Mantan pemain Liverpool Jamie Carragher percaya gelandang Timnas Spanyol Pedri pantas dinobatkan sebagai pemain terbaik sejauh ini di Piala Dunia Qatar 2022. Timnas Spanyol memulai pekerjaan mereka di Qatar dengan cara yang luar biasa. Anak asuh Luis Enrique berhasil mengalahkan Kosta Rika 7-0 pada Rabu malam (23 November 2022) di Stadion Al Thumama.
Dalam pertandingan tersebut, Pedri tidak menyumbangkan gol maupun assist. Dia juga diganti pada menit ke-57. Namun, secara keseluruhan performa lini tengah Barcelona masih patut diacungi jempol.
Ulasan Jamie Carragher
Dalam pertempuran ini, Pedri benar-benar menjadi dalang ofensif Timnas Spanyol. Pemain berusia 19 tahun itu telah menjadi ancaman bagi pertahanan Kosta Rika dalam banyak kesempatan setiap kali dia berada di lapangan. Baru 15 menit laga berjalan, Carragher memberikan penilaian yang sangat tinggi terhadap performa Pedri melalui Twitter pribadinya.
“Pedry sejauh ini adalah pemain terbaik di turnamen ini!” tulis Carragher dengan tagar #WorldcupQatar2022.
Statistik Pedri
Pedri sangat fenomenal dalam 57 menit dia berada di lapangan. Pedri mencatatkan 92 sentuhan dan membukukan tingkat akurasi umpan sebesar 6,63%. Selain itu, Pedri sukses masuk ke pertahanan Kosta Rika sebanyak 15 kali, terbanyak di antara pemain lainnya. Pedri juga mencatatkan 7 kemenangan duel, merebut bola 3 kali dan menciptakan 3 peluang.
Di laga selanjutnya melawan Jerman, Pedri bisa menjadi aset berharga bagi Timnas Spanyol. Jika dia bisa melangkah lebih jauh dan bahkan mencapai final, penilaian Carragher terhadap Pedri sebagai pemain terbaik turnamen tidak diragukan lagi.
Selain Pedri, Ada Rodri yang punya spesialisasi False 4, Apa artinya bagi Rodri memainkan ‘false four’ saat Timnas Spanyol mengalahkan Kosta Rika?
Luis Enrique memimpin Timnas Spanyol meraih kemenangan telak 7-0 atas Kosta Rika dalam laga perdana Grup E Piala Dunia Qatar 2022, Rabu (23 November 2022) malam WIB. Dalam duel tersebut, Luis Enrique melakukan gebrakan dengan taktik “false 9” dan “false 4”. Timnas Spanyol tampil sangat dominan saat bertemu Kosta Rika.
Tak hanya mencetak 7 gol, tingkat penguasaan bola La Roja juga melebihi 80%. Timnas Spanyol mendominasi sebagian besar pertandingan di Stadion Al Thumama. Di atas kertas, Luis Enrique menggunakan formasi 4-3-3. Tidak ada yang aneh dengan pemilihan formasi. Namun, jika melihat pemilihan pemain dan pembagian peran, ada yang unik dari taktik Luis Enrique.
Enrique memainkan peran “sembilan palsu” Marco Asensio. Kemudian, Rodri memainkan peran “pseudo-4”. Apa yang dimaksud Enrique dan bagaimana peran ini dijelaskan?
Apa itu “false 4”?
Enrique memainkan peran “sembilan palsu” Asensio. Peran ini sudah banyak digunakan oleh Timnas Spanyol. David Silva dan Andres Iniesta telah memainkan peran di masa lalu. Sekarang, Asensio memainkannya.
Jadi apa arti dari “empat palsu” Rodri melawan Kosta Rika?
Sebenarnya, ini bukanlah terobosan baru. Di masa lalu, Javier Mascherano mengisi peran itu di Barcelona. Mascherano adalah pemain “nomor 4”. Namun, dia bermain lebih dalam seperti seorang gelandang. Dilihat dari lapangan, Mascherano tetap berperan sebagai gelandang. Mascherano yang mendistribusikan bola dan mengatur kecepatan permainan, tapi bukan di lini tengah tapi di pertahanan. Itulah peran yang dimainkan Rodri saat Timnas Spanyol bertemu Kosta Rika.
“Ini sangat mirip dengan titik tumpu, meskipun Anda harus tahu di mana orang terakhir berada. Pada prinsipnya, dia adalah titik tumpu,” ungkap Rodri kepada Guardian.
Rodry suka?
Bagi Rodri, peran “pseudo-4” bukanlah hal baru dalam kariernya. Dalam beberapa kasus, Rodri juga memainkannya di City. Rodri menjelaskan kepada Penjaga’s Sid Lowe bahwa dia tidak memiliki masalah dengan karakter baru tersebut. Jika Anda lihat, Fernandinho telah bermain sebagian besar musim sebagai bek tengah. Fabinho juga bermain di sana saat dia cedera.
Mereka adalah gelandang. dia pikir itu adalah pergantian yang paling mudah, dan paling logis. Jika Anda menyerang dengan pertahanan yang dalam, sebagai bek tengah sebagian besar kontak Anda dengan bola ada di area pivot. Dengan bola, itu tidak berubah. Tapi, tanpa bola, ceritanya berbeda. Ada elemen lain: Anda Anda tidak bisa naik sepanjang waktu. Jika mau, Anda harus terus berjalan. Hal ini diungkapkan kepada media oleh pemain berusia 26 tahun itu. (*)