Nama Raphinha kembali menjadi perbincangan setelah tidak masuk FIFA Men’s World XI. Keputusan ini mencuat meski performa Raphinha bersama Barcelona sepanjang musim terakhir tergolong luar biasa. Oleh karena itu, absennya winger Brasil tersebut dari FIFA Best XI memunculkan sorotan besar terhadap mekanisme penilaian dan persepsi publik global.
Sebelumnya, Raphinha juga gagal bersaing dalam perebutan Ballon d’Or. Situasi ini terasa kontras karena tahun 2025 justru menjadi salah satu periode terbaik dalam karier profesionalnya. Kontribusinya di level klub dan tim nasional tercatat sangat signifikan.
Musim Terbaik Raphinha Bersama Barcelona
Raphinha menjalani musim yang sangat produktif di bawah arahan Hansi Flick. Ia mencetak 18 gol dan menyumbang 10 assist di La Liga. Catatan tersebut mengantarkannya meraih penghargaan Pemain Terbaik La Liga musim lalu.
Selain produktif, Raphinha juga konsisten dalam laga besar. Ia menjadi pemain kunci dalam skema serangan Barcelona. Oleh karena itu, perannya tidak tergantikan di sisi sayap kanan.
Kontribusi Raphinha juga meluas ke Liga Champions. Ia mencetak 13 gol dan menyumbang sembilan assist. Catatan ini menyamai rekor kontribusi gol Cristiano Ronaldo dalam satu musim Liga Champions.
Dominasi di Eropa dan Peran di Tim Nasional Brasil
Performa impresif Raphinha tidak hanya terlihat di level klub. Bersama Timnas Brasil, ia tetap menjadi pilihan utama. Konsistensinya membuat ia dipercaya tampil reguler di berbagai ajang internasional.
Raphinha mencetak gol penting di Copa America 2024. Selain itu, ia berkontribusi besar dalam fase kualifikasi Piala Dunia. Perannya membantu Brasil menjaga stabilitas serangan.
Kehadirannya di starting eleven semakin memperkuat posisinya. Oleh karena itu, absennya Raphinha dari FIFA Best XI terasa janggal. Statistik dan kontribusinya menunjukkan level elite.
Komposisi FIFA World XI dan Persaingan Ketat
FIFA World XI tahun ini menampilkan kombinasi pemain senior dan talenta muda. Nama-nama seperti Lamine Yamal, Jude Bellingham, dan Cole Palmer menjadi sorotan. Generasi baru mendominasi pilihan pemilih.
Di lini depan, FIFA memilih Ousmane Dembele dan Lamine Yamal. Keduanya dinilai memiliki dampak besar secara global. Selain itu, faktor popularitas juga berperan.
Lini tengah diisi Jude Bellingham, Pedri, Cole Palmer, dan Vitinha. Komposisi ini menonjolkan kreativitas dan dinamika. Di sisi lain, Raphinha harus tersingkir di tengah persaingan ketat.
Mekanisme Voting yang Jadi Faktor Penentu
Raphinha sebenarnya masuk dalam daftar awal 26 pemain. Namun, ia gagal mengumpulkan suara cukup untuk menembus susunan akhir. Proses voting melibatkan panel ahli dan penggemar terdaftar FIFA.
Kedua kelompok memiliki bobot suara yang sama. Pemilih memberikan poin berdasarkan peringkat pemain. Oleh karena itu, popularitas global menjadi faktor penting.
Dalam konteks ini, Raphinha dinilai kalah pamor dibanding pemain lain. Publikasi dan sorotan media internasional memengaruhi hasil. Situasi ini sering terjadi pada pemain yang bermain kolektif.
Kontras antara Statistik dan Pengakuan Global
Absennya Raphinha menegaskan adanya jarak antara statistik dan pengakuan. Secara angka, kontribusinya sangat menonjol. Namun, hal tersebut belum cukup mengamankan tempat di FIFA Best XI.
Fenomena ini bukan hal baru dalam sepak bola modern. Pemain sayap sering kalah bersaing dengan gelandang kreatif atau penyerang populer. Selain itu, narasi media ikut membentuk persepsi.
Meski demikian, Raphinha tetap menjadi aset utama Barcelona. Performanya tidak terpengaruh oleh hasil voting. Fokusnya tetap pada kontribusi nyata di lapangan.
Fokus Raphinha Menatap Target Besar Berikutnya
Meski terabaikan dalam penghargaan individu, Raphinha tetap menunjukkan profesionalisme. Ia menegaskan fokus pada target tim. Ambisi utamanya adalah membawa Barcelona menjuarai Liga Champions.
Selain itu, Raphinha juga mempersiapkan diri menghadapi Piala Dunia 2026. Perannya di Timnas Brasil diprediksi semakin besar. Konsistensi performa menjadi kunci utama.
Bagi Raphinha, pengakuan bukan tujuan utama. Ia memilih menjawab keraguan lewat permainan. Pendekatan ini sejalan dengan karakter dan etos kerjanya.
Penutup
Tidak masuknya Raphinha dalam FIFA Best XI kembali menyoroti dinamika penilaian sepak bola modern. Meski statistik dan kontribusinya luar biasa, faktor popularitas dan persepsi global tetap berpengaruh. Yang terpenting, Raphinha terus membuktikan kualitasnya bersama Barcelona dan Brasil. Dengan konsistensi tinggi, pengakuan global bisa saja datang di waktu yang berbeda.






