Tuesday, September 9, 2025
No menu items!
asia9QQ  width=
HomeLiga InggrisAndre Onana di Manchester United: Perjalanan Singkat yang Berakhir Gagal

Andre Onana di Manchester United: Perjalanan Singkat yang Berakhir Gagal

Perjalanan Andre Onana di Manchester United menjadi salah satu kisah singkat yang penuh kontroversi dan kegagalan di Premier League. Kiper asal Kamerun itu datang pada musim panas 2023 dengan ekspektasi tinggi. Ia diproyeksikan sebagai pengganti David de Gea sekaligus simbol era baru di Old Trafford. Rekrutmen Onana dianggap langkah modernisasi penting karena gaya bermainnya yang unik, bukan hanya sebagai penjaga gawang, melainkan juga playmaker dari lini belakang.

Erik ten Hag percaya bahwa mantan anak asuhnya di Ajax itu bisa menjadi fondasi sistem permainan United. Kemampuannya dalam distribusi bola dan keberanian membangun serangan dari belakang dipandang cocok dengan filosofi yang ingin diterapkan. Namun kenyataan di lapangan tidak berjalan sesuai harapan. Dalam dua musim, performa Onana dipenuhi blunder, inkonsistensi, dan kegagalan beradaptasi dengan kondisi tim yang kacau.

- Advertisement -
asia9QQ

Akhirnya, pada musim panas 2025, Onana resmi meninggalkan Old Trafford untuk bergabung dengan Trabzonspor. Kepindahan ini menutup perjalanan singkatnya di Inggris yang penuh dengan sorotan negatif. Kasus Onana menjadi contoh nyata bahwa kualitas individu sehebat apa pun tetap membutuhkan dukungan sistem yang stabil. Tanpa itu, pemain bintang sekalipun bisa gagal total.

Dari Ajax ke Inter: Puncak Karier yang Membanggakan

Sebelum ke United, Onana sempat menikmati puncak karier bersama Ajax Amsterdam. Di bawah arahan Ten Hag, ia tampil luar biasa. Gaya bermain Ajax yang terstruktur mendukung kemampuannya. Onana dikenal berani keluar dari zona nyaman, mengambil risiko, dan mengubah tekanan lawan menjadi peluang lewat satu umpan panjang.

Hal serupa kembali terlihat ketika ia membela Inter Milan. Bersama Simone Inzaghi, ia tampil menawan di Serie A dan Liga Champions. Puncaknya adalah final Liga Champions 2023, ketika Inter nyaris menaklukkan Manchester City. Onana dipuji karena distribusi bola dan ketenangan luar biasa.

Namun, semua kualitas tersebut justru sirna setelah ia mengenakan seragam United. Perbedaan sistem permainan, cedera di lini belakang, hingga lemahnya pressing lini depan membuat Onana tampak kesulitan. Gaya main yang biasanya menjadi senjata malah berubah jadi kelemahan karena situasi tim tidak mendukung.

Awal yang Sulit dan Rangkaian Blunder

Debut Onana di Premier League langsung mengundang sorotan. Melawan Wolverhampton, ia hampir saja memberi penalti karena tekel ceroboh di menit akhir. Beberapa pekan kemudian, blundernya di Liga Champions melawan Bayern Munich memperburuk citra.

Puncak kegagalan terjadi saat menghadapi Galatasaray di Istanbul. Kesalahan distribusi dan kebobolan mudah membuat United gagal meraih poin penting. Malam itu dianggap sebagai titik balik yang mengikis habis kepercayaan suporter terhadapnya.

Meski sempat menunjukkan perbaikan sepanjang 2024, inkonsistensi kembali menghantui. Kesalahan kecil berubah menjadi isu besar karena ekspektasi yang begitu tinggi. Dari sosok yang diharapkan memberi rasa aman, Onana justru menjadi sumber kecemasan.

Tekanan Besar dan Konflik di Luar Lapangan

Selain masalah performa, Onana juga menghadapi konflik di luar lapangan. Perselisihan dengan Nemanja Matic terkait posisi David de Gea menambah panas suasana di ruang ganti. Bayangan konflik lama di timnas Kamerun pun kembali mencuat, memperburuk citranya di mata publik.

Blunder saat melawan Lyon di Liga Europa dan kesalahan kontra Grimsby Town di piala domestik membuat situasinya semakin sulit. Dukungan dari fans perlahan menghilang. Kondisi kian memburuk ketika ia kembali dari pramusim dalam keadaan cedera dan meminta revisi kontrak.

Hubungannya dengan pelatih Ruben Amorim pun renggang. Akhirnya, manajemen memutuskan melepas Onana ke Trabzonspor. Di sana, ia menerima gaji lebih tinggi, tetapi meninggalkan Old Trafford dengan status gagal total.

Akhir yang Pahit di Old Trafford

Kedatangan Onana awalnya dianggap sebagai simbol revolusi gaya bermain Manchester United. Namun, kenyataannya ia lebih sering memperlihatkan kerentanan tim daripada membawa stabilitas. United membutuhkan kiper yang bisa menjadi fondasi pertahanan, tetapi Onana tidak mampu memenuhi peran itu.

Kini, posisinya digantikan oleh Senne Lammens, yang diharapkan bisa memberi rasa aman lebih besar. Bagi Onana, kisah di United akan selalu menjadi catatan pahit. Ia tetap seorang kiper berkualitas tinggi ketika berada di tim yang terorganisir, tetapi di Old Trafford, semua itu tidak pernah terwujud.

Kisah singkat Onana membuktikan pentingnya kecocokan antara pemain dan lingkungan tim. Tanpa dukungan struktur yang tepat, bahkan pemain kelas dunia sekalipun bisa gagal total.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -
asia9sports

Most Popular

Recent Comments