Ruben Neves mengantar jenazah Diogo Jota ke tempat peristirahatan terakhir di Portugal, sebuah tindakan yang mencerminkan makna sejati dari persahabatan. Pemain yang kini membela Al Hilal itu melakukan perjalanan panjang dari Amerika Serikat hanya beberapa jam setelah bertanding di ajang Piala Dunia Antarklub, demi memberikan penghormatan terakhir kepada sahabat dekatnya, Diogo Jota.
Tanpa memperhitungkan lelah atau kewajiban profesional yang masih menanti, Neves tiba di kota Gondomar, Portugal, tepat pada hari pemakaman. Ia menjadi salah satu dari sedikit orang yang dipercaya untuk mengusung peti jenazah Jota. Dalam upacara penuh duka yang berlangsung pada Sabtu, 5 Juli 2025.
Kehadiran Neves di tengah keluarga dan rekan-rekan Jota menjadi simbol kuat atas kedekatan yang telah terjalin sejak keduanya masih bermain di tim muda FC Porto. Dari awal karier di Porto B hingga mencapai puncaknya bersama di Wolverhampton Wanderers, persahabatan mereka bukan sekadar cerita lapangan, melainkan perjalanan hidup yang diikat oleh nilai-nilai kebersamaan dan kesetiaan.
Dari Porto B ke Premier League: Perjalanan Panjang Dua Sahabat
Kisah persahabatan Ruben Neves dan Diogo Jota tidak dimulai di klub besar atau panggung dunia, melainkan dari lingkungan akademi FC Porto. Mereka pertama kali bermain bersama di tim Porto B, lalu menapaki jalur menuju skuad utama klub asal Portugal tersebut. Di sanalah bibit kedekatan mereka tumbuh, terbentuk dari sesi latihan keras, pertandingan penuh tekanan, hingga keberhasilan bersama di level domestik.
Persahabatan itu tidak terputus ketika keduanya memutuskan untuk hijrah ke Inggris. Justru, kebersamaan mereka semakin erat saat sama-sama memperkuat Wolverhampton Wanderers. Antara tahun 2017 hingga 2020, Neves dan Jota menjadi motor permainan Wolves. Mereka tampil bersama dalam lebih dari 100 pertandingan di berbagai kompetisi dan memainkan peran vital dalam membawa klub dari Championship ke Premier League.
Selama berada di Wolves, keduanya dikenal sebagai duo yang tak tergantikan. Baik Neves dengan umpan-umpan akuratnya, maupun Jota dengan determinasi dan naluri golnya, menjadi pilar penting keberhasilan klub. Namun di luar taktik dan strategi, hubungan pribadi mereka yang kuat juga menjadi salah satu kunci keharmonisan tim kala itu.
Gondomar Jadi Saksi Momen Perpisahan yang Mengharukan
Upacara pemakaman Diogo Jota di kota asalnya, Gondomar, dipenuhi oleh ribuan pelayat. Tokoh-tokoh besar sepak bola Eropa turut hadir untuk memberikan penghormatan terakhir, menjadikan suasana di sana begitu emosional dan penuh duka. Banyak yang menitikkan air mata saat peti jenazah Jota dibawa menuju tempat peristirahatan terakhir.
Salah satu momen paling menyentuh adalah ketika Ruben Neves, mengenakan setelan hitam sederhana, mengangkat peti jenazah bersama beberapa orang terdekat Jota. Tindakan ini bukan hanya bentuk penghormatan, tetapi juga ungkapan cinta seorang sahabat sejati.
Meski sempat menjalani pertandingan berat bersama Al Hilal menghadapi Fluminense hanya 13 jam sebelumnya, Neves tetap memilih untuk terbang melintasi benua. Keputusan itu menunjukkan bahwa bagi dirinya, rasa hormat dan ikatan persahabatan jauh lebih berarti dibanding apapun.
Sosok Diogo Jota di Mata Sahabat dan Rekan
Diogo Jota bukan hanya dikenal sebagai pemain berbakat dengan karier gemilang di Wolverhampton dan Liverpool. Tetapi juga sebagai pribadi yang hangat, rendah hati, dan selalu memberikan energi positif di sekitarnya. Tak sedikit rekan setim yang menyebutnya sebagai pemimpin tanpa suara—ia lebih memilih memberi contoh lewat sikap dan kerja keras, bukan sekadar ucapan.
Ruben Neves dalam sebuah pernyataan mengungkapkan bahwa kepergian Jota meninggalkan lubang besar di hatinya.
“Diogo bukan hanya teman di lapangan. Dia adalah saudara bagi saya. Kami tumbuh bersama, bermimpi bersama, dan saya merasa kehilangan yang sangat mendalam,” ucap Neves dalam wawancara singkat setelah upacara.
Selain Neves, beberapa sosok ternama juga memberikan tribut untuk Jota. Jose Mourinho, mantan pelatih top asal Portugal, menyebut Jota sebagai “pejuang sejati” di lapangan, sementara Luis Díaz mengenangnya sebagai pribadi penuh empati yang “selalu peduli pada orang lain.”
Warisan Abadi Seorang Diogo Jota
Kematian mendadak Diogo Jota pada usia muda memang meninggalkan duka mendalam. Terutama bagi dunia sepak bola yang kehilangan salah satu pemain paling menjanjikan. Namun, warisan yang ia tinggalkan bukan hanya soal gol, assist, atau statistik permainan. Melainkan semangat pantang menyerah, loyalitas terhadap tim, dan nilai-nilai persahabatan sejati.
Penghormatan tulus Ruben Neves menjadi pengingat bahwa di balik gemerlap sepak bola profesional, ada ikatan emosional yang kuat antarpemain. Kisah mereka bukan hanya layak dikenang oleh fans Liverpool atau Wolverhampton. Tetapi oleh seluruh pencinta sepak bola yang memahami bahwa permainan ini lebih dari sekadar hasil akhir—melainkan tentang manusia, perasaan, dan persaudaraan.