Hingga saat ini, sudah banyak tim nasional yang telah menyuarakan protes mereka karena tindak kejahatan yang melanggar hak asasi manusia berkaitan dengan ajang turnamen Piala Dunia FIFA 2022 yang akan di gelar di Qatar.
Hal ini juga di dasari dengan sebuah laporan dari The Guardian pada bulan Februari tahun lalu,
setidaknya sudah ada 6.500 pekerja yang meninggal ketika sedang melakukan pembangunan stadion untuk pergelaran turnamen Piala Dunia FIFA 2022 yang sudah dimulai semenjak Qatar berhasil memenangkan tender untuk menjadi tuan rumah turnamen bergengsi Piala Dunia FIFA 2022 pada tahun 2010.
Sudah lebih dari 6.751 jiwa para pekerja yang berasal dari Bangladesh, India, Nepal, Pakistan, hingga Sri Langka pun sudah banyak yang meninggal dunia.
Walaupun jumlah pekerja imigran yang meninggal dunia tersebut tidak masuk dalam kategori pekerja yang meninggal akibat pekerjaan, tetapi Nick McGeehan selaku direktur di Fair Square Project (sebuah kelompok advokasi untuk hak hak tenaga kerja di teluk),
dia mengatakan bahwa kemungkinan pekerja yang meninggal dalam proses pembuatan stadion Piala Dunia FIFA 2022 ini sangat tinggi.
Bahkan, ada sebuah peningkatan yang sangat terlihat tentang para pekerja imigran yang meninggal dunia sejak tahun 2011 yang terjadi di dalam negeri akibat dari Qatar yang memenangkan tender untuk menjadi tuan rumah turnamen bergengsi Piala Dunia FIFA 2022.
Banyak kasus kematian pekerja imigran yang terjadi alami tetapi tidak wajar yang dialami oleh pekerja dari India. Seperti misalnya dalam kasus Madhu Bollapally yang merupakan seorang pekerja berasal dari India.
Madhu Bollapally yang sudah menjadi pekerja di Qatar semenjak tahun 2013 tetapi meninggal dunia secara tiba tiba pada tahun 2019 di kamar asramanya.
Dia ditemukan oleh teman satu kamar yang melihat keadaan sudah tergeletak di atas lantai dan dia dinyatakan meninggal karena terkena serangan jantung.
Siapa Saja yang Sudah Melakukan Protes Terhadap Piala Dunia FIFA 2022 di Qatar
Yang sudah melakukan protes secara terang terangan adalah Norwegia, Belanda, dan Jerman untuk hak asasi manusia sebelum kualifikasi Piala Dunia FIFA 2022 yang akan di adakan di bulan Maret depan.
Norwegia merupakan negara pertama yang menyuarakan protes mereka ketika sedang dalam pertandingan yang berhadapan dengan Gibraltar pada tanggal 24 maret.
Para pemain Norwegia menunjukkan protes mereka dengan mengenakan baju yang tulisan bajunya memiliki arti ‘Hak asasi manusia di dalam di luar lapangan’ saat sedang melakukan pemanasan maupun saat pertandingan belum dimulai.
Setelah itu ada pemain jerman yang menyusul dengan menggunakan cara yang sama yaitu memakai baju yang memiliki tulisan ‘HUMAN RIGHTS’ atau artinya ‘Hak Asasi Manusia’ sebelum mereka melakukan pertandingan melawan Islandia.
Selanjutnya disusul oleh Belanda yang juga melakukan hal yang sama dengan memakai baju dengan tulisan ‘Football Support Change’ atau memiliki arti ‘Sepak Bola Mendukung Perubahan’ sebelum mereka melakukan pertandingan melawan latvia.
Bahkan, sang legenda manchester united yaitu Eric Cantona juga memberi pernyataan bahwa dia tidak akan menonton turnamen sepak bola Piala Dunia FIFA tahun 2022 yang akan di selenggarakan di Qatar karena Eric Cantona menganggap bahwa ajang turnamen sepak bola tahun ini dipenuhi dengan penuh kepalsuan,
dia juga menambahkan kalau dia tidak mau peduli dengan kemeriahan turnamen yang akan diselenggarakan pada tahun ini karena dia melihat bagaimana Qatar memperlakukan para pekerja mereka yang bekerja untuk membangun beberapa stadion baru yang memang disiapkan untuk turnamen Piala Dunia FIFA tahun 2022.
Sang legenda manchester united itu pun juga mempertanyakan tentang keputusan FIFA yang telah menunjuk Qatar sebagai tuan rumah dalam pergelaran turnamen sepak bola bergengsi Piala Dunia FIFA tahun 2022,
terlebih negara bagian Arab ini belum pernah sama sekali lolos ke turnamen Piala Dunia. Apalagi, mengubah jadwal turnamen sepak bola ini dari yang biasanya diadakan pada musim panas kini ke di jadwalkan pada November dan Desember.
“Sebenarnya, tidak akan begitu peduli dengan ajang turnamen sepak bola Piala Dunia mendatang yang bagi saya bukanlah Piala Dunia yang nyata untuk saja,” Kata Eric Cantona ke Daily Mail. “
Sementara, di Qatar, tidak memiliki satu pun potensi dikembangkan atau untuk dipromosikan seperti saat turnamen ini diadakan di Afrika atau Amerika Serikat itu.
Jadi, saya pikir kalau itu semua hanya tentang uang saja terlebih bagaimana cara mereka yang memperlakukan para pekerja yang bekerja membangun beberapa stadion baru untuk turnamen piala dunia tahun ini. Itu sangat mengerikan karena ada ribuan pekerja yang meninggal karena hal tersebut.” Tambahnya.