Drawing babak perempat final Liga Champions 2023/2024 telah menghasilkan serangkaian pertandingan yang tidak hanya menarik secara kompetitif, tetapi juga menyajikan momen reuni yang membangkitkan kenangan bagi beberapa pemain dan tim lamanya.
Pertama, kita akan menyaksikan pertemuan antara Atletico Madrid dan Borussia Dortmund. Dalam laga ini, kita akan melihat reuni antara Antoine Griezmann dan klub lamanya, Atletico Madrid. Griezmann yang kembali ke Atletico pada musim ini setelah bermain untuk Barcelona, akan kembali bertemu dengan mantan rekan-rekannya dalam pertarungan sengit di panggung Liga Champions.
Selanjutnya, Real Madrid akan menghadapi Manchester City dalam pertarungan yang dijamin akan memikat banyak penggemar sepak bola. Di sini, kita akan melihat reuni antara Sergio Aguero dan klub lamanya, Manchester City. Setelah bertahun-tahun membela warna biru Manchester, Aguero kini akan berusaha menghadapi mantan klubnya dalam pertandingan yang penuh emosi.
Laga antara Barcelona dan PSG juga tidak kalah menarik, di mana akan terjadi reuni antara Lionel Messi dan mantan klubnya, Barcelona. Messi, yang meninggalkan Barcelona pada musim panas sebelumnya, akan kembali ke Camp Nou dengan seragam PSG, mencoba membawa timnya menuju babak berikutnya sambil mengenang kenangan bersama klub lamanya.
Terakhir, Arsenal akan bertemu Bayern Munchen dalam pertandingan yang menjanjikan. Di sini, kita akan menyaksikan reuni antara Serge Gnabry dan klub lamanya, Arsenal. Setelah meninggalkan Arsenal pada tahun 2016, Gnabry telah menjadi salah satu pemain kunci Bayern Munchen, dan kini akan kembali ke Emirates Stadium untuk menghadapi mantan klubnya dalam pertarungan sengit di Liga Champions.
Axel Witsel: Perjalanan dari Dortmund ke Atletico Madrid
Axel Witsel, pemain kelas dunia, telah menjalani perjalanan menarik dalam kariernya, dari Borussia Dortmund hingga kini menjadi bagian penting dari Atletico Madrid. Merupakan momen yang berkesan bagi penggemar sepak bola untuk melihat bagaimana pemain ini mengambil langkah besar dalam kariernya.
Witsel, yang bergabung dengan Atletico Madrid pada tahun 2022, telah menjadi salah satu pemain reguler dalam skuad Los Rojiblancos. Namun, sebelum bergabung dengan klub Spanyol tersebut, Witsel telah menjadi bagian dari Borussia Dortmund dalam empat tahun terakhir.
Selama bermain untuk Dortmund, Witsel menunjukkan kualitasnya di lapangan dengan tampil dalam 145 pertandingan di semua kompetisi, mencetak 13 gol dan memberikan enam assist. Namun, kepergiannya dari Dortmund menuju Atletico Madrid bukanlah keputusan yang mudah baginya.
“Saya sangat senang bisa menghabiskan empat tahun di sini bermain di level tertinggi. Tetapi saya sedih harus meninggalkan klub, saya punya banyak teman dan rekan satu tim yang hebat di sini,” ucap Witsel mengenai kepergiannya dari Dortmund seperti yang dilansir oleh WAZ.
“Saya di sini selama empat tahun, itu waktu yang lama. Tapi pada akhirnya, itulah kehidupan seorang pesepakbola. Saya menantikan pertandingan terakhir, tapi saya juga akan sangat sedih,” tambahnya.
Brahim Diaz: Dari Manchester City ke Real Madrid
Brahim Diaz, pemain muda yang berbakat, telah menempuh perjalanan yang menarik dalam kariernya. Yakni dari Manchester City hingga akhirnya menjadi bagian penting dari Real Madrid. Perjalanan ini tidak hanya mengukir cerita sukses, tetapi juga menunjukkan tekad dan ketekunan seorang pemain untuk mencapai impian mereka.
Diaz, yang kini menjadi pemain penting bagi Real Madrid setelah masa peminjaman di AC Milan. Lalu ia bergabung dengan Los Blancos pada tahun 2019. Namun, sebelumnya, dia telah menjadi bagian dari akademi Manchester City. Di mana dia telah berkembang menjadi salah satu pemain muda berbakat di klub tersebut.
Meskipun Diaz tidak mendapat banyak kesempatan di skuad utama Manchester City. Keputusannya untuk pindah ke Real Madrid tidak membuat pelatih Pep Guardiola kecewa. Guardiola mengungkapkan dukungannya untuk Diaz dalam sebuah wawancara dengan Sky Sports.
“Seperti yang saya katakan berkali-kali, saya tidak ingin ada orang yang tidak ingin tinggal di sini. Kami melakukan segalanya dengan Brahim yang telah kami lakukan dengan Phil [Foden] dan Jadon [Sancho] – pemain penting dan kami benar-benar melakukan segalanya. Satu-satunya yang memutuskan untuk bertahan adalah Phil,” ujar Guardiola.
Luis Enrique: Masa Lalu dengan Barcelona
Luis Enrique, sosok yang kini menjabat sebagai pelatih PSG, memiliki ikatan yang sangat kuat dengan Barcelona. Meskipun sekarang ia membesut Kylian Mbappe dkk di PSG, namun jejaknya yang dulu sebagai pemain dan pelatih Barcelona tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari karier sepak bola Luis Enrique.
Enrique pernah menjadi bagian dari Barcelona sebagai pemain dari tahun 1996 hingga pensiun pada tahun 2004. Setelah pensiun, ia kembali lagi ke Barcelona, kali ini sebagai pelatih untuk tim cadangan, Barcelona B, dari tahun 2008 hingga 2011.
Meskipun mengalami beberapa pengalaman melatih di klub lain seperti AS Roma dan Celta Vigo, Enrique kembali ke pelukan Barcelona pada tahun 2014 hingga 2017. Sebagai pemain, Enrique telah meraih tujuh gelar juara dengan Barcelona. Sementara sebagai pelatih, ia berhasil membawa klub meraih 10 gelar juara yang membanggakan.
Kisah sukses Luis Enrique dengan Barcelona tidak hanya mencakup prestasi di lapangan, tetapi juga menggambarkan dedikasinya yang tak tergoyahkan terhadap klub kesayangannya. Jejaknya sebagai pemain dan pelatih di Barcelona menjadi bagian penting dari sejarah klub tersebut.
Harry Kane: Dari Arsenal ke Tottenham dan Sekarang Bayern Munchen
Harry Kane, yang kini memperkuat Bayern Munchen, memiliki perjalanan karier yang menarik dari masa muda hingga kini. Meskipun ia telah menjadi ikon Tottenham Hotspur, namun sedikit yang tahu bahwa Kane pernah memiliki ikatan dengan rival sekotanya, Arsenal, sebelum akhirnya menemukan rumahnya di Tottenham.
Sebelum membela Tottenham, Kane memulai karier juniornya di akademi Arsenal pada tahun 2001. Namun, ia hanya bertahan singkat sebelum kemudian pindah ke Ridgeway Rovers dan Watford. Keputusan untuk melepaskan Kane dari akademi Arsenal menjadi satu yang tidak disangka oleh mantan manajer akademi Arsenal, Roy Massey.
“Untuk melepaskan Harry Kane…kami tidak memiliki bola kristal. Jika kami melakukannya maka kami akan sukses dalam setiap pemain muda yang kami hadapi,” ujar Massey.
Meskipun awalnya dianggap kurang cocok untuk menjadi seorang pemain profesional, Kane telah membuktikan sebaliknya.