AC Milan saat tur pramusim Asia‑Pasifik memperlihatkan tiga wajah taktik utama yang akan menjadi pondasi musim mendatang. Perjalanan yang diakhiri dengan kemenangan 9‑0 atas Perth Glory bukan sekadar soal hasil akhir, melainkan cerminan evolusi strategi tim di bawah arahan Massimiliano Allegri.
Dalam 200 kata pengantar ini, terlihat bahwa Milan tidak sekadar melakukan tur gaya—mereka menjadikan setiap pertandingan sebagai ajang eksperimen bahwa struktur taktik bisa berubah sesuai lawan dan situasi. Menyusun formasi lima bek saat lawan seperti Arsenal di Singapura, bermain lebih terbuka saat menghadapi Liverpool di Hong Kong, hingga menyerang penuh di Australia dengan formasi dinamis. Keberanian Allegri untuk merombak formasinya menunjukkan kesiapan Milan menghadapi musim baru, dengan kombinasi pemain muda dan senior. Setiap pertandingan memberikan gambaran tentang siapa skuad inti, siapa pemain yang mungkin dijual atau dipertahankan, dan bagaimana taktik utama yang diperlukan agar sukses di Serie A, Coppa Italia, maupun kompetisi Eropa. Penekanan kali ini bukan hanya menang, tapi juga belajar dan menyiapkan bentuk terbaik tim untuk musim 2025/26.
Bertahan Kokoh vs Lawan Berat
Saat melawan Arsenal di Singapura, AC Milan memperlihatkan pendekatan defensif yang sangat disiplin. Allegri menggunakan formasi 5-4-1 dengan lima bek—sebuah eksperimen tegas untuk menguji kestabilan lini belakang. Meskipun Arsenal mengambil inisiatif, Milan nyaris tidak kebobolan kecuali satu gol.
Strategi ini menunjukkan bahwa ketika menghadapi tim superior, bertahan sebagai dasar adalah prioritas. Pemain seperti Theo Hernández, Davide Calabria, dan Fodé Ballo‑Touré menunjukkan kompak dalam menjaga kedalaman, sementara gelandang sayap bekerja keras menutup ruang. Kedisiplinan taktik ini memberi keyakinan bahwa Milan bisa cukup tangguh menghadapi tekanan lawan berat di kompetisi nyata.
Lebih Serang vs Liverpool
Di Hong Kong melawan Liverpool, Milan mulai menunjukkan keberanian baru. Formasi berubah menjadi 5-3-2, lalu selang-seling berubah menjadi lima bek dengan dua gelandang serang. Mereka tidak hanya bertahan, tetapi juga membalas dengan efektif, mencetak empat gol dalam laga tersebut.
Transisi dari bertahan ke menyerang terlihat lebih mulus. Rafael Leão menjadi motor serangan, memanfaatkan ruang di sisi sayap yang terbuka. Strategi ini memberi sinyal bahwa Milan siap bermain lebih dinamis jika mendapat peluang, terutama dalam situasi satu lawan satu atau serangan balik. Eksperimen ini membuka jalan bagi fleksibilitas taktik musim depan: dari nomor 5 defensif ke formasi menyerang saat momentum datang.
Dominasi dan Produktivitas vs Perth Glory
Pertandingan terakhir di Australia menjadi demonstrasi penuh kekuatan AC Milan. Dengan formasi menyerang seperti 4-3-3 atau 4-2-3-1, mereka menampilkan tekanan tinggi, pressing agresif, serta kreativitas tanpa henti. Hasilnya? Skor telak 9‑0.
Pergantian pemain tanpa henti pun tidak membuat intensitas permainan menurun. Striker, gelandang, dan wing-back sama-sama mencetak gol, menunjukkan kedalaman skuad. Allegri membuktikan bahwa Milan bisa mengadaptasi beberapa formasi dalam satu laga: saat menyerang menggunakan tiga pemain depan, ketika bertahan segera berubah formasi ke 4-4-1-1. Ini menandai kesiapan mental dan taktikal Milan menghadapi lawan dari berbagai level.
Eksperimen Halus dan Pertanyaan Taktikal
Tur pramusim ini juga menggambarkan eksperimen penting yang membuka pertanyaan besar soal strategi jangka panjang. Kinerja Ruben Loftus-Cheek, misalnya, membuat manajemen mempertimbangkan ulang rencana mendatangkan gelandang mahal tambahan. Keberhasilan pemain muda seperti Filippo Terracciano menambah opsi variant lini tengah dan pertahanan.
Apakah Allegri akan lebih mengandalkan formasi tiga bek dengan wing-back, atau tetap berpegang pada pendekatan tradisional empat bek? Bagaimana kemungkinan bermainnya gelandang serang seperti Loftus-Cheek mempengaruhi rencana transfer? Tur ini menyisipkan pertanyaan filosofis tentang arah belanja dan skema ideal yang bisa diterapkan dalam skuad yang akan datang.
Modric dan Gimenez
Dua nama besar, Luka Modric dan Santiago Gimenez, belum ambil bagian dalam tur, tapi efek kedatangan mereka sudah dibicarakan. Modric akan memperkaya lini tengah Milan dengan kontrol bola dan visi yang matang, sementara Gimenez menambah opsi di lini depan dengan gaya bermain agresif.
Kehadiran mereka bisa memodifikasi formasi awal yang telah diuji selama tur. Contohnya, Modric bisa menggeser Loftus-Cheek ke posisi lain atau membuka opsi formasi 4-3-3 tradisional. Gimenez bisa membuat Allegri memilih formasi dua striker atau bermain dengan sosok target man. Ini akan menambah dinamika taktikal yang sudah mulai dibentuk.