Wigan, Swansea, dan Sunderland merupakan bagian dari salah satu klub di Liga Inggris yang mendapatkan manfaat dari pemain “one season wonder.” Ya, manfaat adalah kata yang tepat untuk menggambarkannya, meskipun kontesnya negatif.
“One season wonder” bisa diartikan sebagai hal negatif karena merujuk pada pemain sepak bola yang hanya hebat dalam satu musim, lalu menghilang pada musim berikutnya. Bahkan Liga Inggris memiliki segudang pemain dengan label tersebut.
Pada praktiknya, para pemain yang memiliki label “one season wonder” atau “one hit wonder” ini benar-benar mampu menyihir para pecinta sepak bola. Bahkan tidak jarang mereka yang disematkan label ini menjadi salah satu pesepak bola yang paling dikenang di klubnya.
Di Liga Inggris, ada 3 pemain yang memiliki label sebagai “one season wonder”, siapa saja mereka?
1. Michu
Masih segar dari musim pertama mereka di Liga Inggris, di mana Swansea mendatangkan Michu seharga 2 juta poundsterling dari klub lamanya, Rayo Vallecano, pada musim panas 2012.
Pemain yang kala itu berusia 26 tahun tersebut memperkenalkan dirinya ke sepak bola Inggris dengan mencetak 2 gol dan 1 assist. Hal tersebut terjadi pada laga pembuka Liga Inggris musim 2012/2013. Saat tim Brendan Rodgers berhasil mengalahkan QPR dengan skor 5-0 di Loftus Road.
Michu berhasil mencetak 6 gol dalam 8 pertandingan pertamanya di Liga Inggris. Bahkan juga berhasil menambahkan koleksi golnya menjadi 13 gol pada Natal. Sehingga mendapatkan kontrak baru dengan durasi 4 tahun.
Bahkan Striker itu berhasil mencetak 5 gol lagi dan 3 gol di Piala Liga untuk membantu Swansea memenangkan penghargaan besar pertama mereka. Akan tetapi, ia gagal dalam mengulangi performa gemilangnya pada musim berikutnya.
Cedera yang dideritanya menghambat musim keduanya di Stadion Liberty dan masa pinjamannya ke Napoli. Dia kembali ke Spanyol setelah mencapai penyelesaian selama 1 tahun terakhir kontraknya di Swansea.
2. Amr Zaki
Berbanding terbalik dengan Michu yang kariernya meredup dikarenakan cedera. Amr Zaki justru meninggalkan kesan yang buruk terhadap publik Wigan yang mungkin susah untuk dilupakan.
Wigan membayar Zamalek dengan harga 1,5 juta poundsterling untuk meminjamkan Zaki selama satu musim pada 2008. Ia kemudian dihadiahi 7 gol dalam 8 pertandingan pertamanya. Bahkan, juga termasuk tendangan voli yang fenomenal saat berhadapan dengan Liverpool di Anfield.
Zaki berhasil mencetak 10 gol di Liga Inggris pada pergantian tahun, tetapi sikapnya gagal dalam menyamai keinginannya untuk mencetak gol. Tak hanya di klub, bahkan striker asal Mesir tersebut juga membuat emosi tim nasional, di mana ia datang terlambat pada saat TC sebanyak 4 kali.
Dan pada akhirnya, sinar Zaki pun harus meredup dikarenakan kesalahannya sendiri. Steve Bruce, pelatih Wigan kala itu, sampai menyebutkan bahwa Zaki merupakan pesepakbola yang paling tidak profesional yang pernah ia latih.
“Saya hanya merasa sudah saatnya kita mengumumkan mimpi buruk yang harus dia hadapi,” kata Steve Bruce.
“Sejujurnya saya bisa mengatakan bahwa sepanjang waktu saya di sepak bola, saya tidak pernah bekerja dengan seseorang yang tidak profesional.”
3. Roque Santa Cruz
Masih ingatkah dengan Roque Santa Cruz yang dibeli mahal oleh Manchester City, tetapi hanya berhasil mencetak 3 gol saja sepanjang waktunya bermain di sana.
Ya, Roque Santa Cruz merupakan stiker fenomenal lainnya yang ada di Liga Inggris. Di mana bersinar di musim pertamanya, lalu meredup kemudian. Saat itu ia berusia 25 tahun saat Blackburn Rovers meminangnya dari Bayern Munchen dengan dana 3,5 juta poundsterling. Kemudian Sang stiker pun langsung meledak pada debut pertamanya di Britania Raya.
Ia berhasil mencetak 19 gol saat debutnya di Liga Inggris. Namun, saat musim berikutnya ia hanya bisa memasukkan 4 gol saja.
Namun yang menariknya, meskipun ia buntu pada musim kedua di Liga Inggris, tetapi Manchester City nekat untuk membeli Santa Cruz dengan dana yang terbilang mahal mencapai 17,5 juta poundsterling.
Itulah 3 pemain yang memiliki label “one season wonder” yang mana mereka hanya bisa memberikan kontribusi pada klub mereka di awal musim saja. Kemudian di musim berikutnya mereka mulai meredup dan tidak bersinar seperti saat awal musim mereka datang.
Diantara ketiga pemain tersebut, yang paling parah adalah Amr Zaki yang memiliki etika yang buruk dan bukan hanya di klub, tetapi juga timnas, juga sama buruknya, yang membuat kariernya hancur.