu reaksi negatif.
Sebagai respons terhadap kritik dan masalah kinerja, Agus Fauzan Arifin sebelumnya pernah mendapatkan pembinaan dari Komite Wasit. Keputusan untuk mengistirahatkannya selama delapan pekan setelah pertandingan Persikabo 1973 versus Persis Solo mencerminkan keseriusan dalam menangani permasalahan kinerja wasit.
Nendi Rohaendi
Nendi Rohaendi, wasit asal Bandung, menciptakan sorotan intens dalam gelaran BRI Liga 1 2023/2024. Sebagai salah satu wasit yang paling sering mendapatkan penugasan dengan total 17 kali dari PSSI. Rekam jejaknya menunjukkan dinamika yang mengejutkan, meskipun tidak selalu memuaskan.
Pada medio November 2023, Nendi menjadi perbincangan setelah Dewa United melaporkannya. Keputusannya yang kontroversial dalam menetapkan titik putih ketika Dedik Setiawan berada dalam posisi offside sebelum dijatuhkan di kotak penalti menjadi pemicu kekalahan Dewa United 1-2 dari Arema FC.
Duel antara Bhayangkara FC dan RANS Nusantara FC juga terkena dampak kontroversi yang melibatkan Nendi Rohaendi. Keputusannya memberikan penalti untuk RANS setelah Abdul Rahman terjatuh di kotak penalti. Meskipun tidak ada sentuhan dari pemain Bhayangkara FC, menciptakan ketidakpuasan dan pertanyaan dari berbagai pihak.
Kejadian lain yang menciptakan ketegangan terjadi saat pertandingan antara PSS Sleman dan Persija Jakarta. Kekalahan 1-3 dari Persija membuat sekelompok suporter PSS Sleman tidak puas dengan kepemimpinan Nendi Rohaendi. Bahkan, beberapa oknum suporter masuk ke lapangan pasca-pertandingan, mengungkapkan ketidakpuasan mereka terhadap keputusan wasit.
Reaksi yang intens terhadap kinerja Nendi Rohaendi menimbulkan pertanyaan serius terkait evaluasi dan pembinaan wasit di Indonesia. Dengan kepribadiannya yang menjadi fokus perhatian dan kritik. Keberlanjutan upaya untuk meningkatkan profesionalisme dan integritas wasit dalam BRI Liga 1 menjadi semakin mendesak.