Tak terlupakan, 28 Mei 2011, adalah hari di mana Manchester United bertarung sengit dengan Barcelona dalam final Liga Champions. Namun, kini, setelah 12 tahun berlalu, catatan manis itu menjadi semakin terpencil. Manchester United belum lagi merasakan atmosfer final Liga Champions. Bahkan, mencapai fase gugur pun menjadi tugas yang amat sulit.
Pada Rabu (13/12/2023), kekecewaan kembali menyelimuti para pendukung Setan Merah. Manchester United secara resmi tersingkir dari fase grup Liga Champions musim 2023/2024. Menempati posisi juru kunci Grup A, tim hanya berhasil mengumpulkan empat poin dari enam pertandingan, jauh di bawah standar yang diharapkan.
Pertarungan terakhir di Old Trafford melibatkan Manchester United menghadapi juara grup, Bayern Munchen. Meskipun pertandingan berlangsung cukup seimbang, pada akhirnya, Setan Merah harus menyerah dengan skor tipis 0-1.
Kegagalan ini melukis catatan buruk yang semakin panjang untuk Manchester United di Liga Champions dalam beberapa tahun terakhir. Klub ini sepertinya kesulitan mengulang prestasi gemilang mereka sejak terakhir kali mencapai final. Tantangan besar kini menghadang, dan pendukung setia bersiap untuk melihat bagaimana klub mereka akan merespons dalam menghadapi masa depan yang penuh tekanan di kancah Eropa.
Kiprah Manchester United di Liga Champions
Perjalanan Manchester United di Liga Champions setelah kesuksesan pada musim 2010/2011 menjadi sebuah catatan yang penuh tantangan. Setelah melibas jalan menuju final, 28 Mei 2011, di mana mereka harus mengakui keunggulan Barcelona, MU tampaknya kesulitan menemukan jejak kejayaan tersebut.
Seiring berjalannya waktu, performa di panggung Eropa semakin menurun secara drastis. Dalam 12 tahun terakhir, Manchester United hanya dua kali berhasil melangkah ke fase gugur. Statistik tersebut menunjukkan betapa sulitnya mereka untuk menembus batas-batas kompetisi elit tersebut.
12 tahun berlalu sejak momen puncak di final Liga Champions. Setelahnya, Manchester United belum pernah lagi mencapai tahap yang sama dalam kompetisi favorit Eropa mereka. Musim 2013/2014 memberikan sedikit harapan saat mereka mencapai babak perempat final, tetapi kegembiraan tersebut sirna setelah dikalahkan oleh Bayern Munchen di pertemuan yang sengit.
Musim 2018/2019 menjadi momen lain di mana MU bisa mencapai perempat final, tetapi Barcelona menjadi batu sandungan yang tak terlampaui. Dalam 12 tahun terakhir, ada tiga musim di mana Setan Merah bahkan tidak berpartisipasi di Liga Champions, yaitu pada musim 2014/2015, 2016/2017, dan 2019/2020.
Tantangan besar kini menghadang Manchester United, dan pertanyaan mengenai bagaimana mereka akan menghadapi dinamika kompetisi Eropa menjadi sorotan utama.
Kenangan Terakhir: Kejayaan Liga Champions 2007/2008
Sensasi kemenangan trofi Liga Champions telah lama menjadi kenangan bagi Manchester United. Terakhir kali Setan Merah merasakan kegembiraan itu adalah pada musim 2007/2008, dalam sebuah final epik melawan Chelsea. Waktu itu, tim masih ditangani oleh maestro sepak bola, Sir Alex Ferguson.
Pertandingan puncak ini diadakan di Luzhniki, Moskow, dan menjadi sejarah dengan skenario dramatis. Setelah bermain imbang 1-1 selama 120 menit, laga dilanjutkan ke babak adu penalti yang membuat detak jantung para penggemar berdegup lebih kencang. Akhirnya, Manchester United keluar sebagai pemenang dengan skor 6-5.
Momen tersebut juga menjadi saksi dari kemampuan gemilang Cristiano Ronaldo yang saat itu masih membela Setan Merah. Ronaldo mencetak gol pembuka untuk MU di menit ke-26, membawa keunggulan sebelum Frank Lampard menyamakan kedudukan untuk Chelsea.
Tidak hanya menjadi kemenangan bagi Manchester United, tetapi final Liga Champions 2007/2008 juga meninggalkan sejuta kenangan dan emosi yang tak terlupakan bagi para penggemar sepak bola. Meskipun sudah lama berlalu, nostalgia kejayaan itu tetap hidup di hati para suporter Setan Merah.
Catatkan 3 Trofi Liga Champions
Manchester United membanggakan diri dengan koleksi tiga trofi Liga Champions yang memperkaya sejarah kejayaan mereka di panggung Eropa. Trofi pertama, mengilhami oleh visi pelatih legendaris Matt Busby, diangkat pada musim 1967/1968. Saat itu, istilah “Liga Champions” belum meramaikan sepak bola seperti sekarang. Dalam final bersejarah, MU berhasil mengalahkan Benfica dengan skor gemilang 4-1.
Perjalanan menuju trofi kedua yang menghiasi lemari piala Setan Merah dimulai pada musim 1998/1999. Final yang penuh dramatisme di Camp Nou melawan Bayern Munchen menjadi tonggak bersejarah. Dalam momen yang dikenang oleh seluruh suporter, Ole Gunnar Solskjaer menjadi pahlawan sebagai supersub dengan mencetak gol yang memastikan kemenangan yang tak terlupakan bagi Manchester United.
Ketiga trofi Liga Champions ini bukan hanya simbol kejayaan, tetapi juga menyatukan nama Manchester United dengan prestasi gemilang di pentas sepak bola Eropa. Seiring berjalannya waktu, cerita keberhasilan ini menjadi bagian integral dari identitas kaya sejarah klub.