Mantan bek Manchester United, Paul Parker, kembali menyoroti kebijakan kontroversial klub yang melepas David de Gea dua tahun lalu. Kritik ini semakin relevan karena Manchester United saat ini menghadapi krisis penjaga gawang di bawah asuhan Ruben Amorim. Parker menilai, keputusan tersebut tidak hanya melemahkan kualitas tim di sektor pertahanan, tetapi juga menunjukkan arah kebijakan yang kurang tepat dalam membangun fondasi skuad.
Nama David de Gea bukanlah sosok asing bagi publik Old Trafford. Selama lebih dari satu dekade, kiper asal Spanyol itu menjadi pilar penting yang konsisten menjaga gawang Manchester United. Namun, di era kepelatihan Erik ten Hag, klub memutuskan tidak memperpanjang kontraknya dan memilih mendatangkan Andre Onana dari Inter Milan. Saat itu, keputusan ini dianggap langkah modernisasi, karena Onana dikenal sebagai kiper yang lebih piawai dalam distribusi bola. Sayangnya, strategi itu tidak berjalan sesuai harapan.
Onana justru banyak melakukan kesalahan yang merugikan tim, hingga akhirnya dipinjamkan ke Trabzonspor. Kondisi ini membuat Ruben Amorim harus mengandalkan Altay Bayindir, Tom Heaton yang sudah berusia senior, serta rekrutan anyar Senne Lammens. Situasi tersebut dinilai Parker sebagai bukti nyata bahwa keputusan melepas De Gea sangat keliru. Menurutnya, Manchester United justru kehilangan stabilitas dan pengalaman berharga di posisi krusial.
Kritik Keras Paul Parker
Paul Parker menyebut bahwa keputusan melepas De Gea tidak didasari alasan teknis murni, melainkan lebih kepada kehadiran Erik ten Hag yang ingin bekerja dengan Andre Onana. Ia menilai klub terlalu fokus pada kekurangan De Gea, terutama soal kemampuan distribusi bola, tanpa mempertimbangkan kualitas luar biasa sang kiper dalam melakukan penyelamatan.
Parker menegaskan, De Gea sempat dianggap sebagai salah satu kiper terbaik di Premier League dalam beberapa musim. Ia bahkan menjadi pemain terbaik klub selama beberapa tahun secara beruntun, sesuatu yang jarang terjadi untuk seorang penjaga gawang. Bagi Parker, kehilangan pemain dengan kualitas seperti itu, terlebih ketika masih berada di level tertinggi, adalah sebuah kesalahan besar yang sulit dimengerti.
Menurut Parker, masalah utama Manchester United saat ini bukan sekadar pergantian kiper, tetapi juga kegagalan menyesuaikan gaya bermain tim dengan karakter penjaga gawang baru. Onana memang unggul dalam membangun serangan dari belakang, tetapi lini pertahanan United tidak disusun untuk mendukung gaya permainan tersebut. Alhasil, kelemahan justru terekspos dan menjadi bumerang bagi klub.
Masalah di Sektor Kiper
Kondisi semakin rumit setelah Onana dipinjamkan ke Trabzonspor. Ruben Amorim kini hanya bisa mengandalkan Altay Bayindir, Tom Heaton, dan kiper muda Senne Lammens. Parker menilai, baik Bayindir maupun Onana tidak cukup mampu menguasai kotak penalti. Ia menggambarkan keduanya seperti “tak bisa menghadapi umpan silang,” yang dianggapnya berbahaya bagi tim sebesar Manchester United.
Situasi ini membuat Amorim berada dalam tekanan besar. Setelah hasil buruk di awal musim, krisis di posisi penjaga gawang semakin memperberat upayanya memperbaiki performa tim. Dengan jadwal padat dan lawan berat, termasuk laga melawan Chelsea, posisi kiper menjadi fokus utama perhatian.
Harapan Baru pada Senne Lammens
Di tengah krisis tersebut, Senne Lammens mulai dipandang sebagai solusi jangka panjang. Pemain muda asal Belgia ini baru bergabung, tetapi performanya di sesi latihan menuai banyak pujian. Harry Maguire, salah satu bek senior Manchester United, menyebut Lammens punya atribut lengkap untuk menjadi kiper kelas atas.
Menurut Maguire, Lammens tangguh dalam menghadapi tembakan jarak dekat, percaya diri menguasai bola dengan kakinya, serta memiliki kehadiran yang kuat di kotak penalti. Meski usianya masih muda, Maguire yakin Lammens bisa berkembang menjadi pilar penting bagi klub jika diberi kesempatan bermain secara reguler.
Namun, tantangan yang dihadapi Lammens jelas tidak ringan. Bermain di bawah sorotan publik Old Trafford berarti ia harus siap dengan tekanan mental yang besar. Performa buruk sekecil apa pun bisa langsung memicu kritik. Karena itu, Ruben Amorim dituntut jeli dalam memberi menit bermain kepada Lammens, agar kepercayaan dirinya tetap terjaga.
Amorim dalam Tekanan
Bagi Amorim, masalah kiper hanyalah salah satu dari sekian banyak pekerjaan rumah yang harus ia selesaikan. Hasil mengecewakan di awal musim membuat posisinya mulai dipertanyakan. Kritik dari Paul Parker semakin mempertegas bahwa publik menuntut jawaban konkret dari sang pelatih mengenai arah yang akan ditempuh Manchester United.
Jika Amorim gagal menemukan solusi, bukan tidak mungkin posisinya di Old Trafford akan semakin terancam. Kehilangan sosok berpengalaman seperti David de Gea memang menjadi salah satu titik balik, tetapi kini Amorim harus fokus pada bagaimana mengoptimalkan pemain yang tersedia, termasuk memberi ruang bagi Lammens untuk membuktikan kualitasnya.