Final Liga Champions 2025 yang mempertemukan Paris Saint-Germain (PSG) dan Inter Milan di Allianz Arena, Munchen, menjadi sorotan besar dunia sepak bola. Pertandingan yang berlangsung pada Minggu, 1 Juni 2025, dini hari WIB ini membawa beban sejarah dan ambisi besar. PSG punya peluang emas untuk mengakhiri penantian panjang demi meraih trofi Liga Champions pertama mereka.
Sementara Inter Milan datang dengan tekad kuat untuk mengulang kesuksesan edisi 2010. Namun, dari berbagai aspek, PSG memiliki sejumlah keunggulan yang bisa membawa mereka keluar sebagai juara. Berikut ini lima alasan kuat mengapa PSG berpeluang besar mengalahkan Inter Milan dan mencetak sejarah baru di kancah Eropa.
1. PSG Berubah Total di Bawah Asuhan Luis Enrique
Luis Enrique membawa dampak besar sejak ditunjuk sebagai pelatih kepala PSG. Di awal musim, banyak pihak meragukan kemampuannya setelah tim tampil buruk di fase grup. Namun, mantan pelatih Barcelona itu perlahan membentuk skuad yang lebih kuat secara mental dan taktis.
PSG berhasil membalikkan keadaan di fase gugur dengan menyingkirkan tim-tim elite seperti Liverpool dan Arsenal. Mereka tampil sangat disiplin dalam bertahan dan mematikan saat menyerang. Enrique memanfaatkan kemampuan pemain muda seperti Warren Zaïre-Emery, dipadukan dengan pengalaman pemain senior.
Perubahan tak hanya terlihat dari sisi taktik. Mental juara juga mulai tumbuh di ruang ganti PSG. Para pemain kini tampak lebih tenang dalam menghadapi tekanan besar. Ini adalah ciri tim yang siap merebut gelar.
2. Kutukan Final Berakhir di Allianz Arena?
Munchen tampaknya menjadi tempat penuh berkah bagi tim-tim yang belum pernah mengangkat trofi Liga Champions. Sejarah mencatat empat klub berbeda berhasil meraih gelar perdana mereka saat final digelar di kota ini.
Contohnya adalah Chelsea yang sukses pada 2012, dan Borussia Dortmund yang mengejutkan dunia pada 1997. Jika tren itu berlanjut, PSG bisa menjadi nama besar berikutnya yang menorehkan sejarah di tanah Bavaria.
Stadion Allianz Arena pun punya atmosfer istimewa yang memberi sensasi final sejati. PSG akan mencoba mengubah takdir mereka dan menjadikan sejarah sebagai motivasi ekstra untuk menang.
3. Musim Pemecah Kutukan: Apakah PSG Berikutnya?
Musim 2024/2025 menjadi musim spesial bagi banyak tim. Tottenham Hotspur berhasil meraih trofi domestik setelah 16 tahun. Harry Kane akhirnya mengangkat trofi pertamanya sebagai pemain profesional. Bologna juga mencetak sejarah dengan meraih gelar setelah puluhan tahun.
Tren itu memperlihatkan bahwa musim ini adalah milik tim-tim yang sebelumnya selalu gagal di momen penting. PSG, dengan segala tekanan dan ekspektasi yang mereka pikul, bisa menjadi bagian dari kisah pembebasan itu.
Apalagi, mereka telah belajar dari kegagalan sebelumnya. Kalah di final Liga Champions 2020 dari Bayern Munchen meninggalkan luka. Kini, mereka kembali ke Jerman untuk menulis babak baru yang berbeda.
4. Lini Serang PSG yang Tajam dan Variatif
Paris Saint-Germain memiliki senjata utama di lini depan yang patut diwaspadai Inter Milan. Trio penyerang mereka — Ousmane Dembélé, Khvicha Kvaratskhelia, dan Bradley Barcola — menghadirkan kombinasi kecepatan, teknik tinggi, dan naluri mencetak gol.
Dembélé bahkan masuk dalam radar nominasi Ballon d’Or musim ini berkat performa luar biasanya. Di sisi lain, Kvaratskhelia tampil konsisten sepanjang musim dan menjadi motor serangan dari sisi kiri.
PSG juga tidak hanya mengandalkan lini depan. Dukungan dari lini kedua seperti Fabián Ruiz dan Carlos Soler menambah variasi. Bahkan bek sayap seperti Achraf Hakimi dan Nuno Mendes sering kali menciptakan peluang dari belakang.
Serangan PSG tidak mudah diprediksi. Hal ini memberi mereka keunggulan taktis untuk mengejutkan Inter yang lebih suka bermain dalam struktur pertahanan yang rapat.
5. Dominasi Bek Sayap Bisa Jadi Kunci Kemenangan
Satu aspek yang sangat mencolok dalam permainan PSG musim ini adalah kontribusi bek sayap mereka. Achraf Hakimi dan Nuno Mendes bukan hanya bertahan dengan solid, tetapi juga aktif dalam membangun serangan dari sisi lapangan.
Inter Milan kemungkinan besar akan kesulitan menghadapi kecepatan dan kecerdasan positioning dua bek ini. Federico Dimarco dan Denzel Dumfries harus bekerja ekstra keras untuk menahan pergerakan eksplosif dari Hakimi dan Mendes.
Dalam skema permainan PSG, kedua bek tersebut seringkali membuat overlap dan membuka ruang bagi winger. Jika Inter tidak mampu mengantisipasi hal ini, mereka bisa dihukum oleh serangan balik cepat dan koordinasi antar lini yang tajam.