Kasus pemain ke-12 yang melibatkan PSM Makassar di BRI Liga 1 2024/2025 menjadi sorotan besar. Insiden ini membuat Juku Eja dijatuhi sanksi kekalahan 0-3 oleh Barito Putera dan denda sebesar Rp 90 juta. Selain itu, poin kemenangan PSM yang sebelumnya berada di angka 27, sempat dikurangi menjadi 21. Meski begitu, PT Liga Indonesia Baru (LIB) mengoreksi keputusan ini dan mengembalikan tiga poin, menjadikan perolehan PSM kembali menjadi 24 poin.
Dampak Sanksi Kekalahan dan Pemangkasan Poin
Pertandingan pekan ke-16 yang berlangsung pada 22 Desember 2024 di Stadion Batakan, Balikpapan, awalnya dimenangkan PSM Makassar dengan skor 3-2 atas Barito Putera. Namun, insiden memainkan 12 pemain di lapangan membuat kemenangan tersebut dianulir. Komisi Disiplin (Komdis) PSSI memutuskan bahwa kemenangan tersebut dibatalkan, dan PSM dihukum kalah 0-3. Selain itu, denda Rp 90 juta turut dijatuhkan kepada PSM.
Awalnya, LIB mengumumkan bahwa poin PSM dikurangi enam angka. Hal ini terdiri dari penghapusan tiga poin hasil kemenangan atas Barito Putera, ditambah pengurangan tiga poin lagi yang dianggap sebagai hukuman tambahan. Akibatnya, peringkat PSM terjun dari posisi kedelapan dengan 27 poin menjadi posisi ke-12 dengan hanya 21 poin.
Namun, setelah protes dari manajemen PSM, LIB mengoreksi kesalahannya. Pada Senin (30/12) siang WIB, poin PSM dikembalikan menjadi 24, menempatkan mereka di posisi ke-11 klasemen sementara.
Protes dan Banding dari PSM
Manajer PSM, Muhammad Nur Fajrin, langsung mengajukan protes resmi kepada LIB terkait pemangkasan poin tersebut. Ia menyatakan bahwa Juku Eja tidak pernah menerima hukuman pengurangan poin dari Komdis PSSI. Protes ini dilakukan untuk memastikan kejelasan keputusan yang berdampak besar pada posisi PSM di klasemen.
“Pada pagi hari kami melihat di website Liga 1, poin kami bahkan minus enam. Setelah kami cek dan komplain, ditemukan kekeliruan dalam penerapan sanksi. Siangnya, poin kami terkoreksi menjadi 24,” ujar Nur Fajrin.
Selain protes kepada LIB, PSM juga telah mengajukan banding resmi ke Komite Banding (Komding) PSSI. Proses ini dilakukan untuk meninjau ulang keputusan Komdis PSSI terkait sanksi yang dijatuhkan.
Kronologi Kasus Pemain Ke-12
Insiden ini bermula di injury time babak kedua pertandingan melawan Barito Putera. PSM berencana melakukan pergantian tiga pemain sekaligus, yaitu Daffa Salman, Arham Darmawan, dan Fahrul Aditia. Namun, hanya dua pemain yang keluar, yakni Akbar Tanjung dan Latyr Fall. Syahrul Lasinari, yang seharusnya juga keluar, tetap berada di lapangan. Akibatnya, PSM bermain dengan 12 pemain.
Kejadian ini berlangsung pada menit ke-90+7, memicu kericuhan setelah peluit panjang ditiup. Barito Putera langsung mengajukan protes kepada wasit, menyatakan keberatan atas insiden tersebut.
Tanggung Jawab Wasit
Wasit utama, Pipin Indra Pratama, menjadi sasaran kritik atas insiden ini. Barito Putera menilai bahwa wasit tidak bertindak tegas dalam mengelola pergantian pemain. Nazar Nurzaidin, pemain Barito Putera, juga sempat melayangkan protes kepada wasit. Namun, protes ini tidak ditanggapi dengan serius selama pertandingan berlangsung.
Setelah pertandingan, Barito Putera resmi mengajukan keberatan kepada PSSI. Di sisi lain, pihak PSM mengklaim bahwa mereka hanya mengikuti arahan dari wasit utama dan wasit cadangan saat pergantian pemain dilakukan. Hal ini membuat kasus semakin rumit karena melibatkan tanggung jawab dari ofisial pertandingan.
Posisi PSM di Klasemen
Setelah sanksi kekalahan 0-3 dan pengembalian tiga poin oleh LIB, PSM kini berada di posisi ke-11 dengan total 24 poin dari 17 pertandingan. Meski kasus ini telah mendapatkan koreksi, PSM masih harus menghadapi proses banding untuk memastikan keadilan terkait sanksi yang dijatuhkan oleh Komdis PSSI.
Jadwal dan Tantangan Selanjutnya
PSM akan menghadapi tantangan berat dalam beberapa laga mendatang. Pertandingan melawan Persis Solo pada 13 Januari 2025 menjadi kesempatan penting untuk memperbaiki posisi di klasemen. Di sisi lain, Barito Putera juga akan melawan Persija Jakarta pada 10 Januari 2025, sebuah laga yang tidak kalah krusial.
Kasus pemain ke-12 ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak, termasuk klub, pemain, dan ofisial pertandingan. Koordinasi yang lebih baik diharapkan dapat mencegah insiden serupa terjadi di masa mendatang.
Mari pantau terus perkembangan BRI Liga 1 2024/2025 di situs kami untuk mendapatkan informasi yang lebih menarik!