Hansi Flick belum temukan kombinasi bek tengah terbaik Barcelona meski tim tampil gemilang pada musim lalu. Di bawah arahan pelatih asal Jerman itu, Blaugrana sukses meraih tiga gelar domestik dan melangkah hingga semifinal Liga Champions. Namun, meski prestasi terlihat solid, ada catatan besar yang belum terselesaikan, yakni konsistensi di lini pertahanan.
Musim 2024/2025 memperlihatkan bahwa Barcelona sebenarnya cukup produktif di lini depan. Akan tetapi, masalah kebobolan menjadi pekerjaan rumah serius. Tercatat, gawang mereka jebol sebanyak 72 kali dalam 60 pertandingan di semua kompetisi. Jumlah tersebut menunjukkan bahwa sektor pertahanan masih jauh dari kata ideal, terutama di posisi bek tengah.
Kepergian Inigo Martinez pada bursa transfer musim panas 2025 semakin menambah beban Flick. Bek berpengalaman asal Spanyol itu sebelumnya kerap menjadi pilar penting dalam skema pertahanan tim. Kini, Flick dipaksa mencari pasangan bek tengah yang tepat agar Barcelona tetap kompetitif di level domestik maupun Eropa. Eksperimen serta rotasi pun menjadi bagian dari strategi awal musim ini, meski hasilnya masih belum konsisten.
Fokus pada Pencarian Pasangan Bek Tengah
Laporan dari Mundo Deportivo menyebutkan bahwa Flick belum berhasil menemukan kombinasi ideal di jantung pertahanan. Pada laga pembuka La Liga melawan Mallorca, ia menurunkan Pau Cubarsi di sisi kiri dan Ronald Araujo di sisi kanan.
Formasi itu mendapat dukungan dari Eric Garcia dan Alejandro Balde yang dimainkan sebagai bek sayap. Hasilnya cukup positif, Barcelona menang 3-0 tanpa kebobolan. Keberhasilan tersebut membuat Flick kembali mencoba kombinasi serupa ketika menghadapi Levante.
Sayangnya, konsistensi pertahanan tidak terlihat saat melawan Levante. Meski menang 3-2, Barcelona tetap kebobolan dua gol. Dalam laga itu, Cubarsi terlihat kurang nyaman ketika dipaksa bermain di sisi kiri. Kondisi ini membuat Flick mempertimbangkan alternatif susunan pemain di laga-laga berikutnya, demi mendapatkan keseimbangan yang lebih baik.
Rotasi dan Eksperimen yang Belum Optimal
Pertandingan kontra Rayo Vallecano menjadi ajang eksperimen lanjutan bagi Flick. Kali ini, Eric Garcia dipasangkan dengan Andreas Christensen di jantung pertahanan. Jules Kounde kembali dimainkan di posisi bek sayap, sementara Alejandro Balde tetap mengisi sisi lain.
Rotasi tersebut memang menjaga kebugaran pemain, tetapi kelemahan di lini belakang tetap terlihat jelas. Rayo beberapa kali berhasil menembus pertahanan Barcelona dan memaksa kiper Joan Garcia bekerja ekstra keras. Performa gemilang sang penjaga gawang akhirnya menyelamatkan Blaugrana dari kekalahan dan membuat mereka pulang dengan satu poin.
Flick kemudian menegaskan bahwa rotasi bukan sekadar coba-coba, melainkan upaya menjaga kondisi skuad yang padat jadwal. Namun, ia juga mengakui masih ada celah yang harus diperbaiki, terutama soal komunikasi antarpemain belakang. Pau Cubarsi kemungkinan besar akan dikembalikan ke posisi naturalnya di sisi kanan bek tengah, agar lebih nyaman dan efektif.
Tantangan Flick Menata Pertahanan
Konsistensi menjadi kunci utama yang masih belum ditemukan Flick di sektor belakang. Araujo, Christensen, Cubarsi, hingga Garcia sebenarnya memiliki kualitas, tetapi belum ada kombinasi yang benar-benar padu. Setiap kali ada perubahan, selalu muncul masalah baru, baik soal penempatan posisi maupun koordinasi saat menghadapi serangan cepat lawan.
Selain itu, Flick juga harus memperhatikan faktor kebugaran dan potensi cedera. Kompetisi panjang menuntut rotasi yang bijak, namun tidak semua pemain bisa tampil maksimal di setiap posisi. Hal ini menuntut Flick lebih cermat dalam memilih siapa yang akan dimainkan di laga-laga penting.
Tekanan semakin besar mengingat Barcelona punya ambisi mempertahankan gelar domestik sekaligus kembali bersaing ketat di Eropa. Jika lini belakang tidak segera diperbaiki, peluang meraih trofi tentu bisa terganggu, meski lini depan tetap produktif.
Harapan dari Talenta Muda
Salah satu aspek positif bagi Barcelona adalah munculnya bakat muda seperti Pau Cubarsi. Bek berusia belia itu menunjukkan keberanian dan kualitas untuk bersaing di level tertinggi. Meski sempat kesulitan ketika ditempatkan di sisi kiri, potensinya tetap besar untuk menjadi salah satu pilar masa depan tim.
Flick juga diuntungkan dengan fleksibilitas beberapa pemain, seperti Kounde yang bisa dimainkan baik sebagai bek tengah maupun bek sayap. Namun, fleksibilitas saja tidak cukup. Barcelona butuh stabilitas agar setiap pertandingan bisa dijalani dengan pertahanan yang solid.
Dengan skuad yang dimilikinya, Flick diyakini mampu menemukan formula terbaik. Meski perjalanan awal musim masih penuh eksperimen, waktu akan menjawab siapa pasangan bek tengah yang paling ideal untuk menjaga kekuatan Blaugrana.