Dusan Vlahovic butuh tim baru untuk menghidupkan kembali insting golnya yang sempat bersinar saat bersama Fiorentina. Penyerang asal Serbia ini pernah digadang-gadang sebagai salah satu striker muda paling tajam di Eropa. Ketajamannya di depan gawang saat membela Fiorentina memikat banyak klub besar, termasuk Juventus, yang akhirnya mengamankan jasanya pada 2022 dengan ekspektasi tinggi.
Namun, hingga saat ini, performa gemilang yang ditunggu-tunggu belum juga hadir. Vlahovic tampak kesulitan menunjukkan kemampuan terbaiknya di bawah sistem permainan Juventus. Ia memang belum sepenuhnya hilang, tetapi jelas tak lagi menakutkan seperti dulu. Juventus kini mulai membuka pintu negosiasi untuk menjualnya pada bursa transfer musim panas ini.
Dengan usia yang masih 25 tahun, masa depan Vlahovic seharusnya masih panjang. Hanya saja, kariernya membutuhkan arah baru. Lingkungan dan sistem yang tepat bisa menjadi kunci untuk mengembalikan kepercayaan diri serta efektivitasnya di lini depan.
Kontrak Tinggi, Tapi Performa Tak Sesuai Ekspektasi
Saat Juventus mendatangkan Dusan Vlahovic dari Fiorentina, mereka mengikatnya dengan kontrak jangka panjang dan gaji mencapai €12 juta per musim. Investasi besar ini dimaksudkan untuk menjadikannya ujung tombak utama yang bisa mengembalikan kejayaan Si Nyonya Tua di Serie A dan Eropa.
Sayangnya, hasil di lapangan jauh dari harapan. Vlahovic tidak pernah benar-benar bersaing dalam perebutan top skor Serie A sejak kepindahannya. Keberadaannya di lini depan kerap terisolasi, dan kontribusinya dalam fase menyerang tidak konsisten.
Beban ekspektasi serta nilai kontrak tinggi justru menjadi tekanan tersendiri. Juventus pun mulai mempertimbangkan opsi untuk menjualnya dan mengalihkan fokus pada pemain yang lebih sesuai dengan gaya permainan pelatih Massimiliano Allegri atau penggantinya kelak.
Bukan Masalah Kualitas, Tapi Masalah Gaya Bermain
Masalah utama Vlahovic di Juventus bukan terletak pada kualitasnya. Ia tetap penyerang berbahaya yang mampu mencetak gol dari berbagai situasi. Namun, gaya bermain Juventus yang cenderung defensif membuat Vlahovic kehilangan sentuhan mautnya di kotak penalti.
Di Fiorentina, ia menjadi pusat serangan dan mendapat suplai bola yang melimpah. Sebaliknya, di Juventus, ia justru kerap terabaikan dalam skema serangan. Hal ini menghambat kontribusinya dan berdampak negatif pada kepercayaan dirinya.
Kondisi tim yang tidak stabil, ditambah tekanan tinggi dari fans dan media, semakin menyulitkan Vlahovic untuk tampil lepas. Dalam situasi seperti ini, striker top pun bisa ikut tenggelam dan gagal berkembang.
Milan Jadi Peluang Kedua Bagi Vlahovic?
Pandit sekaligus mantan pemain legendaris Italia, Ciccio Graziani, memberikan pandangan menarik soal masa depan Vlahovic. Ia yakin striker Serbia itu belum habis dan masih memiliki potensi besar. Dalam sebuah wawancara, Graziani menyebut AC Milan sebagai klub yang cocok untuk menghidupkan kembali performa Vlahovic.
“Dia bukan pemain yang sangat teknikal, tapi cara dia melihat gawang sangat istimewa. Itu insting alami yang jarang dimiliki,” ujar Graziani kepada Tuttomercatoweb. Menurutnya, Milan bisa menjadi tempat yang pas untuk mengembangkan kembali naluri mencetak gol Vlahovic.
AC Milan sendiri sedang mencari pengganti Olivier Giroud yang kian menua dan rawan cedera. Dengan filosofi permainan yang lebih menyerang dan dinamis, Milan dapat menjadi lingkungan ideal bagi Vlahovic untuk bangkit dan menjadi andalan.
Saatnya Berpindah Demi Masa Depan Lebih Cerah
Dusan Vlahovic masih memiliki segalanya untuk menjadi striker elite di level Eropa. Namun, ia membutuhkan tantangan baru, lingkungan yang lebih mendukung, serta tim yang bisa membangun permainan di sekelilingnya. Juventus tampaknya bukan lagi tempat ideal untuk mewujudkan potensi maksimalnya.
Dengan AC Milan sebagai salah satu peminat, serta beberapa klub Premier League yang terus memantau, opsi untuk pindah terbuka lebar. Di usia 25 tahun, inilah momen yang tepat untuk memulai babak baru dalam kariernya.
Pindah ke klub yang lebih cocok dengan gayanya bisa menjadi keputusan terbaik—baik untuk Vlahovic maupun Juventus. Jika dapat menemukan ritme permainan yang pas, bukan tidak mungkin Vlahovic akan kembali menjadi predator menakutkan di kotak penalti seperti saat di Fiorentina dulu.
Vlahovic butuh kepercayaan dan sistem permainan yang mendukung potensinya. Juventus telah gagal memfasilitasi keduanya. Kini, saatnya sang striker muda melangkah ke tempat baru, menata ulang karier, dan membuktikan bahwa ketajamannya belum hilang—hanya tersesat di sistem yang salah.