Jeda internasional Oktober 2025 kembali menghadirkan kabar buruk bagi dua raksasa Spanyol, Barcelona dan Real Madrid. Bukannya membawa peningkatan performa, periode ini justru menjadi mimpi buruk karena badai cedera melanda kedua kubu. Fenomena yang dikenal sebagai Virus FIFA kembali menghantui klub-klub besar Eropa, dan dampaknya kali ini terasa sangat signifikan, terutama menjelang laga panas El Clasico yang dijadwalkan pada 26 Oktober mendatang.
Barcelona Dilanda Krisis Cedera
Barcelona menjadi tim yang paling merasakan imbas dari jeda internasional kali ini. Pelatih Xavi Hernández dipaksa berpikir keras setelah beberapa pemain penting harus masuk ruang perawatan. Robert Lewandowski menjadi korban terbaru. Striker asal Polandia itu sebenarnya tampil impresif saat mencetak gol melawan Lithuania. Namun, ia kemudian mengalami cedera hamstring yang memaksanya menepi selama satu bulan. Akibatnya, peluangnya tampil di El Clasico praktis tertutup.
Selain Lewandowski, Dani Olmo dan Ferran Torres juga mengalami nasib serupa. Keduanya mendapatkan cedera otot saat memperkuat tim nasional Spanyol. Olmo menderita cedera betis, sedangkan Torres sempat mengalami masalah ringan namun diharapkan bisa pulih tepat waktu.
Masalah tidak berhenti di situ. Sebelumnya, Barcelona sudah kehilangan beberapa nama penting seperti Gavi, Marc-André ter Stegen, Joan Garcia, dan Raphinha. Karena itu, Xavi kini menghadapi situasi sulit dalam menentukan komposisi tim. Kekurangan pemain di lini depan dan tengah tentu akan berpengaruh besar terhadap keseimbangan permainan timnya.
Meski begitu, pelatih asal Spanyol itu tetap berusaha tenang. Ia menilai bahwa kondisi ini harus dihadapi dengan profesionalisme tinggi. “Kami sudah sering menghadapi situasi seperti ini. Yang penting sekarang adalah menjaga fokus dan memaksimalkan pemain yang tersedia,” ujar Xavi dalam sesi latihan terakhir timnya.
Real Madrid Juga Jadi Korban
Di sisi lain, Real Madrid juga tidak luput dari dampak Virus FIFA. Pelatih Xabi Alonso dipusingkan dengan absennya beberapa pemain kunci menjelang laga melawan Barcelona. Kylian Mbappé, yang diharapkan menjadi tumpuan utama lini depan Los Blancos, mengalami cedera pergelangan kaki saat membela tim nasional Prancis melawan Azerbaijan.
Cedera tersebut menjadi pukulan telak karena Mbappé sedang berada dalam performa terbaiknya di La Liga. Selain itu, dua pemain muda Madrid, Dean Huijsen dan Franco Mastantuono, juga mengalami cedera otot dan gagal tampil bersama tim nasional masing-masing.
Kehilangan tiga pemain ini tentu berdampak pada strategi Real Madrid. Karena itu, Alonso kini harus mencari alternatif untuk menjaga keseimbangan tim. “Kami harus pintar menyesuaikan strategi karena jadwal pertandingan ke depan sangat padat,” ujarnya dalam konferensi pers.
Dengan kedua tim sama-sama kehilangan sejumlah pemain penting, El Clasico kali ini diprediksi akan berlangsung lebih taktis dan terbuka. Pertandingan mungkin tidak akan seintens biasanya, tetapi kreativitas para pelatih dalam meramu strategi akan menjadi kunci utama.
Klub-Klub Eropa Lain Juga Terdampak
Menariknya, Barcelona dan Real Madrid bukan satu-satunya korban dari Virus FIFA kali ini. Klub-klub besar Eropa lainnya juga mengalami hal serupa. Chelsea, misalnya, harus kehilangan Enzo Fernández karena peradangan lutut saat membela Argentina. Di Inggris, Liverpool kehilangan Ryan Gravenberch setelah gelandang asal Belanda itu mengalami cedera hamstring dalam laga internasional.
Selain itu, Paris Saint-Germain (PSG) turut terkena imbasnya. Dua pemain mereka, Desire Doue dan Ousmane Dembélé, mengalami kemunduran kondisi fisik setelah memperkuat tim nasional Prancis. Cedera-cedera semacam ini memperlihatkan bahwa padatnya kalender internasional benar-benar memberikan dampak besar terhadap kebugaran pemain.
Fenomena ini bukanlah hal baru. Setiap jeda internasional, klub-klub dengan banyak pemain tim nasional selalu berada dalam risiko tinggi kehilangan pilar utamanya. Karena itu, banyak pihak mulai menyerukan agar FIFA dan UEFA mempertimbangkan kembali padatnya jadwal pertandingan antarnegara.
Virus FIFA dan Tantangan Klub Modern
Virus FIFA bukan sekadar istilah populer. Ia mencerminkan realitas bahwa keseimbangan antara tanggung jawab klub dan negara sering kali menjadi dilema besar. Klub ingin pemainnya selalu bugar untuk kompetisi domestik, sementara negara membutuhkan mereka untuk memperkuat tim nasional.
Oleh karena itu, keseimbangan menjadi faktor penting. Klub-klub besar seperti Barcelona dan Real Madrid harus mampu menyiapkan kedalaman skuad yang memadai agar tidak terlalu terguncang saat badai cedera datang. Selain itu, kerja sama antara klub dan federasi sepak bola nasional juga perlu ditingkatkan agar tidak terjadi kelelahan berlebih pada pemain.
Yang paling penting, para pelatih kini dituntut untuk lebih kreatif. Mereka harus menemukan cara untuk menjaga performa tim di tengah keterbatasan. Baik Xavi maupun Xabi Alonso tentu berharap badai cedera ini tidak berlarut-larut. Sebab, keduanya tahu bahwa El Clasico bukan hanya soal gengsi, tetapi juga soal momentum untuk menjaga posisi di papan atas La Liga.