Matias Ibo, penerjemah Timnas Indonesia U-23 yang mahir kuasai lima bahasa, menjadi salah satu figur menarik yang mendapat sorotan setelah kemenangan Garuda Muda atas Makau pada Kualifikasi Piala Asia U-23 2026. Pertandingan yang digelar Sabtu (6/9) malam WIB itu tidak hanya menghadirkan euforia kemenangan, tetapi juga memperkenalkan kembali sosok penting di balik layar. Meski bukan pemain ataupun pelatih, peran Matias justru sangat vital dalam menjaga kelancaran komunikasi tim.
Dalam sesi konferensi pers usai pertandingan, Matias tampil mendampingi pelatih Gerald Vanenburg dan kapten Arkhan Fikri. Dengan tenang, ia menerjemahkan setiap pernyataan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia, lalu menyampaikan kembali jawaban Arkhan ke dalam bahasa Inggris. Namun, ada satu momen yang membuat publik semakin terpukau. Saat Vanenburg sempat kesulitan memahami pertanyaan, Matias langsung menjelaskannya kembali dalam bahasa Belanda. Reaksinya yang cepat dan fasih memperlihatkan keahliannya sebagai seorang poliglot sejati. Dari situ, publik semakin menyadari bahwa Matias Ibo bukanlah sosok biasa, melainkan individu multitalenta yang mampu memainkan peran besar dalam mendukung perjalanan Timnas Indonesia U-23.
Poliglot Andalan Timnas Indonesia U-23
Matias Ibo dikenal fasih berbicara dalam lima bahasa. Selain bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu, ia menguasai bahasa Inggris, Belanda, serta cukup lancar menggunakan bahasa Jerman. Tidak berhenti di situ, Matias juga terbiasa berbicara dalam bahasa Jawa ngoko yang digunakan sehari-hari. Kemampuan ini membuatnya bisa dengan mudah menyesuaikan diri dengan lawan bicara, baik itu pelatih asing, pemain lokal, maupun awak media.
Keahlian multibahasa ini tentu menjadi aset besar bagi Timnas Indonesia U-23. Dalam dunia sepak bola modern, komunikasi menjadi aspek penting agar instruksi pelatih tersampaikan dengan baik dan tidak terjadi salah paham. Matias hadir sebagai jembatan yang memastikan pesan dari Vanenburg diterima jelas oleh para pemain, begitu juga sebaliknya.
Momen Unik dalam Bahasa Jawa
Setelah laga melawan Makau, Matias juga sempat menampilkan sisi personalnya. Saat ditemui awak media di mixed zone, ia menolak wawancara panjang karena rombongan Timnas tengah terburu-buru. Namun, jawaban singkat yang ia lontarkan justru meninggalkan kesan mendalam. Dengan santai ia berkata dalam bahasa Jawa ngoko, “Ora wawancara, sesuk wae yo. Sawise bal-balane rampung.” Ungkapan ini berarti, “Tidak usah wawancara, besok saja ya, setelah sepak bolanya selesai.”
Pernyataan sederhana tersebut semakin menegaskan identitas Matias sebagai sosok yang mampu berpindah bahasa dengan alami. Bagi publik, hal ini bukan sekadar keterampilan teknis, melainkan juga cermin kedekatan dirinya dengan budaya lokal dan internasional sekaligus.
Perjalanan Panjang di Dunia Sepak Bola Indonesia
Meski kini dikenal sebagai penerjemah Timnas Indonesia U-23, nama Matias Ibo sebenarnya sudah lama akrab di telinga pencinta sepak bola nasional. Pada era 2010-an, ia sempat menjadi fisioterapis Timnas Indonesia dan ikut berperan dalam Piala AFF 2012. Pengalaman panjang di dunia sepak bola membuatnya memahami betul dinamika tim, baik dari sisi teknis maupun non-teknis.
Selain bersama Timnas, Matias juga pernah bekerja sama dengan Timo Scheunemann di klub Persema Malang. Pengalaman lintas peran ini memperlihatkan bahwa dirinya bukan hanya sekadar penerjemah, melainkan sosok yang memahami detail ekosistem sepak bola Indonesia. Kini, meski beralih fokus dari medis ke bahasa, kontribusinya tetap besar dan relevan dengan kebutuhan tim.
Sosok Tenang di Balik Kesuksesan Garuda Muda
Di tengah sorotan pada pemain muda diaspora dan strategi Vanenburg, peran Matias mungkin tampak kecil. Namun, tanpa keberadaannya, komunikasi antara staf pelatih, pemain, dan media bisa tersendat. Ketika pesan pelatih tidak tersampaikan dengan jelas, potensi salah paham bisa memengaruhi performa tim. Di sinilah Matias membuktikan dirinya sebagai figur yang mungkin jarang terlihat, tetapi memiliki pengaruh nyata.
Ketenangannya saat berbicara, kemampuan menjaga alur konferensi pers, serta kemahirannya menguasai banyak bahasa membuatnya menjadi bagian penting dari tim. Dalam sepak bola, kemenangan tidak hanya ditentukan oleh 11 pemain di lapangan, tetapi juga oleh kontribusi orang-orang di belakang layar seperti Matias Ibo.
Sebagai poliglot, ia memperlihatkan bagaimana keterampilan komunikasi dapat menjadi aset strategis, bahkan dalam kompetisi internasional. Kehadirannya seakan menegaskan bahwa kesuksesan sebuah tim selalu melibatkan kerja kolektif, termasuk dari sosok yang mungkin tidak selalu menjadi pusat perhatian.
Pada akhirnya, Matias Ibo menjadi bukti nyata bahwa Timnas Indonesia U-23 memiliki dukungan kuat, bukan hanya dari segi teknis permainan, tetapi juga dari sisi komunikasi dan manajemen tim. Kehadirannya memberi warna tersendiri bagi perjalanan Garuda Muda di pentas Asia.