Pada pekan ke-23 BRI Liga 1 2023/2024, sorotan tak hanya tertuju pada tim terbaik, namun juga pada klub dengan raihan kartu merah terbanyak. Saat ini, Borneo FC sukses dengan penampilan trengginasnya meraih puncak klasemen. Keberhasilan ini tidak hanya menjadi sukses bagi tim, tetapi juga menciptakan sejarah luar biasa dalam perjalanan klub ini di musim ini.
Namun, di sisi lain pertandingan, tantangan disiplin di lapangan mewarnai beberapa klub besar, menciptakan ketegangan yang memukau. Dalam periode 23 pertandingan, kartu merah menjadi sorotan utama, dengan dua klub, PSM Makassar dan Bali United, menonjol dalam hal ini. Meskipun Bali United memiliki sedikit keunggulan, keduanya terlibat dalam perjuangan untuk menjaga ketertiban di lapangan.
Berikut adalah tiga klub yang mencatatkan perolehan kartu merah tertinggi hingga pekan ke-23 BRI Liga 1 2023/2024:
PSM Makassar
PSM Makassar menorehkan catatan unik dalam daftar perolehan kartu merah terbanyak di BRI Liga 1 hingga saat ini. Dari statistik yang tersedia, Juku Eja, julukan tim ini, telah mengumpulkan impresif 50 kartu kuning dan 5 kartu merah sepanjang kompetisi.
Kartu merah yang diterima oleh PSM bervariasi, mulai dari akumulasi dua kartu kuning hingga kartu merah langsung dalam satu pertandingan. Menariknya, dua pemain utama yang mendapatkan kartu merah langsung adalah Erwin Gutawa dan Safrudin Tahar. Erwin Gutawa tercatat mendapatkan kartu merah saat tertangkap melanggar pemain Dewa United di Stadion Gelora BJ Habibie, Parepare, menciptakan momen kontroversial dalam perjalanan PSM.
Sementara itu, Safrudin Tahar mendapat kartu merah ketika berhadapan dengan Bali United di Stadion Kapten I Wayan Dipta. Lebih menarik lagi, tidak hanya Safrudin yang terkena hukuman, melainkan juga pelatih kiper PSM, Alan Haviludin. Insiden ini memberikan warna tersendiri dalam persaingan tim dan menunjukkan kompleksitas dinamika yang terjadi di lapangan.
Selain itu, PSM Makassar juga mengalami kartu merah melalui hasil akumulasi dua kartu kuning dalam satu pertandingan. Sebuah tantangan yang dihadapi oleh pemain muda seperti Victor Dethan dan Dzaky Asraf.
Bali United
Bali United, meskipun meraih prestasi yang luar biasa di BRI Liga 1 2023/2024, juga tidak luput dari catatan kartu merah yang menarik. Tim ini telah mengumpulkan total lima kartu merah sepanjang kompetisi. Tetapi keunggulan mereka terletak pada perolehan dua kartu kuning yang berakhir dengan kartu merah.
Menariknya, Bali United tidak memiliki catatan kartu merah langsung sejauh ini, mencerminkan disiplin tinggi dan pengendalian diri pemain di lapangan. Namun, akumulasi kartu kuning menjadi sorotan, dengan Novri Setiawan, Haudi Abdillah, dan Yabes Roni Malaifani menjadi pemain yang mencatatkan statistik ini.
Namun, yang membuat catatan ini semakin menarik adalah satu pemain yang mendapatkan dua kali kartu merah tidak langsung, yakni Jajang Mulyana. Kejadian ini menandai ketegangan dan intensitas dalam permainan. Di mana satu pemain harus menghadapi hukuman sebanyak dua kali dalam satu musim.
Peristiwa terakhir kartu merah tidak langsung bagi Bali United terjadi saat mereka berhadapan dengan Persib Bandung di Stadion Kapten I Wayan Dipta pada pekan ke-23 BRI Liga 1 2023/2024. Insiden ini menciptakan momen dramatis dalam pertandingan, menunjukkan kompleksitas dan ketegangan yang dapat terjadi dalam dunia sepak bola yang penuh gairah ini.
PSS Sleman
PSS Sleman, sebagai peserta menarik dalam BRI Liga 1 2023/2024, menduduki posisi ketiga dalam daftar perolehan kartu merah. Klub ini mengumpulkan total empat kartu merah sepanjang musim ini. Namun, yang membuat catatan ini semakin menarik adalah jumlah kartu kuning yang signifikan, mencapai angka 67 kartu kuning. Fakta menarik lainnya adalah bahwa perbedaan hanya dua kartu kuning memisahkan PSS Sleman dari Bali United. Mereka mengoleksi 69 kartu kuning dalam 23 pekan kompetisi ini.
Salah satu momen dramatis yang mencatat kartu merah bagi PSS Sleman terjadi saat menghadapi PSIS Semarang. Pertandingan ini menjadi sangat panas di Stadion Jatidiri Semarang, berujung pada kekacauan yang terjadi di lapangan. Pada menit ke-33, PSS kehilangan Wahyudi Hamisi, sementara PSIS juga kehilangan Carlos Fortes. Insiden ini merupakan hasil dari ketegangan yang mencapai puncak, memaksa wasit untuk mengusir kedua pemain.
Pada saat itu, skor imbang 1-1 menambah intensitas pertandingan. Pada akhirnya menciptakan kekacauan di antara suporter tuan rumah dan suporter tim tamu. Perlu dicatat bahwa suporter tim tamu seharusnya tidak diizinkan untuk hadir di stadion, menjadikan insiden ini semakin kompleks.