Jens Raven menjadi sorotan setelah Timnas Indonesia U-22 gagal melaju ke semifinal SEA Games 2025. Penyerang muda itu menangis di akhir laga meski mencetak dua gol penting. Oleh karena itu, kisah debut Jens Raven di SEA Games 2025 menghadirkan drama emosional bagi Garuda Muda.
Drama Penentuan di Laga Terakhir Grup C
Perjalanan Timnas Indonesia U-22 di SEA Games 2025 berakhir di fase grup. Garuda Muda menutup laga terakhir Grup C dengan kemenangan 3-1 atas Myanmar. Namun, hasil tersebut belum cukup mengantar Indonesia melaju ke semifinal.
Kemenangan itu diraih di Stadion 700th Anniversary, Chiang Mai. Pertandingan berlangsung pada Jumat malam WIB. Meski meraih tiga poin, Indonesia kalah bersaing pada jalur runner-up terbaik.
Indonesia dan Malaysia sama-sama mengoleksi tiga poin dengan selisih gol +1. Akan tetapi, Malaysia unggul dalam produktivitas gol. Oleh karena itu, tiket semifinal jatuh ke tangan tim dari Grup B tersebut.
Indonesia Sempat Tertekan di Babak Pertama
Pertandingan melawan Myanmar tidak berjalan mudah bagi Indonesia. Tim asuhan Indra Sjafri justru kebobolan lebih dulu pada menit ke-29. Gol tersebut dicetak oleh Min Maw Oo.
Gol pembuka itu membuat tekanan semakin besar. Indonesia dituntut menang dengan selisih minimal tiga gol. Situasi tersebut memengaruhi ritme permainan Garuda Muda.
Menjelang akhir babak pertama, Indonesia akhirnya menyamakan skor. Toni Firmansyah mencetak gol penyeimbang melalui penyelesaian yang tenang. Gol ini menjaga asa Indonesia tetap hidup hingga turun minum.
Jens Raven Jadi Pembeda di Babak Kedua
Babak kedua menjadi panggung bagi Jens Raven. Penyerang muda Bali United itu masuk dari bangku cadangan. Laga tersebut menjadi debutnya di ajang SEA Games.
Kehadiran Raven langsung memberi energi baru. Pergerakannya membuat lini depan Indonesia lebih dinamis. Selain itu, tekanan ke pertahanan Myanmar meningkat.
Raven mencetak gol pembalik keadaan pada menit ke-89. Gol tersebut tercipta dari penyelesaian cepat di kotak penalti. Harapan Indonesia kembali terbuka menjelang akhir laga.
Tidak berhenti di situ, Raven menambah satu gol lagi pada masa injury time. Brace tersebut membawa Indonesia unggul 3-1. Oleh karena itu, Garuda Muda masih memiliki peluang lolos jika mampu mencetak satu gol tambahan.
Peluit Panjang yang Menghentikan Harapan
Momen krusial terjadi di detik-detik akhir pertandingan. Indonesia mendapatkan lemparan ke dalam di sisi kanan pertahanan Myanmar. Situasi ini menjadi peluang terakhir untuk menambah gol.
Namun, wasit Hasan Mahfoodh Ammr Ebrahim justru meniup peluit panjang. Peluit dibunyikan saat bola hendak dieksekusi. Keputusan tersebut memicu protes keras dari para pemain Indonesia.
Di tengah kekisruhan, Jens Raven terdiam. Ia jatuh berlutut di lapangan. Air mata mengalir dari wajahnya saat menyadari perjuangan tim telah berakhir.
Air Mata Jens Raven di Malam Debut
Dua gol di laga debut seharusnya menjadi momen istimewa bagi Jens Raven. Namun, kenyataan berkata lain. Debutnya justru berakhir dengan kegagalan tim melaju ke semifinal.
Momen emosional itu menarik perhatian pemain lawan. Kiper Myanmar, Hein Htet Soe, mendekati Raven dan memberi dukungan. Gestur tersebut menunjukkan sportivitas di tengah kekecewaan.
Sejumlah rekan setim juga berusaha menenangkan Raven. Mereka menyadari kontribusi besar sang penyerang muda. Namun, hasil akhir tetap sulit diterima.
Tangis Raven menjadi simbol kekecewaan Garuda Muda. Kerja keras selama pertandingan tidak cukup mengubah nasib. Oleh karena itu, emosi tak terbendung setelah peluit panjang dibunyikan.
Gagal Pertahankan Emas SEA Games
Kegagalan lolos ke semifinal membuat Indonesia kehilangan kesempatan mempertahankan medali emas. Pada edisi sebelumnya, Garuda Muda keluar sebagai juara. Target minimal medali perak juga tidak tercapai.
Secara hitung-hitungan, Indonesia tersingkir hanya karena selisih produktivitas gol. Malaysia mencetak empat gol dan kebobolan tiga. Sementara itu, Indonesia hanya mencetak tiga gol dan kebobolan dua.
Selisih satu gol tersebut menjadi pembeda yang menentukan. Oleh karena itu, setiap peluang yang terbuang sepanjang fase grup terasa sangat mahal.
Harapan di Balik Akhir yang Pahit
Meski gagal melaju, performa Jens Raven memberi harapan baru. Dua gol di laga krusial menunjukkan kualitasnya sebagai penyerang. Selain itu, mentalitasnya terlihat kuat meski masih muda.
Debutnya memang berakhir dengan air mata. Namun, kontribusi Raven menunjukkan potensi besar untuk masa depan. Garuda Muda memiliki talenta yang layak dikembangkan.
SEA Games 2025 mungkin menjadi akhir yang pahit. Namun, kisah Jens Raven di Chiang Mai akan tetap dikenang. Cerita ini menjadi bagian penting perjalanan sepak bola Indonesia.






